Aku adalah seorang mahasiswa yang
termasuk aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, kebetulan aku menyukai
kegiatan outdoor ataupun alam bebas. Aku memang mewarisi bakat ayahku yang
merupakan seorang pemburu yang handal, hal inilah yang membuat darah petualangku
menggelorah. Memasuki pertengahan semester, aku mulai kenal dan akrab dengan
seorang cewek, namanya Ema. Aku tertarik padanya karena dia orangnya juga
menyukai kegiatan alam bebas, berburu misalnya. Awalnya sih aku agak heran juga
kenapa cewek cantik seperti dia suka “mengokang” senapan yang notabene berat
dan kemudian menguliti binatang hasil buruannya dengan beringas. Hemm...
kegaranganya bak macan betina inilah yang aku sukai, aku suka melihat buah
dadanya yang menantang dibalut baju pemburu yang ketat dan kebiasaannya
menggigit bibir bawahnya ketika mengokang senapan. Bibir merah yang seksi itu
sering mengundang gairahku. Karena ada kecocokan, kami akhirnya jadian juga dan
resmi pacaran tepatnya pada waktu akhir semester pertama. Kami berdua termasuk
pasangan yang serasi, apa mau dikata lagi tubuhku yang tinggi tegap dapat
mengimbangi parasnya yang langsing dan padat. Pacaran kami pada awalnya
normal-normal saja, yahhh.. sebatas ciuman saja biasa kan? Dan aku melihat
bahwa Ema itu orangnya blak-blakan kok. Semuanya berubah setelah pengalamanku
di sebuah panti pijat.
Hari itu adalah hari minggu, aku masih ingat betul hari itu. Aku dan ayahku
berburu di sebuah gunung di daerah Jatiluhur tentu saja setelah berburu
seharian badan terasa capai dan lemah. Malamnya aku memutuskan untuk mencari
sebuah panti pijat di Bandung, dengan mengendarai Land Rover-ku aku mulai
menyusuri kota Bandung. Dan akhirnya tempat itu kutemukan juga, aku masuk dan
langsung menemui seorang gadis di meja depan dan aku dipersilakan duduk dulu.
Tak lama kemudian muncullah seorang gadis yang berpakaian layaknya baby sitter
dengan warna putih ketat dan rok setinggi lutut. Wuahh… cantik juga dia, dan
pasti juga merangsang libidoku. Dengan ramah ia mempersilakan aku masuk ke
ruang pijat, ruangan selebar 4×4 dengan satu ranjang dan sebuah kipas angin
menggantung di atasnya. “Bajunya dibuka dulu ya Bang..” katanya dengan
tersenyum manis, “OK...” sambutku dengan semangat. “Tapi kipasnya jangan
dinyalain yah, dingin nih...” dia pun mengangguk tanda paham akan keinginanku.
Kubuka sweaterku dan aku pun berbaring, aku memang sengaja tidak memakai
t-shirt malam itu. “Celananya sekalian dong Bang,” katanya. “Emmm... Lo yang
bukain deh, males nih..” dia pun tersenyum dan agaknya memahami juga hasratku.
“Iihhh... kamu manja deh” katanya, dengan cekatan tangannya yang mulus dan
lentik itu pun mencopot tali pinggang di pinggangku kemudian melucuti celanaku.
Wah dia kelihatannya agak nafsu juga melihat tubuhku ketika hanya ber-CD,
terlihat “kontolku" manis tersembul dengan gagahnya di dalam sarangnya.
“Eh... ini dicopot sekalian ya? biar enak nanti mijitnya!” “Wahh... itu nanti
aja deh, nanti malah berdiri lagi” kataku setengah bercanda. Lagi-lagi dia
tersenyum manis dan kelihatan sangat menawan. Kemudian aku tengkurap, dia mulai
memijitku dari punggung atas ke bawah. “Wah.. pijitanmu enak ya?” pujiku.
“Nanti kamu akan merasakan yang lebih enak lagi” jawabnya. “Oooh jadi servis
plus nih?” tanyaku. “Mmm... buatmu aku senang melakukannya” pijatannya semakin
ke bawah dan sekarang tangannya sedang menari di pinggangku. Wah geli juga nih,
dan kontolku pun mulai “bereaksi kimia”. “Bang... balikkan badan dong!”
pintanya. “Ok... ok...” Aku langsung saja berbaring. Tentu saja batanganku yang
ereksi berat terlihat semakin menggunung.
“Wahh... belum diapa-apain saja sudah ngaceng yaa...” godanya sambil tangannya
memegang kontolku dengan jarinya seakan mengukur besarnya. “Habisnya kamu
merangsang banget sihh...” kataku. “Nah kalo begitu sekarang waktunya dicopot
yah? biar enak itu punyamu, kan sakit kalau begitu” pintanya. “OK, copot aja
sendiri” aku memang udah nggak tahan lagi, abis udah ereksi penuh sih. Dengan
bersemangat gadis itu memelorotkan CD-ku, tentu saja kontolku yang sudah
berdiri tegak dan keras mengacung tepat di mukanya. “Ck.. ck.. ckk.. besar amat
punyamu, berapa kali ini kamu latih tiap hari,” katanya sembari tertawa. “Ah…
emangnya aku suka ‘lojon’ apa…” jawabku. Dia menyentuh kepala kontolku dengan
penuh nafsu dan mengelusnya. Tentu saja aku kaget dan keenakan, habis baru
pertama kali sih. “Ehhh... mau kamu apakan kontolku?” tanyaku. “Tenanglah belum
waktunya” dia mengelusnya dengan lembut dan juga meraba kantong zakarku. “Wah..
hh.. jangan berhenti dulu, aku mau keluar nih,” sergahku. “Haha.. baru digitukan
aja udah mau keluar, payah kamu” ledeknya. “Entar lagi lah, pijitin dulu
badanku” kataku. “OK lah...” katanya.
Dia mulai mengambil minyak pijat dan
memijat tangan dan dadaku. Wahhh... dia naik dan duduk di perutku. Sialan!
belahan dadanya yang putih mulus pun kelihatan, aku pun terbelalak
memandangnya. "Sialan! montok bener tetekmu” kataku dan tanganku pun mulai
gerilya meraba dan memeganginya, dia pun mengerjap, pijatannya pun otomatis
terhenti. Setelah agak lama aku merabai gunungnya dia pun turun dari perutku,
dia perlahan membuka kancing bajunya sampai turun ke bawah, sambil menatapku
dengan penuh nafsu. Dia sengaja mempermainkan perasaanku dengan agak perlahan
membuka bajunya. “Cepatlahh... ke sini, kasihan nih kontolku udah menunggu
lama...” aku sambil mengocok sendiri kontolku, habis nggak tahan sih. “Eits...
jangan!” dia memegang tanganku. “Ini bagianku” katanya sambil memegang kontolku
yang seakan mau meledak. Tak lama dia kemudian mengambil minyak pijat dan
mengoleskan ke kontolku. “Ehmm... ahhh...” aku pun menggelinjang, namun dia tak
peduli, malah tangannya semakin cekatan memainkan kontolku. “Augghh... aku
nggak tahan nihhh...” Kemudian dia mulai menghisap kontolku sambil tangannya
mengelus buah zakarku. “Aduhhh... arghh... aku mau keluar nihhh!!!” Kemudian
kontolku berdenyut dengan keras dan akhirnya “Croottt... croot...croottt”
maniku muncrat dengan derasnya, dia terus mengocoknya kontolku seakan ingin
menguras habis maniku dengan kocokannya. “Aahhh....” aku melenguh panjang,
badanku semua mengejang. Dia kelihatanya suka cairanku, dia menjilatinya sampai
bersih, aku pun lemas.
“Gimana... enak kan? tapi kamu payah deh baru digituin dikit aja udah ‘KO’
godanya. “Habbiss kamu gitukan sih, siapa tahannn...” Dia memakluminya dan
agaknya tahu kalau aku baru pertama kalinya. “Tuh kan lemes, punyamu mengkerut
lagi” sambil dia memainkan kontolku yang sudah nggak berdaya lagi. “Entar ya,
nanti kukerasin lagi” katanya. “Hufff.... OK lah” kataku pasrah. Dengan masih
menggunakan bra dan CD dia mulai memijatku lagi. Kali ini dia memijat pahaku
dan terkadang dia menjilati kontolku yang sudah lemas. “Ihhh... lucu ya kalau
sudah lemes, kecil!” dia mengejekku. Aku yang merasa di-”KO”-nya diam saja.
Sembari dia memijat pahaku, dadanya yang montok kadang juga menggesek kakiku,
wahhh kenyal sekali! “Kenapa liat-liat, nafsu ya ama punyaku?” katanya. “Wahhh,
bisa-bisa kontolku terusik lagi nih” jawabku. Aku sambil mengelus dan mengocok
sendiri kontolku sembari melihat geliat gadis itu memijatku. “Wah dasar tukang
coli kamu...” serangnya. “Biar aja, akan kubuktikan kalo aku mampu bangkit lagi
dan meng-’KO’-kan kamu” kataku dengan semangat. Benar juga kontolku yang
tadinya tidur dan lemas lambat laun mulai naik dan mengeras. “Tuh... berdiri
lagi” katanya girang. “Pasti!” kataku. Aku tidak melewatkan kesempatan itu,
segera kuraih tangannya dan aku segera menindihnya. “Uhhh... pelan dikit
doong!” katanya. “Biar aja, habis kamu nafsuin sih...” kataku.
Dengan cepat aku melucuti BH dan CD-nya. Sekarang kelihatan semua gunung
kembarnya yang padat berisi dengan puting merahnya serta lubang kemaluannya
yang bagus dan merah. Langsung saja kujilati putingnya dengan penuh nafsu.
“Emmm... nikmat, ayo terusin...” desahnya membuatku berdebar. Kulihat tangannya
mulai merabai kemaluannya sendiri sehingga kelihatan basah sekarang. Tandanya
dia mulai bernafsu berat, aku pun mengambil alih tangannya dan segera
menjulurkan lidahku dan kumainkan di lubang kemaluannya yang lezat. Dia semakin
menjadi, desahannya semakin keras dan geliat tubuhnya bagaikan cacing. “Ahhh...
uhhh.... ayo lah puaskan aku...” dia pun mulai menggapai batang kontolku yang
sudah keras. “Ayo masukkan!” tanpa basa-basi aku pun menancapkan kontolku ke
lubang kemaluannya. “Slepp... sleppp....” “Arghh... ihhh.... ssshhh....” dia
agak kaget rupanya menerima hujaman kontolku yang besar itu. “Uahhh...
ennakkk....” katanya. Mulutnya megap-megap kelihatan seperti ikan yang
kekurangan air, aku pun semakin semangat memompanya. Tapi apa yang terjadi
karena terlalu bernafsunya aku tidak bisa mengontrol maniku. “Heggh...
hegghh... ahhh.... emmmm..... aku mau keluar lagi nihh!” kataku. “Sshhh...
ahhh... payah lo, gue tanggung nih... entar donk!” “Aku sudah tidak tahan
lagii...” Tak lama kemudian kontolku berdenyut kencang. “Aaaku keluarrr...”
erangku. “Ehhh... cepat cabut!” sergapnya. Aku pun mencabut kontolku dan dia
pun segera menghisapnya. “Ahhh... shhh...” “Crot... crottt... crottt....”
memancar dengan derasnya maniku memenuhi mulutnya dan berceceran juga di gunung
kembarnya yang masih tegang. “Ugghh...” aku pun langsung tumbang lemas.
“Aduh... gimana sih, aku nanggung nihh... loyo kamu” katanya. Aku sudah tidak
bisa berkata lagi, dengan agak sewot dia berdiri. “Ahhh... kamu menghabiskan
cairanku yaa... lemes nihh” kataku. “Udah lahh... aku pergi” katanya sewot. “Ya
udah sana... thanks ya Sayang....” dia pun berlalu sambil tersenyum. Pengalaman
malam itu seakan telah merubah pandanganku tentang cewek. Aku berpikir semua
cewek adalah penyuka seks dan penyuka akan kemaluan lelaki. Atas dasar itulah
kejadian ini terjadi.
Siang itu aku bertemu dengan pacarku dikampus. “Ehhh... abis ngapain kamu Ndra?
kok kelihatanya lemes banget? sakit yah...” tanyanya. “Ah nggak kok, kemaren
abis berburu sama ayahku” jawabku singkat. “Ohh... gitu ya” dia kelihatannya
mulai paham. Memang siang itu mukaku kelihatan kusut, sayu dan acak-acakan.
Pokoknya kelihatan sekali deh kalau orang habis ML jor-joran, tapi kelihatannya
Yayangku tidak curiga. “Eh besok hari Rabu kan kita nggak kuliah” katanya. “Iya
memang enggak..” jawabku. “Kita berenang yuk?” ajaknya. “Emm... OK jadi!”
jawabku mantap. Yayangku memang hobi berenang sih, jadi ya OK saja deh. Karena
hari itu sudah sore, waktu menunjukkan pukul 04:55, aku segera menggandeng
tangan Ema. “Ayo kita pulang, yok kuantar...” dia pun menurut sambil memeluk
tanganku di dadanya.
Malamnya aku tidak bisa tidur, gadis pemijat itu pun masih berputar di otakku
dan tidak mau pergi. Bayangan-bayangan gerakan tangannya yang luwes serta
hisapan kenikmatan yang kurasakan waktu itu tidak bisa dilupakan begitu saja
dari benakku, “Sialan! bikin konak aja lu...” gerutuku. Aku pun hanya gelisah
dan tidak bisa tidur, karena kontolku tegang terus. Aku pun berusaha
melupakannya dengan memeluk guling dan berusaha untuk tidur, tetapi hangat
liang kemaluannya mencengkeram kuat kontolku masih saja menghantui pikiranku.
“Ahhhh... aku nggak tahan nih...” segera kucopot celana dan CD-ku, kuambil baby
oil di meja, aku pun onani ria dengan nikmatnya. “Aahhh...” kugerakkan tanganku
seolah menirukan gerakan tangan gadis itu sambil membayangkan adegan demi
adegan kemarin malam itu. “Huff...” nafasku semakin memburu, gerakan tanganku
semakin cepat. Kurang lebih 5 menit kemudian “Crott!” tumpahlah cairan maniku
membasahi perut dan sprei sekitarku. Aku pun langsung tidur.
Paginya pukul 7 kakak perempuanku masuk ke kamar untuk membangunkanku. Karena
kamarku tidak dikunci, betapa terbelalaknya dia ketika melihat aku tanpa celana
tidur terlentang dan melihat kontolku sudah berdiri dan di perutku terdapat bekas
mani yang mengering. “Andraaa... apa-apaan kamu ini ha..!!!!” teriaknya. Aku
terkejut dan langsung mengambil selimut untuk menutupi kontolku yang menjulang.
“Eh... Kakak... Emm...” kataku gugup. “Kamu ngapain ha..? sudah besar nggak tau
malu!!!” Au ah cuek saja, malah aku langsung melepas selimut dan meraih
celanaku sehingga kontolku yang tegang tampak lagi oleh kakakku. “Iiihhh...
nggak tau malu, barang gituan dipamerin” dia bergidik. “Biar aja... yang
penting nikmat” jawabku enteng. Kakak perempuanku yang satu ini memang
blak-blakan juga sih. Dia menatapnya dengan santai, kemudian matanya tertuju
pada baby oil yang tergeletak di kasurku. “Sialan... kamu makek baby oil-ku
yah? Dasarrr...!” Dia ngomel-ngomel dan berlalu, aku pun hanya tertawa cekikikan.
“Brak!!!” terdengar suara pintu dibanting olehnya. “Dasar perempuan! nggak
boleh liat cowok seneng” gerutuku.
Aku pun dengan santainya keluar kamar dan sarapan sebelum mandi, kulihat kakak
perempuanku sedang lihat TV. “Eh... Kak minta sampoonya dan sabunnya dong!”
pintaku. “Ogah ah... entar kamu buat macam-macam, pokoknya nggak mau” jawabnya
ketus. “Huhh... weee!” aku mencibir. Aku langsung saja mandi dan sarapan.
Sekitar pukul 8 ku stater Land Rover kesayanganku dan langsung kupacu ke tempat
Ema, mungkin dia sudah menungguku. Benar juga sampai di depan pagar rumahnya
dia sudah menungguku di depan teras rumahnya. “Haii... kok agak terlambat sih
Say?” tanyanya. “Eh... sori nih trouble dengan kakak perempuan” dalihku.
“OKlah, mari kita berangkat!” Kami pun langsung tancap menuju tempat tujuan
kami yaitu kolam renang di kawasan Cipanas. Yah, maklum saja itu hari Rabu maka
perjalanan kami lancar karena tidak terjebak macet. Kurang lebih 2 jam
perjalanan santai, kami sampai di tempat tersebut. “Eh... yang sini sajalah,
tempatnya enak loh” pintanya. “Baiklah Sayaang...” kataku.
Kami berdua langsung saja masuk. “Yang, aku ganti dulu yah... kamu ikut nggak?”
ajaknya. “Yuk, sekalian saja aku juga mau ganti” Di kolam renang itu paling
hanya terdapat segelintir orang yang sedang berenang, karena tempat itu ramai
biasanya pada hari Minggu. “Emmm... kita ganti baju bersama saja yah? biar
asyikk...” katanya. Aku spontan menganggukkan kepalaku. Di dalam ruang ganti
kami pun segera meletakkan tas kami dan segera melepas baju, Yayangku ganti
baju terlebih dahulu. Dia mencopot dulu kaosnya, Ema memang penyuka kaos ketat
dan celana jins, melihatnya melepas kaosnya aku pun hanya terpaku tak berkedip.
“Kenapa Sayang... ayolah lepas bajumu” katanya sambil tersenyum. “Habbis... aku
suka memandangmu waktu begitu sih” dan dia hanya tertawa kecil. Aku pun segera
mencopot t-shirtku dan celana panjangku dan cuma CD yang kutinggalkan. Tanpa
ragu-ragu aku pun memelorotkan CD-ku di depan pacarku karena ingin ganti dengan
celana renang. “Wahhh... Yayang ni...” katanya sedikit terkejut. Rupanya dia
agak kaget juga melihat kontolku yang setengah ereksi. “Kok tegang sih Say?”
selidiknya manja. “Habis kamu montok sih...” jawabku seraya memakai celana
renang yang super ketat. “Wahhh... hemmm...” goda pacarku ketika melihat
kemaluanku tampak menyembul besar di balik celana renang itu, dia itu memang
asyik orangnya. “Nahh... aku sudah beres” kataku setelah memakai celana itu.
“Eh... bantu aku dong!” dia tampaknya kesulitan melepas branya. “Sini aku lepasin...”
kataku.
Kemudian kulepaskan branya. Astaga,
sepasang daging montok dan putih terlihat jelas, hemmm spontan saja batang
kemaluanku tegang dibuatnya. “Ah... sayang, dadamu indah sekali” kataku sambil
berbisik di belakang telinganya. Langsung saja dia kupeluk dari belakang dan
kuciumi telinganya. “Eeh... kamu ingin ML di sini yah?” jawabnya sambil
memegang tengkukku. Aku tidak menjawab. Tanganku langsung bergerilya di kedua
gunung kembarnya, kuremas-remas dengan mesra dan kupelintir lembut putingnya
yang masih merah segar. “Ah... Sayang!” desahnya pendek, batang kemaluanku yang
sudah tegak kugesek-gesekkan di pantatnya, wahhh.. nikmat sekali, dia masih
memakai celana sih. “Aduh... keras sekali, Yayang ngaceng yah...” godanya. “Dah
tau nanya.. hhh...” kataku terengah. Buah dadanya semakin keras saja, rupanya
dia mulai terangsang dengan remasanku dan ciumanku di telinganya. “Ehhhmm...
uhhh...” lenguhnya sambil memejamkan mata. Melihat gelagat tersebut aku
menurunkan tanganku ke relsleting celananya, kulepas kancingnya dan
kupelorotkan relsleting, dia agaknya masih agak ragu juga, terbukti dengan
memegang tanganku berupaya menahan gerakan tanganku yang semakin nakal di
daerah selangkanganya. Tetapi dengan ciumanku yang membabi buta di daerah
tengkuknya dan remasanku yang semakin mesra, akhirnya tanganku dilepasnya,
kelihatannya dia sudah terangsang berat. Tanpa basa-basi tanganku langsung
menelusup ke CD-nya. Wahh... terasa bulu-bulu halus menumbuhi sekitar liang
kemaluannya. Kuraba klitorisnya. “Aghhh... oouhh... sayang kamu nakal deh”
dengusnya sambil mengerjap. Dia langsung membalikkan tubuhnya, memelukku erat
dan meraih bibirku. “Cupppp... Cuppp...” wah dia lihai juga melakukan French
Kiss. Dengan penuh nafsu dia melahap bibirku. Cewekku yang satu ini memang
binal seperti singa betina kalau sudah terangsang berat. Agak lama kami
ber-French Kiss ria, perlahan dia mulai menurunkan kepalanya dan gantian
memangsa leherku. “Aahhh... geli sayang” kataku.
Rupanya debar jantungku yang menggelegar tak dirasakan olehnya. Dia langsung
mendorongku ke tembok, dan dia pun menciumi dadaku yang bidang dan berbulu
tipis itu. “Wah... dadamu seksi yah...” katanya bernafsu. Menjulurlah lidahnya
menjilati dadaku “Slurrppp...” jilatan yang cepat dan teratur tersebut tak kuasa
menahan kontolku yang agak menyembul keluar di balik celana renangku.
Jilatannya semakin lama semakin turun dan akhirnya sampai ke pusarku. Tangan
pacarku kemudian merabai batang kemaluanku yang sudah keras sekali. Aku pun
sangat bernafsu sekali karena mengingatkanku pada gadis panti pijat yang
merabai lembut kontolku. “Ahhh.. Sayang...” desahku tertahan. Dengan cekatan
dia memelorotkan celana renangku yang baru saja kupakai, alhasil kontolku yang
keras dan panjang pun mendongak gagah di depan mukanya. “Ihh... gila gede
banget punyamu Sayang...” katanya. “Ema... hisap dong Sayang!” pintaku. Dia
agak ragu melakukan itu, maklum dia masih virgin sih. Dia belum menuruti
permintaanku, dia hanya mengocok pelan namun gerakan kocokannya pun masih kaku,
sangat berbeda dengan gadis pemijat tempo hari. “Ssshhh... uahhh...” aku pun
mendesah panjang menahan kenikmatanku. “Ssshhh... sayang hisap dong!” Aku pun
menarik kepalanya dan mendekatkan bibirnya yang mungil ke kontolku, sekali lagi
dia agak ragu membuka mulut. “Aah... nggak mau Say, mana muat di mulutku...”
jawabnya ragu. “Egh.. tenang saja sayang, pelan-pelan lah” jawabku. Dia agaknya
memahami gejolakku yang tak tertahan. Akhirnya dia memegang batanganku dan
menjulurkan lidahnya yang mungil menjilati kepala kontolku. “Slurpp...
slurpp...” sejuk rasanya. “Mmhhh... ahh... nah begitu Sayang... ayo teruss...
ahh... ssshh..., buka mulutmu sayang.”
Dia masih saja menjilati kepala dan batang kontolku yang mengacung menantang
langit, lama-lama dia pandai juga menyenangkan lelaki, jilatannya semakin
berani dan menjalar ke zakarku. “Ih... bau nih yang... tadi nggak mandi ya?”
katanya menggoda ketika menjilati buah zakarku yang ditumbuhi bulu-bulu halus,
aku memang merawat khusus adikku yang satu ini. “Ihh... nggak lah sayang, kan
yang penting nikmat” kataku tertahan. Mulut mungil Ema perlahan membuka, aku
pun membimbing batang kontolku masuk ke mulutnya. “Mmhh... eghh...” terdengar
suara itu dari mulut Ema ketika batangku masuk, tampaknya dia menikmatinya. Dia
pun mulai menghisapnya dengan bernafsu. “Slerpp... Slerrpp” “Ahhh... mmmm...
oohhh...” desahku penuh kenikmatan. “Mmmhh... sayang, nikmatttt banget...”
gumanku tidak jelas. Setelah agak lama, aku pun menarik kontolku dari mulut
Ema. Segera kubopong tubuhnya ke bangku panjang di dalam ruang ganti.
Kurebahkan badannya yang mungil dan montok itu di sana, dengan keadaan pusakaku
yang masih mengacung, kupelorotkan celana jins Ema dengan penuh nafsu.
“Syuutt...” dan tak lupa CD-nya juga ku lepas. Dia pun tampaknya pasrah dan
menikmatinya karena tangannya merabai sendiri puting susunya.
Kemudian tampaklah lubang kemaluannya yang merah dan basah, aku pun segera
mendekatkan kepalaku. “Slurp” lidahku kujulurkan ke klitorisnya. “Hemmm...
slurp...” “Aachhh... uhhh..!” desahnya panjang menahan kenikmatan yang
dirasakannya. Tarian lidahku di kemaluannya yang sangat lincah, makanya
Ema keenakan kubuat. “Sssh... sshhss....” desisnya bagaikan ular kobra.
“Andraaa... aku nggak tahan lagiii...” Dia menggeliat tak karuan. “Akuuu.. mau
nyampe nihhh...” Jilatanku semakin kupercepat dan kutambah ciuman mesra di
bibir kemaluannya yang harum. “Cup... cupp...” kelihatannya dia hampir mencapai
puncak karena kemaluannya memerah dan banjir. “Sshh... aahh... oohhh Yaangg...
aku keluarrr...” erangnya menahan kenikmatan yang luar biasa. Benar juga cairan
kemaluannya membanjir menebar bau yang khas. Hemm enak, aku masih saja
menjilatinya dengan penuh nafsu. “Aduhhh... hhh... Sayang, aku udah nihh...”
katanya lemas. “Ma, aku masih konak nih...” kataku meminta.
Langsung saja tanganku ditariknya dan mendudukkanku di atas perutnya, batang
kontolku yang masih tegang menantang belum mendapat jatahnya. Langsung saja Ema
mengambil lotion “Tabir Surya” dan mengolesinya ke batang kemaluanku dan ke
dadanya yang montok, dan dia segera mengapitkan kedua gunung kembarnya agar
merapat. Dia mengambil lagi lotion itu, dan mengusapkan ke kemaluanku.
“Ahhhh....” aku pun hanya merem-melek. Kemudian dia menarik kontolku di antara
jepitan gunung kembarnya. Wahh... nikmat juga rasanya, aku pun memaju-mundurkan
pantatku layaknya orang yang sedang bersetubuh. “Bagaimana rasanya sayang??”
tanyanya manja dan memandangku lembut. “Aahhh... mmmm.... sssshhh... nikmat
sayang...” dia pun tertawa kecil. Dia merapatkan lagi gunungnya sehingga
rasanya semakin nikmat saja. “Uuahhh... nikkmattt sayangg...!” erangku. Dia
hanya tersenyum melihat mukaku yang merah dan terengah menahan nikmat.
“Rasain... habis kamu nakal sih...” katanya. “Tapi lebih nikmat memekmu sayang”
kataku. “Hush...” katanya. Gerakanku semakin cepat, aku ingin segera mencapai
puncak yang nikmat.
“Uuhhh... uhhh... mmm... arghh...” erangku tertahan. Tak lama aku merasa hampir
keluar. “Sayy... aku hampir nyampe nihh...” desahku. “Keluarin aja Ndra...
pasti nikmatt” katanya. Tak lama batang kemaluanku berdenyut dan “Crottt...
crott...” “Uuahhh... hemmm... ssshh...!” nikmat sekali rasanya. Spermaku
muncrat dengan deras dan banyak. “Ooohh...” gumamku. Spermaku muncrat membasahi
leher Ema yang jenjang dan mengenai bibir dan wajahnya juga. “Ihhh... baunya
aneh ya...” Dia mencoba membersihkan cairan kental itu dengan tangannya, aku
pun turun dari atas tubuhnya. “Aahhh... nikmat Sayang...” tapi dalam hatiku aku
belum puas jika belum menjebol liang kemaluan Ema. Ema pun segera membersihkan
maniku yang belepotan. “Iihhh... kok kayak gini sih?” tanyanya penuh selidik.
“Itu namanya cairan kenikmatan sayang...” jawabku enteng. “Ooo...” katanya
pura-pura tahu. “Habis bercinta enaknya berenang yuk?” ajaknya. “OK” kataku.
Ema pun segera berpakaian renang dan aku juga. Setelah siap kami pun keluar
dari kamar ganti.
Wah ternyata di luar sepi sudah
tidak ada orang lagi, padahal masih menunjukkan pukul 2 siang. Ternyata lama
juga kami bercinta. “Byurrr” kami berdua pun mencebur kan diri dan berenang,
aku yang sudah terkuras tenaganya semenjak kemarin malam segera ketepi dan
hanya melihat Ema berenang. Gerakan renangnya yang bagai ikan duyung, dibalut
baju renangnya yang seksi serta kulitnya yang putih mulus, membangkitkan lagi
gairahku. Terbesit di pikiranku untuk bercinta di kolam renang, kebetulan tidak
ada orang dan petugas jaganya jauh.
“Ema... sini sayang...!” panggilku. “OK... ada apa Ndra?” Dia berenang mendekat
ke arahku, aku pun masuk ke air, aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan
ganas. “Kamu membuatku nggak tahan sayang” kataku. Untung saja kolam renangnya
tidak dalam sehingga bisa enak kami bercinta. “Ughhh...” desahnya agak
terkejut, dia pun membalas ciumanku. Aku tidak melucuti pakaian renangnya, aku
cuma menyibakkan sedikit celana renangnya sehingga liang kemaluannya kelihatan.
Uhhh, kelihatan menggairahkan sekali kemaluannya di dalam air yang jernih itu.
Dengan ganas aku menciumi bibirnya yang basah serta meremas lembut dadanya yang
terbalut baju renang yang tipis itu. Ema kelihatan sangat cantik dan segar
dengan badan dan rambut yang basah terurai.
“Ahhh... sayang... nanti kelihatan orang” katanya khawatir. “Tenang Sayang...
gak ada yang melihat kita begini” kataku. “Baiklah... Ndra kubuat kamu ‘KO’ di
kolam” tantangnya. Dia langsung memelorotkan celana renangku, kontolku yang
sudah tegang pun menyembul dan kelihatan asyik di dalam air. Ema mengocok
kemaluanku di dalam air. “Mmm” geli dan sejuk rasanya. Tanpa menunggu lama lagi
aku ingin memasukkan kontolku ke lubang kemaluannya. “Ema... kumasukin yah?”
Ema pun tanpa ragu menganggukkan kepala tanda setuju. “Baik Sayang” Kudekap
erat tubuhnya agar dekat, ternyata Ema sudah membimbing batang kontolku masuk
ke lubang kemaluannya. “Argghh...” dia menyeringai ketika kepala kontolku
menyentuh bibir kemaluannya. Aku pun segera mengangkat Ema ke pinggir kolam dan
kubaringkan dia, kutekuk lututnya sehingga lubang kemaluannya kelihatan
menganga. “Siap Sayang...???” Aku mulai memasukkan sedikit. “Uhhhh...” padahal
baru kepalanya saja yang masuk. “Aahhh... Sayang, punyamu terlalu besarr...”
Aku pun segera menekan lagi dan akhirnya “Blesss…” seluruhnya bisa masuk.
“Uhhh... ahhh... mmmhhh...” erangnya menahan gesekanku. “Sshhh... sssshhh...,
enak kan Sayyy...” kataku terengah. “Huuff... uhhh... ayoo terus Ssayy...
ennnakk...” Terdengar bunyi yang tak asing lagi “Crep... crepp.. sslepp...”
asyik kedengarannya, aku semakin giat memompanya.
Kemudian aku ingin ganti posisi, ku suruh Ema menungging. “Ayolah Sayang...
puaskan aku...” Dia pun menungging dengan seksinya, terlihat lubang kemaluannya
merekah, menarik untuk ditusuk. “Jleppp..” batang kontolku kumasukkan. “Ahhh..
sssshh... ahhh...” desahnya penuh kenikmatan. Nafasnya semakin memburu.
“Huff... ehhh... mmm...” aku terengah. Kupercepat gerakanku. “Slep... slep...
slep...” “Ahhh... Ssayang.... bentar lagi aku nyampe nihh...” kataku terburu.
“Aakuu... jugaa...” teriak ema. Himpitan liang kemaluan Ema yang kencang dan
basah membuat maniku tak kuasa lagi untuk keluar, dan akhirnya Ema pun mencapai
puncaknya. “Ooohhh... akuu keluar lagi Sayanggg...” Cairan kemaluannya pun
membanjir, hal ini semakin membuatku juga tidak tahan. “Aaahhh... aku juga
Sayangg!” erangku penuh kenikmatan. “Cepat cabut... keluarin di luarr...!”
sergahnya. Dengan cepat, segera kucabut kontolku, Ema pun tanggap dia pun
memegangnya dan mengocoknya dengan cepat. “Aauuhhh! nikmattt!” “Crott...”
spermaku pun keluar. “Eerghhh... ahh...” tapi sedikit yang keluar, maklum
terforsir. “Aahh... kok sedikit Sayanggg...” katanya meledek. “Eemmhh... habis
nih cairanku...” Aku pun lemah tak berdaya dan dia pun berbaring di pangkuanku.
Aku mengelus rambutnya yang basah, kukecup keningnya “Cup! I love you Sayang”
Sejak itulah kami sering melakukannya, baik di mobil maupun di sebuah gubuk di
hutan kala kami berburu bersama. Dalam hatiku aku berkata, gadis pemijatlah
yang membuatku jadi begini. Membuatku ketagihan seks.....
Komentar
Posting Komentar