Aku menikah cukup lama, 5 tahun. Banyak orang bilang umur
pernikahan 5 tahun adalah masa masa genting. Akupun merasa hambar terutama
setahun terakhir, dalam urusan sex. Suamiku kurang suka mengekploitasi teknik
teknik dalam bercinta, terlalu monoton. Terkadang aku berpikir, mengapa suamiku
tidak ingin menyeleweng. Dia terlalu baik, padahal aku perlu merasa cemburu
.Cemburu adalah rasa memiliki. Pernah aku berpikir untuk menyeleweng.
Sebenarnya aku nggak suka tetapi aku ingin suamiku cemburu.
Kemarin suamiku pulang membawa film bokep, hmmm tumben..”Ayo ma
nonton..lama kita gak nonton bareng…refreshing….OK ?” Ajak suamiku sambil
tiduran.
Filmnya cukup heboh, karena penuh adegan satu cewek yang disetubuhi 2 cowok.
AKu selama ini Cuma sekali dua kali nonton tapi tidak pernah melihat adegan
bercinta model begitu. “ Bercinta model apaan itu pa ? kok kelihatannya enak
banget” Tanyaku, terus terang aku menyukai gaya bercinta seperti itu.
“Itu threesome namanya ma, kenapa ? kelihatan enak ya…memang kamu suka ? “
Tanya suamiku, wajahnya agak cemberut.
Hmmm kesempatan untuk melihat seberapa besar cemburunya. “ Kelihatannya asyik
tuh pa…gimana ya rasanya disetubuhi 2 cowok ganteng begitu. Kepengen nehhh…”
Kataku santai.
“Hmmm..gitu ya..bener kepengen nehh ? aku bilangin ma…kalo kamu nyeleweng main
dengan 2 cowok gitu, aku cerai kamu, bener nih…!!” Katanya emosi.
“Haduh papa…ya deh..kalo gitu ngapain bawa film kayak begini…mestinya jangan
dibawa dong..mending bawain yang ceweknya dua gitu..papa sendiri yang kepingin
kan ?”Gerutuku.
“Ya deh…ya deeehhh…Sebenarnya aku memang penasaran aja, kata temen bercinta
model threesome gitu asyik, tapi yang melibatkan istri…wah aku keberatan
lah…masak kamu dinikmati cowok lain. Tapi memang aku terangsang banget sih
membayangkannya. “ Kata suamiku bingung.
“ Sedari tadi aku coba bayangin kamu yang ada di adegan itu. Antara marah ,
cemburu, dan terangsang berat. Coba ma kamu lihat, coba kamu bayangin kamu yang
disetubuhi berdua gitu, gimana menurut kamu…haduhhhh gila …”Mata suamiku tidak
lepas dari televisi.
“Hmmm…kalo aku bilang enak,…papa marah…susah kan ? Kalo aku bilang gak pengen
kenyataannya aku jadi kepikiran…bohong lagi.” Kataku pelan.
Mata Robert suamiku memandangku tajam : “ Sebenarnya kamu kepengen coba gak sih
ma…?”
“Gak mau jawab !!! pikir aja sendiri…udah ah…aku mau bobo…”
Kataku menghindar.
Sejak kejadian itu suamiku hampir setiap hari sebelum tidur selalu nonton bokep
threesome tersebut. Sementara fantasiku kini malah melebar sambil terus
membayangkan kalo disetubuhi lebih dari 2 cowok…hhhh tambah repot kan ?
Sementara percintaan kami juga masih monoton. Rupanya suamiku juga merasa.
Sekarang setiap malam minggu, kegiatan suamiku bertambah dengan menonton bokep
bersama 3 sahabatnya, Edo, Donny dan Rudi. Terus terang aku agak keberatan
karena mereka terkadang suka menginap, atau tepatnya tertidur di sofa ruang
tengah karena mabuk semalaman, dan yang paling parah adalah suamiku. Edo, Donny
dan Rudi sebenarnya juga temanku kuliah juga, jadi kami sudah saling mengenal
lama, bahkan Edo pernah pacaran denganku 3 bulan ketika belum mengenal suamiku
sekarang.
Minggu pagi, Edo sudah nongol di dapur menemaniku. Sementara suamiku masih
tertidur di bath up !!! kebangeten nggak ?
“Nggak mabuk semalem Do ? “Tanyaku
“Gak ah…bosan, masa setiap malem minggu abis nonton bokep terus mabuk. “Edo
nyengir.
3 sahabat suamiku ini masih bujang, Aku yakin kalo dulu gak kebobolan, Robert
juga gak bakalan menikah.
Kami ngobrol tentang macam macam sampai akhirnya Edo nyeletuk tentang obsesi
threesome suamiku. “ Suamimu memang aneh, masa dia pernah bilang kalo pengen
lihat kamu bercinta dengan cowok lain. Aku pikir dia serius, tapi setelah aku
tanya beneran eh dia mundur lagi, rupanya Robert kebingungan Rin…kenapa sih dia
jadi aneh begitu dan lagi kamu kan bukan tipe suka sex bebas..” Tanya Edo
pelan.
“Ah Robert memang gak jelas, aku kapan itu juga sengaja menggoda dia, eh dia
marah marah…”Jelas ku.
“Tapi sebenarnya kamu ingin mencoba gak sih Rin…ummm sorry terlalu to the point
ya…hehehe” Edo meralat omongannya.
“Menurut kamu enak gak sih Do ? Kalo nonton sempat juga sih terlewat pengen
coba, ah tapi aku kuatir nyesel setelahnya…dan lagi Robert kalo tahu bisa kacau
semuanya…”Jawabku perlahan, aku nggak merasa jengah bicara dengan Edo, karena
dia juga dulu eks pacar, selain itu ketika kuliah di teknik kami memang
terbiasa bicara ceplas ceplos.
“Mengenai enaknya,hmmm laki laki pasti bilang enak, tapi aku belum pernah
nyoba, Cuma yakin kalo enak aja hehehe, kalo dari sudut pandang si cewek wah
aku nggak tahu, kamu sendiri yang bisa jawab Rin.. Jawabnya pelan.
Dalam hati sebenarnya aku pengen mencoba tapi gak mau dengan sembarangan orang.
Kalo dengan Edo sih…hmmm boleh juga, dia kan bekas cowok ku.
“Hmmm, gini aja, kita coba dulu tapi kalo tiba tiba moodku ilang,kita harus
berhenti. Bagaimana menurutmu ? sekarang aja mumpung suamiku masih tidur, kalo
mabuk begitu paling 3 jam lagi baru bangun” Usulku ke Edo.
“Maksudmu “kita” itu siapa ? Kamu dan aku Rin ? “Tanya Edo gak yakin.
“Ya iyalah…kita coba dulu berdua, nanti kalau aku sudah merasa nyaman, ajak si
Donny gabung…sementara Rudi jaga jaga kalo kalo suamiku bangun. selain itu aku
gak mau suami ku mengajak threesome dengan cowok sembarangan. Kalo dengan kamu
aku kan nggak malu dan kaku. Anggap aja ini belajar dulu“ Aku jadi teringat
ketika bermesraan dengan Edo ketika pacaran dulu, kami tidak pernah melewati
batas, maksimal petting.
Edo terlihat terkejut, dengan cepat aku tarik ke kamar tamu di lantai atas.
Masih didepan pintu, Edo sudah menciumi leherku. “Do..kali ini kamu bisa masuk,
nggak petting lagi….tapi pelan pelan ya.” Bisikku
Edo meciumi bibirku perlahan. Terus terang aku agak nervous, malu juga dengan
Edo kenapa aku kelihatan begitu bernafsu ingin bercinta dengan orang lain,
bagaimana penilaian dia terhadapku, hhhh..ah biarlah…terlanjur basah..semoga
saja suamiku gak nongol tiba tiba.
Gaya bercinta Edo masih seperti dulu…lembut dan menghanyutkan,
tiba tiba saja dia sudah mengulum payudaraku…hah kapan dia melepas bra-ku ? “
Do…pelan pelan ya…shhhh..”
Makin turun makin turun, mulutnya kini sibuk menyedot vaginaku…lidahnya menari
nari di klit-ku ahhh bikin malu saja….”Do..jangan Do…aduhh..shhh”
Kemudian dia melepas celana dalamnya…batang Edo masih kalah dengan Robert
suamiku, jauh malah. Mungkin kalau masuk tidak terasa, tapi bukankah sesuatu
yang baru tetap bikin deg degan ?
Edo mendekatkan batangnya ke mulutku. Rupanya dia ingin aku mengoralnya.
“Do…sorry do, aku belum siap mengoral batang lain selain suamiku..maaf ya…” Aku
kocok lembut batangnya.
Edo tampak mengerti dan tidak memaksa, perlahan batangnya mengarah ke vaginaku.
Tiba tiba vaginaku terasa hangat…
Ahhhh…aku disetubuhi cowok lain !…aku disetubuhi cowok lain !!….ahhhhh aneh
rasanya.
Benar milik Edo tidak terlalu terasa di vaginaku…tapi tetap saja membuatku
gemetar. Tenyata begini rasanya bersetubuh dengan laki laki lain, nikmat juga,
sensasinya yang tidak bisa aku jelaskan..
Aku lingkarkan kakiku ke pinggangnya, batangnya terasa mentok
tapi tanpa gesekan. Edo tampaknya juga merasa. “ Sepertinya punya Robert lebih
besar dari milikku”Bisiknya perlahan sambil menggigit lembut telingaku.
Aku tersenyum “ Hanya beda dikit kok…” Kataku menghibur, padahal jauuuuuhh….!
“Rin gimana kalo aku panggil Donny, kita coba threesome….”
Aku menganggu lemah sambil berpikir, apa nanti yang akan dilakukan oleh Donny
karena aku nggak mau oral, nggak mau anal.
Rupanya Donny sudah berdiri dipintu sambil senyum senyum, sialan jadi dia
sedari tadi sudah menonton pertunjukan gratis, dan aku tidak merasa sama
sekali, aduhh kuatir juga kalo tiba tiba suamiku ikutan nongol. Ahhh
biarlah..toh Robert juga ingin threesome tapi nggak berani mulai.
Dalam waktu singkat Donny sudah bugil, hmmm tubuhnya masih
atletis tapi batangnya malah lebih kecil dari punya Edo…sial.
Donny mulai menciumi buah dadaku…hmmm enak juga, Satu laki laki memasukkan
batangnya dan laki laki lain menciumi dadaku, sementara jemariku mngocok lembut
batangnya. Ahhhh beginilah rasanya threesome…hehe enak juga.
Sebelum batangnya mendekat ke mulutku, Edo sudah memberi kode larangan ke
Donny. Hmmm good…
Aku berpikir lagi harus mencoba variasi bagaimana lagi ya…ini
cowok cowok kurang pinter eksplorasi. Payah….
Aku teringat di salah satu film bokep milik Robert ada adegan dua batang masuk
barengan ke vagina…hmm kira kira sakit gak ya….mungkin nggak lah karena batang
mereka cukup kecil, di dobel pun hanya sedikit lebih besar dari punya Robert,
nggak ada salahnya dicoba.
Ide itu membuat mereka terkejut…ah bikin ilfil saja melihat tampang mereka.
“Wow !! beneran nih ? “ Tanya Donny
Gimana coba menurut kalian, nyebelin kan komentarnya…dasar laki laki.
Donny segera memposisikan tubuhnya di bawahku, WOT. Perlahan batangnya
menyelusup di vaginaku. Edo memandangku dengan khawatir, perlahan batangnya
diarahkan ke vaginaku tapi dari sisi atas.
Perlahan dia gesekkan ke klitorisku, pelan pelan mulai menyelusup diatas batang
Donny.
Ahhhhh ternyata bisa masuk !! bisa masuk !! Vaginaku terasa penuh dan yang
terpenting ternyata nikmat sekali !
“Pelan ngocoknya Do…pelan ya..takut sobek.. Don… jangan cepat cepat
please…ahhhh”
Dua batang itu bergantian keluar masuk, terkadang bersama sama,
gila !! nikmat sekali…apalagi Donny menciumi leherku dari belakang sementara
Edo mengulum putting merah mudaku.
Semakin lama semakin cepat…tempat tidur berderit lebih keras. Hentakan pinggul
Edo tambah mnghunjam, kocokan batang Donny lebih terasa.
“Rin…nikmat Rin…aaaahhh nikmat sekali” Wajah Edo memerah, sementara hembusan
nafas memburu Donny menerpa telingaku.
Ahhhhh aku bisa orgasme nih…bisa orgasme nih…pahaku terasa menegang…
Tiba tiba Edo berteriak keras, terasa semburan spermanya ke
rahimku, aduh enak banget…Donny ikutan melenguh…rupanya dia ikut memuncratkan
spermanya.
Dua semburan sperma tersebut membuat tubuhku kaku sampai pada puncak orgasme,
nafasku tercekat, Jantungku rasanya berhenti…ahhhhh aku sampai..aku sampai!!
“Do !! aku …aku …!! Ahhhh” Tubuhku melemas mengikuti dua tubuh laki laki di
atas dan bawahku.
Sambil memejamkan mata aku mencoba menenangkan deburan
jantungku, menarik nafasku yang tersengal sengal.
Tiba tiba aku teringat suamiku, ahh jangan jangan dia sudah bangun.
Pelan kubuka mataku dan melirik ke arah pintu…Dieeeggg !!! dadaku serasa
dihantam palu godam.
Robert suamiku berdiri lemas di berpegangan handle pintu.
Wajahnya merah padam. Nafasnya ngos ngosan…mulutnya terbuka..tiba tiba
brrruuukk suamiku terkulai pingsan.
Mataku tiba tiba kabur..gelap….
“Adduuuhhh....Sakit Kang …pelan-pelan masukkinnya …” Aku
pura-pura merintih kesakitan saat suamiku melakukan penetrasi pertama kalinya
di malam pengantin kami. “Akkkhhhhh ….Sakit sekali Kang ….aduuhhhhh …” Kembali
aku pura-pura menjerit kesakitan ketika penis suamiku sudah setengah jalan
sambil tanganku mencakar punggungnya. Akhirnya aku bisa merasa lega setelah aku
merasakan adanya rembesan cairan yang keluar dari liang senggamaku. Supaya
kesannya liang senggamaku masih sempit seperti anggapan laki-laki kebanyakan
tentang perawan, aku menahan kontraksikan otot-otot vaginaku selama mungkin.
Aku tidak mau memakai jamu-jamuan untuk bikit “rapet” vagina karena akan
membuatku kesakitan beneran saat penetrasi. Untunglah semuanya akhirnya
berjalan lancar, suamiku bisa menunaikan tugas pertamanya dengan baik walaupun
aku tidak bisa mendapat orgasme yang karena mungkin aku terlalu berkonsentasi
pada akting perawanku. Tapi yang paling penting dia tidak curiga aku sudah
tidak perawan lagi karena selain aku berpura-pura belum pernah bersetubuh tapi
juga ada “bukti nyata” berupa darah perawan yang berceceran di seprei. Aku
memang sudah tidak perawan lagi waktu menikah, keperawananku sudah diambil
bossku dari kantor tempat aku bekerja saat kami berdinas di luar kota kurang
lebih setahun sebelumnya. Beliaulah yang mengatur strategi buatku supaya aku
bisa melewati malam pertamaku dengan “mulus” sehingga ketidak perawananku tidak
mengganggu awal rumah tangga baruku. Dari beberapa opsi yang beliau ajukan
supaya aku terlihat perawan lagi di malam pertama, aku mengambil opsi synthetic
hymen yang lebih praktis dibandingkan operasi plastik selaput dara. Aku minta
untuk dibelikan synthetic hymen sebanyak yang memungkinkan supaya aku bisa
berlatih dulu sampai fasih supaya calon suamiku yang sangat pecemburu tidak
curiga. Inti latihannya adalah memasang synthetic hymen dengan tepat dan tidak
mencurigakan karena kesempatannya hanya satu kali saja. Kemudian belajar
pura-pura merintih kesakitan saat (calon) suamiku melakukan penetrasi pertama,
baik awal kepala penis masuk maupun saat “selaput dara” mulai robek. Terakhir
adalah belajar mengkotraksikan otot-otot vagina untuk member kesan liang
senggamaku masih sempit. Tentu saja aku meminta bantuan bossku itu untuk
“memerawani” aku lagi berkali-kali dengan menggunakan synthetic hymen tersebut
sampai aku benar-benar percaya diri untuk melakukannya sendiri. Bossku memasang
kamera yang merekam setiap adegan latihan tersebut supaya bisa kami bahas
sesudahnya. Setiap latihan “malam pertama” ini dilakukan dengan lengkap, mulai
dari melakukan fore play sampai bossku ejakulasi. Aku harus melatih menjaga
reaksiku seperti benar-benar baru pertama kali bersetubuh, bukan sebagai wanita
yang sudah sangat berpengalaman dalam berhubungan badan. Untungnya aku dan suamiku
sering melakukan petting waktu pacaran, sehingga aku tidak perlu belajar
berpura-pura malu telanjang dihadapan dia. Akhirnya aku merasa benar-benar
lancar melakukannya setelah 7 kali latihan ditambah satu kali “gladi resik”
yang semuanya kami lakukan dalam 2 minggu sebelum hari perkawinanku. Namaku
adalah Rina, saat cerita ini terjadi umurku sudah 32 tahun, masih single dan
masih perawan tapi rencananya tahun depan aku mau menikah dengan tunanganku
yang sudah kupacari lebih dari enam tahun. Walaupun masih perawan, pengalamanku
tentang seks sudah tidak awam lagi karena dua tahun terakhir ini aku dan
tunanganku cukup aktif melakukan petting hampir pada tiap kesempatan untuk
bercumbu. Kami biasa melakukannya di tempat kos tunanganku setelah aku dijemputnya
dari kantor. Sebenarnya cukup risih juga melakukannya di sana karena
teman-teman kosnya melihatku seperti perempuan murahan setiap kami melewati
mereka. Tapi aku tidak punya pilihan tempat untuk melakukannya karena aku
benar-benar seperti sudah ketagihan, sehingga sering kali aku duluan yang
memintanya. Kata orang nafsu seksku sangat besar karena aku memiliki payudara
yang besar dan bulat walaupun demikian tetap proporsional terhadap ukuran
tubuhku yang sedang-sedang saja. Besarnya payudaraku juga didukung oleh
dagingnya yang padat dan kenyal sehingga membuat dadaku seperti selalu
membusung dan menantang yang membuat setiap laki-laki ingin meliriknya.
Meskipun kami sudah melakukan ratusan kali petting, tapi aku tetap bisa
mencegah dan menolak tunanganku melakukan penetrasi. Aku tidak punya
kepercayaan penuh bahwa dia akan menikahiku kalau aku sudah menyerahkan
keperawananku padanya. Selama ini dia sudah beberapa kali mengundurkan rencana
perkawinan kami dengan berbagai alasan sehingga membuat hubungan kami juga
sering putus nyambung. Alasannya yang paling sering digunakan adalah karena aku
masih bekerja dan terikat kontrak kerja dengan perusahaanku. Dia selalu bilang
bahwa dia ingin aku menjadi ibu rumah tangga saja karena dia sanggup mencari
nafkah buatku walaupun sampai sekarang belum benar-benar bisa dibuktikan. Aku
bekerja di sebuah perusahaan teknologi IT dan Telekomunikasi di Bandung sebagai
staf bidang marketing untuk membantu direktur utama. Pak Yanto adalah atasan
langsungku yang selain sebagai direktur utama juga sekaligus merupakan salah
satu pemilik perusahaan. Beliau seorang laki-laki berbadan tinggi besar (tinggi
sekitar 180an cm dan berat badannya lebih dari 100Kg), berumur 44 – 45 tahun.
Berpenampilan cukup gagah dengan kumis dan janggut tebal yang sudah dihiasi
uban yang justru menambah wibawanya. Satu hal yang sering jadi bahan obrolan
staf-staf wanita di kantor tentang bossku ini adalah bulu tangan dan kakinya
yang lebat yang membuatnya terlihat sangat seksi buat kami kaum hawa. Sebagai
stafnya pak Yanto tentu saja kami sering bertemu, baik dalam rapat-rapat
marketing maupun saat aku menghadap beliau untuk menerima atau melaporkan
tugas-tugasku. Salah satu kebiasaan pak Yanto yang sering membuatku risih
adalah beliau tidak segan-segan memandang ke arah dadaku dengan pandangan kagum
dan seolah-olah ingin melihat ke dalamnya. Beliau juga suka melihat ke arah
selangkanganku saat aku memakai celana panjang ke kantor. Daging di sekitar
vaginaku memang sangat tebal dan gemuk sehingga kalau memakai celana panjang
yang agak ketat selangkanganku terlihat menonjol seperti halnya tonjolan penis
pada celana laki-laki. Tapi untuk hal-hal di luar itu beliau sangat santun,
sopan dan selalu bersikap gentle terhadap staf-stafnya, bahkan sama sekali
tidak pernah menepuk atau memegang tubuh staf wanitanya. Seperti halnya
beberapa staf wanita lainnya, diam-diam aku sering mengagumi beliau dan
mengidolakannya sebagai pria idaman yang ingin kami jadikan sebagai kriteria
suami atau yang ingin suaminya seperti beliau. Kadang-kadang beberapa staf yang
sudah menikah suka bergunjing membayangkan bagaimana ‘pelayanan’ pak Yanto di
ranjang yang mereka anggap selain ‘hebat’ juga akan segentle sifatnya. Mereka
suka membandingkan dengan suami mereka rata-rata hanya main tabrak lari saja
saat berhubungan intim. Di kantor memang beredar gossip bahwa ada 2 - 3 orang
karyawan wanita mulai dari level staf biasa sampai manajer yang tidur dengan
beliau secara teratur. Mereka ada yang statusnya masih single maupun yang sudah
menikah saat diajak tidur oleh beliau. Menurut gossip juga, staf wanita yang
dipilih akan ditidurinya adalah dengan membawanya dalam perjalanan dinas hanya
berdua dengan beliau. Sebagai staf yang masih single tentu saja aku hanya jadi
pendengar, tetapi aku menjadi suka mengkhayalkan perbandingan antara melakukan
petting dengan tunanganku dan kalau seandainya melakukan petting dengan pak
Yanto saat diajak dinas bersamanya. Dalam beberapa hari ini aku mendapat tugas
mengikuti short course dan workshop di sebuah institut manajemen di Jakarta
Selatan yang berlangsung seminggu penuh. Aku juga tahu bahwa pada saat yang
sama pak Yanto sedang ada di Jakarta untuk beberapa urusan yang memakan waktu
sekitar 2 – 3 hari. Biasanya beliau menginap di hotel bintang 5 di bilangan Mega
Kuningan tentu saja tidak sama dengan hotelku menginap yang berada di bilangan
Jakarta Selatan. Tapi terjadi peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu pada
akhir short course hari pertamaku bossku muncul dan mengajakku jalan-jalan dan
menemaninya makan malam. Institut tempat short courseku memang merupakan
sekolah beliau mengambil S2 dan beliau biasa mampir ke sini. Aku sih
senang-senang saja, walaupun rada deg-degan juga karena aku akan jalan hanya
berdua dengan pria yang aku kagumi dan untuk pertama kalinya bukan untuk urusan
pekerjaan. Pak Yanto juga sedikit berbeda dari biasanya karena sekarang beliau
kadang-kadang memegang tanganku pada saat yang memang diperlukan, seperti
menyebrang jalan atau menerabas kerumunan orang. Tapi lama kelamaan aku menjadi
merasa nyaman dengan hal tersebut sehingga sering dengan sengaja aku tidak
melepaskan tangannya lagi walaupun sebenarnya sudah tidak perlu lagi. Jadilah
kami berjalan-jalan sambil bergandengan tangan, kadang-kadang malah aku
menggelendot agak manja seperti yang sedang pacaran. Malamnya aku dikembalikan
ke hotelku tanpa ada kejadian istimewa apapun dan tanpa ada janji dari beliau
untuk bertemu lagi esok harinya. Aku sempat berpikir apakah aku bukan teman
kencan yang menyenangkan buat beliau sehingga hari ini terlewat begitu saja
tapi mungkin saja memang beliau hanya sedang butuh teman jalan-jalan. Hari
kedua atau hari Selasa beliau kembali beliau muncul menjemputku, kali ini
selain makan malam beliau juga ingin ditemani menonton di bioskop. Pada
‘kencan’ di hari ke dua ini, aku sudah tidak ragu-ragu lagi untuk berinisiatif
memegang tangan beliau duluan. Beliaupun ‘mulai berani’ merangkul pundakku saat
berjalan atau memeluk pinggangku dari belakang dengan kedua tangannya ketika
antri tiket bioskop. Walaupun hal itu membuatku jadi merinding dan panas
dingin, tetapi aku sangat suka sekali diperlakukan seperti itu oleh beliau.
Sebagai pamungkas di malam itu, saat beliau mengantarkanku kembali ke hotel
beliau mencium pipiku serta berjanji akan menjemputku kembali esoknya. Aku pun
membalasnya dengan kecupan sekilas pada bibirnya sebagai tanda aku sudah
menerima beliau lebih dari sekedar teman biasa ataupun sebagai bossku. Malam
itu aku pikiranku melayang ke mana-mana dan kalau gossip itu benar artinya aku
sedang dipilih sebagai “salah satu wanitanya”. Perasaanku campur aduk, tetapi
anehnya aku merasa sangat senang bahkan bahagia menjadi wanita pilihan beliau.
Bahkan aku sudah berandai-andai bagaimana cara memulai percakapan yang akan
dipakai beliau untuk mengajakku bercumbu. Hari Rabu aku sudah siap menunggunya
dengan mengenakan rok yang rapi seperti yang biasa aku pakai kalau aku mau
berkencan dengan tunanganku. Pak Yanto kali ini mengajakku makan malam di
tempat yang romantis di restoran yang letaknya di lantai paling atas salah satu
gedung tinggi di Jakarta. Setelah dari sana, beliau mengajakku ke daerah utara
Jakarta untuk menikmati pemandangan pantai di malam hari dan untuk pertama
kalinya kami berciuman di dalam mobil. Pak Yanto sangat pandai dalam berciuman
sehingga membuatku sangat terhanyut sampai aku sempat berharap beliau
melanjutkannya dengan petting saat itu juga di mobil. Tapi beliau benar-benar
hanya menciumi bibir dan memelukku saja, bahkan meraba-raba tubuhku pun tidak
beliau lakukan. Kami kembali berciuman di area parker hotel tempat menginapku
dan aku mengira beliau akan ikut ke kamarku, tapi kembali tebakanku meleset …
Malam itu tidurku sangat gelisah karena gairah birahiku yang sudah dibangkitkan
oleh beliau tidak bisa tersalurkan seperti biasanya. Padahal gairah yang aku
alami sekarang jauh lebih besar dari gairah yang aku rasakan kalau sedang
bercumbu bersama tunanganku karena merupakan akumulasi dari malam sebelumnya.
Tapi aku juga agak bersyukur pak Yanto hanya menciumku karena sebenarnya aku
agak takut beliau akan meminta lebih dari melakukan petting yaitu berhubungan
badan dan aku tak yakin bisa menolaknya. Hari Kamis, hari pertama workshop di
mana giliran kelompokku hanya ½ hari dan seperti sudah tahu jadwalku pak Yanto
sudah menunggu di kantin kampus untuk mengajak makan siang di luar. Saat
melihatnya aku sangat gembira karena sejak pagi tadi aku memang sangat kangen
kepada beliau. Aku langsung menarik-narik beliau untuk bergegas menuju mobil
supaya aku bisa segera melepas kangenku. Baru saja bibir kami saling menempel,
pak Yanto melihat satpam kampus yang berpatroli ke arah mobil kami sehingga
pelampiasan kangenku menjadi tertunda. Kembali aku mengalami kebuntuan
penyaluran gairahku tepat pada saat seharusnya meledak. Sambil membawa mobil
keluar dari parkiran, pak Yanto bilang padaku bahwa setelah makan siang, kami
akan mampir dulu ke hotel tempat dia menginap sambil menunggu tibanya waktu
untuk jalan-jalan menjelang sore harinya. Aku sih senang-senang saja karena
setidaknya kami punya waktu dan tempat private untuk berduaan sebelum
jalan-jalan lagi. Siang itu kami makan siang di restoran yang seluruh menunya
adalah olahan daging kambing dan domba. Aku memesan steak kambing yang cukup
besar dan jus buah tetapi menggunakan campuran susu kambing juga. Pak Yanto
sendiri memilih memesan sate kambing muda dan beberapa masakan tradisional
lainnya. Karena aku sudah tidak sabar ingin melepas kangen di kamar hotelnya
beliau, kami tidak berlama-lama di sana dan segera menuju Mega Kuningan. Di
dalam mobil aku mulai merasa tubuhku agak panas tetapi aku tidak terlalu
pedulikan. Aku lihat sambil menyetir pak Yanto menelan pil dan memberikan pil
yang lain ke padaku yang langsung aku telan juga. Beliau bilang pil ini untuk
mengurangi kolesterol dari masakan olahan daging kambing tadi tapi meskipun
demikian pil itu justru membuat badanku semakin terasa panas. Tak lama kemudian
kami sampai di hotelnya pak Yanto dan sambil bergandengan tangan kami berjalan
menuju kamarnya beliau. Begitu masuk ke dalam kamar, aku langsung memeluk pak
Yanto dan menciuminya dengan gemas. Setelah memastikan pintu terkunci dengan
baik, beliau lalu balas memelukku dan menciumku dengan tak kalah hangatnya.
Walaupun sudah berada berduaan saja di dalam kamar, beliau tidak bertindak
seperti yang aku bayangkan tentang laki-laki yang suka memanfaatkan keadaan.
Aku coba melakukan beberapa isyarat yang paling memungkinkan karena aku tidak
mau disebut tidak sopan oleh beliau, seperti meremas dengan halus buah
pantatnya atau menggesek-gesekkan badanku dan pahaku ke penisnya. Semua usaha
itu bukan hanya tidak mendatangkan hasil, malahan membuatku menjadi kelimpungan
sendiri akibat gairahku yang semakin meninggi. Setelah puas berciuman, aku
segera melepaskan diri dan duduk di kursi sambil meminum air putih untuk
menenangkan diri. Sedangkan pak Yanto mengeluarkan notebooknya dan menatanya di
meja kerja yang tersedia di kamar tersebut. Sambil menunggu, aku kemudian
menyalakan TV dan memijit-mijit remote untuk berpindah saluran dari yang satu
ke yang lain sambil melamun. Entah kenapa aku merasa badanku kembali makin
panas, bukan seperti panas karena demam tapi panas seperti aku habis berolah
raga karena nafasku juga memburu dan jatungku berdebar dengan lebih kencang.
Aku juga merasa putting susuku semakin keras dan menjadi lebih sensitif bahkan
terhadap BH yang aku pakai. Demikian juga dengan vaginaku yang terasa lebih
lembab seperti keluar keringat dari sana. Hal yang seperti ini biasanya
kurasakan saat aku sedang dilanda gairah berahi kalau bercumbu dengan tunanganku.
Aku menjadi gelisah karena campur aduk antara rasa malu sekaligus rasa frustasi
karena berahiku tidak bisa tersalurkan. Perubahan yang terjadi padaku rupanya
tak luput dari perhatian pak Yanto yang segera menghampiriku sambil memegang
tangan dan kepalaku. “Rina, apakah kamu sakit ?” Tanyanya sambil mengusap-usap
keringat yang ada di sekitar keningku. “Ga tau Pa, tiba-tiba saja badan Rina
jadi terasa panas” Jawabku dengan gelisah. “Mungkin karena tadi makan steak
daging kambing, karena Rina memang jarang sekali makan daging kambing sudah
bertahun-tahun” Lanjutku semakin gelisah sambil membuka blazerku dan sepatuku.
“Coba kamu baringkan dulu di tempat tidur…” Katanya sambil mencoba membantuku
untuk bangun dari kursi. Aku coba bangun tetapi rasanya badanku lemah sekali
hampir tidak ada tenaga sehingga akhirnya terjatuh kembali ke kursi. Pak Yanto
lalu mencoba membantuku dengan cara melingkarkan tangan kiriku ke bahunya dan
tangan kanannya melingkari pinggangku sambil mengangkat badanku bangun. Dengan
disangga seperti itu aku berhasil bangun dari kursi, tapi kembali hampir
terjatuh saat mulai melangkah. Melihatku seperti itu pak Yanto lalu menyuruhku
memeluk lehernya supaya dia bisa mengangkat tubuhku untuk dibopong ke ranjang.
Pada saat dibopong aku merasakan sesuatu yang lain, badanku merasa lebih nyaman
dalam pelukan pak Yanto yang sedang membopongku. Karena itulah aku tidak mau
melepaskan pelukanku pada lehernya saat pak Yanto akan membaringkanku di tempat
tidur. Akibatnya pak Yanto malah ikut-ikutan tertarik ke tempat tidur dan jatuh
menindihku. Saat itu wajah kami menjadi sangat berdekatan sehingga aku bisa
merasakan hangatnya nafasnya. Tanpa berpikir panjang lagi aku mencium bibir pak
Yanto yang kemudian membalas ciumanku dengan tak kalah hangatnya dan akhirnya
kami berciuman dengan mesra sambil berpelukan di atas ranjang. Saat berciuman
di atas ranjang, mau tak mau tubuh pak Yanto yang menindihku bersentuhan
langsung dengan tubuhku. Hal ini rupanya mulai membuat beliau menjadi tidak
“jinak” lagi, tangan beliau mulai menyusuri tubuhku dan meremas atau
mengelus-elus apapun yang ditemuinya walaupun masih tertutup oleh pakaian.
Pinggulnya juga digerak-gerakkan supaya bisa bergesekan dengan bagian bawah
tubuhku. Lama-kelamaan ciuman kami semakin brutal … Kedua kakiku aku tekuk ke
atas supaya bisa menjepit pinggang beliau, akibatnya rok yang aku pakai
tersibak dan tertarik ke atas perutku membuat kedua paha sampai ke celana
dalamku menjadi terbuka. Tangan pak Yanto juga kini secara bergantian
meremas-remas payudaraku dari luar kemejaku atau mengelus-elus pahaku sampai ke
selangkangan. Dengan sengaja aku menggerak-gerakkan pinggulku agar vaginaku
yang mulai lembab dibalik celana dalamku bisa bergesekan dengan penis pak Yanto
yang kurasakan sudah mengeras di balik celana panjangnya sejak dari mulai
menindihku. “Paaa… Rina ingin bercumbu dengan Bapaaa …Rina ingin petting sampai
puas dengan Bapaaa…” Tanpa malu-malu aku meminta pak Yanto mencumbuku seperti
yang biasa aku katakan ketunanganku kalau aku ingin mengajaknya petting. Pak
Yanto kemudian mulai melucuti bajuku terlebih dahulu tanpa perlawanan sama
sekali sehingga akhirnya aku tergolek telanjang bulat di ranjang bossku
sendiri. Bukannya merasa malu, malah sambil menunggu pak Yanto yang sedang
membuka bajunya, aku meremas-remas payudaraku dan mengelus-elus vaginaku dengan
tanganku sendiri sampai mengeluarkan suara desahan karena rangsanganku sendiri.
“Ahhhhhh….ohhhhhh….ohhhhh….ohhhhh…” Aku mendesah sendiri dengan mata setengah
terpejam dan menaik-turunkan pinggulku seirama dengan gerakan tanganku
mengelus-elus vaginaku. Tak lama kemudian pak Yanto datang langsung menindihku
dan menggumuliku dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Penisnya yang sudah
tegang digesek-gesekkannya ke bibir vaginaku sedangkan bibirnya bukan hanya
menciumi bibirku saja tapi juga kuping, leher dan putting susuku. “Ohhhhhh
…bapaaaa…ohhhh …..mpppphhhhhhhh…ahhhhh…..uhhhhh….” Tanpa henti-hentinya aku
mendesah, melenguh dan mengerang sambil memanggil-manggil bossku. “Aduuhhhh
….sakit paa…uhhhhhh….ohhhhhhh…” Aku sedikit mengaduh saat kepala penis pak
Yanto mulai mendesak-desak ke dalam lubang senggamaku “Ss..saya …ma..masih
…pe..perawan paaa…. t..tolong …paa…” Rintihku memohon belas kasihnya. Saat itu
muncul rasa takutku akan kehilangan keperawananku karena ternyata aku tidak
punya nyali yang cukup untuk menolak pak Yanto melakukan penetrasi. Tapi saat
ini jangankan “melawan” pak Yanto, aku sendiri masih kesulitan mengendalikan
gairah berahiku sendiri untuk berpikir jernih. Apalagi pak Yanto sangat pintar
dalam bercumbu sehingga dalam keadaan normalpun ada kemungkinan besar aku tidak
akan kuat juga menahan “gempurannya”. “Aduuuuhhhhh….jangan dimasukin
paaaa….saya belum pernah….ohhhhhh…ohhhhhh” Kucoba kembali mengingatkan beliau
bahwa aku masih perawan. Ketika itu sedikit kesadaranku muncul, kulihat pak
Yanto sedang berlutut di selangkanganku yang sudah beliau kangkangkan
lebar-lebar dengan kedua kakinya. Penisnya ditekan keluar masuk liang
senggamaku denga bantuan tangan kanannya. Sekilas aku lihat di kepala penisnya
sudah ada lumuran cairan merah segar walaupun belum begitu banyak, apakah itu
darah perawanku ? “Adduuuduuuuuuhhhhhhhh….sakiiiiiiit
paaaaaa….auhhhhhhhh…paaaaa…..” Rasa sakit itu akhirnya mengalihkan pikiranku
karena kurasakan kepala penisnya pak Yanto sudah mulai memasuki liang
senggamaku lebih ke dalam bukan lagi di bibirnya saja seperti sebelumnya.
Walaupun vaginaku sudah sangat basah, tetapi akibat rasa sakit yang kualami
menjadikan otot-otot vaginaku berkontraksi sehingga liang senggamaku menjadi
lebih kaku dan sempit karena tegang. Melihat hal itu pak Yanto lalu
membungkukkan tubuhnya untuk memeluk dan menciumi aku dengan tetap menjaga
posisi penisnya pada kedalaman yang sudah dicapainya sekarang. “Rina sayang
…kasih saya jalan untuk masuk sayang …” bisik pak Yanto di telingaku sambil
terus menciumi aku. Dengan telaten pak Yanto terus mencumbuku sambil
mengelus-elus hampir seluruh tubuhku untuk meredakan keteganganku sekaligus
mengembalikan gairah berahiku. “Ohhhhhh …..paaaa….Rina sayang bapaaa…..”
Racauku saat aku mulai mengendurkan kontraksi otot vaginaku.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS ………. Pak Yanto tidak menyia-nyiakan “kesempatan” yang
aku berikan dengan langsung memasukkan seluruh batang penisnya ke dalam liang
senggamaku hingga sampai kepangkalnya dalam satu genjotan.
“AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHH…………” Aku mengerang dengan keras antara sakit
dan rasa nikmat yang luar biasa baru bagiku. “Bapa jahat …Rina sakit sekali…”
Aku merengek manja Pak Yanto sama sekali tidak menghiraukan hal itu dan beliau
mulai memompa penisnya keluar masuk di liang senggamaku.
“Ohhh…ohhh…ohhh…adduuuuuhhh….ohhh…ohhh…ohhh…ohhh…” Desahku menyambut pompaan
penis pak Yanto. Pak Yanto menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan
kadang-kadang berputar dengan irama yang berubah-ubah dari lambat menjadi cepat
kembali ke lambat dan seterusnya. Gelombang nikmat secara bergantian melandaku
sehingga kadang-kadang aku seperti kehilangan kesadaran dan tidak memikirkan
hal lain selain persetubuhan itu sendiri. “Bapppaaaaa…oohhhh….enaaakkk…sekaliiii…paaaa….ahhhhh…
terus…paaa…Rinaaa …sukaaa.. sekali ….aaahh” Aku kembali meracau nikmat.
CROK…..CROKK….CROK….CROKKK…..CROKK…..suara penis yang memompa di vagina yang
sudah becek mulai terdengar dengan keras. Payudaraku berguncang-guncang dengan
keras, tanganku mencakar-cakar punggung beliau sambil memalingkan kepalaku ke
kiri dan ke kanan bergantian karena nikmat yang luar biasa. CROK…CROK …CROK
…CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK Genjotan penis pak Yanto semakin cepat dan keras
sedangkan vaginaku semakin becek. Kurasakan kasur dan sprei di bawah pantatku
sudah sangat basah oleh cairan yang aku keluarkan. “OOOOOooooohhhhhhhhhhh
….R…Ri..ina…su ..sud..dah mau …sampe …paaa” Kataku saat gelombang nikmat yang
melandaku semakin besar. “Euhhh…euhhh….euh…OOOOOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHH” Badanku
bergetar dengan keras saat mengalami orgasme pertamaku dari penetrasi penis
seorang pria. “Ennngggggghhhhhhhhh …..” Aku mengerang pelan sambil
menggigit-gigit jari telunjukku. Untuk sejenak aku seperti orang yang kehilangan
kesadaran, pikiranku hanya terfokus untuk merasakan kenikmatan luar biasa yang
baru pertama kalinya kualami. Aku mulai tersadar kembali saat merasakan ciuman
dan kecupan pak Yanto pada kuping, leher dan putting susuku. Beliau tetap
memompakan penisnya pada liang senggamaku dengan irama yang teratur walaupun
tidak secepat sebelumnya, untuk menjaga gairah kami berdua.
“Euhhh……………euh……..euhhh…….euhhh” aku mulai mengeluarkan suara lenguhan lagi.
Pak Yanto menaikkan frekuensi pompaannya tetapi masih dengan kecepatan yang
sama. “Uuuuuhhhhhh….Uhhhhhh…Uhhhhhhh….Uhhhhhh” Lenguhanku makin keras dan
panjang. CROK…CROK …CROK …CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK… Vaginaku sudah becek
lagi “Bapaaaaaaaa…. Ohhh….ohhhh….ohhhh….ohhhhhh….enak sekali paaaaa….ohhhhhhh”
CROK…CROK …CROK …CROK …CROK ….CROK…CROK ….CROK
“AHHHHH……..AHHHHHHHHH……AHHHHHH……..Ohhhh….Ohhhhhhhh” Aku hanya bisa
melolong-lolong nikmat dengan semakin cepatnya pompaan penis beliau. Pak Yanto
merubah posisinya menjadi berjongkok di depan selangkanganku dan menaikkan
kedua kakiku ke bahunya. Pompaan penisnya sekarang menjadi sangat panjang dan
dalam seolah-olah akan mengobrak-abrik rahimku.
“OOOOOOOOHHHH…….euhhhh……..OHHHHHHHHHH….OHHHHHHHHHHHH….” Kembali hanya lolongan
nikmat yang bisa kuperdengarkan. “Aduhhh Bapaaaa…..Rina ini
diapaiiinnnnn….nikmat sekaliiii …..ohhhh….ohhh….” Aku mulai meracau. Kedua
tanganku tidak bisa lagi memeluk pak Yanto, sehingga akhirnya aku hanya bisa
mencakar-cakar seprei atau meremas-remas bantal penyangga kepalaku.
“AARRRRHHHKKKKKKK …… RINA SUDAH GA TAHAAAAN …..” Aku menjerit nikmat sekali
lagi saat orgasme keduaku datang “Se…se..bentar Rin…ss..ssa..ya juga sudah mau
keluaaarrrr…” Kata pak Yanto dengan sedikit terbata-bata. Kurasakan gerakan
penisnya pak Yanto sudah tidak teratur lagi dan lebih sering berlama-lama di
dalam setiap kali pompaan masuk. Penis beliau mulai berdenyut denyut dan
kurasakan tubuhnya mulai bergetar keras. “AHHHHHHHHH …..saya kke
…ke..keluarrrrrr” Pak Yanto berteriak tertahan
SROTTT….SROOOOOOOT….SRROOOOT…crot…crot…crot… Kurasakan ada semprotan cairan
hangat membanjiri ke dalam rahimku melengkapi kenikmatan orgasme kedua yang aku
alami. Mataku berputar hingga kelihatan putihnya saja sambil mencoba menikmati
sisa-sisa gelombang kenikmatan yang pelan-pelan menyusut. Ketika pandanganku
sudah pulih, kulihat pak Yanto sedang menciumi payudaraku dan putting susunya.
Melihatku sudah “kembali” pak Yanto lalu mencium bibirku dengan lembut. “Udah
enakan sayang …” bisiknya “Enaaak sekali pa…” Kataku dengan tersenyum malu .
Kami lalu berciuman dan berpelukan sambil bergulingan di tempat tidur untuk
melepaskan sisa-sisa gairah dan birahi yang masih ada. Setelah berahi kami
mereda, pak Yanto mengambil handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat dari
kamar mandi Hotel. Dengan telaten beliau membersihkan noda-noda darah, cairan
vaginaku dan juga air mani beliau yang keluar lagi dari liang senggamaku.
“Uhhhhhhhhh…..” Aku melenguh pelan merasakan nikmatnya gesekan handuk hangat
pada daerah vagina dan selangkanganku yang dilakukan dengan penuh perhatian
oleh pak Yanto. Begitu beliau selesai membersihkanku, aku ulurkan kedua
tanganku ke arah beliau sebagai tanda aku ingin dipeluknya. Pak Yanto kemudian
menindihku lagi lalu kami saling berciuman dan berpelukan seolah-olah tidak
ingin saling melepaskan yang lainnya. Tidak tahu berapa lama kami berciuman
akhirnya aku tertidur pulas karena kelelahan di dalam pelukannya. Pelan-pelan
aku membuka mataku saat terbangun dari tidurku yang sangat lelap, kulihat
langit di luar jendela kamar hotel sudah berwarna kuning menandakan sudah
menjelang sore. Artinya aku tertidur hampir 3 sampai 4 jam sejak tadi siang di
mana saat yang masih kuingat dengan jelas adalah ketika kurasakan badanku
merasa panas lalu dibopong oleh pak Yanto ke tempat tidur. Aku tersenyum
sendiri saat menyadari bahwa sekarang aku dan pak Yanto sedang tidur berpelukan
dalam keadaan sama-sama bertelanjang bulat. Akhirnya pak Yanto mau juga
mencumbuku, bukan hanya memeluk dan menciumku saja seperti beberapa hari
terakhir ini. Saat aku coba bangkit untuk ke kamar mandi, aku kaget ketika
merasakan ngilu pada vaginaku, bukan hanya di bagian luar tetapi juga sampai ke
dalam-dalamnya. Kadang-kadang memang vaginaku sering ngilu sehabis petting
dengan tunanganku, tetapi hanya bagian luarnya saja karena kami memang tidak
sampai penetasi, Tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak, berapa jauh tadi aku
dan pak Yanto bercumbu ? Aku memang berharap bisa bercumbu dengan pak Yanto,
tapi hanya sejauh melakukan petting seperti halnya aku dengan tunanganku. Aku
masih takut dan merasa belum siap untuk melakukan hubungan badan dengan
siapapun. Dalam kebingungan aku coba mencari pakaianku, tapi aku tidak
menemukannya kecuali blazerku yang tergantung di kursi. Malah aku melihat ada
handuk putih dari hotel yang bernoda merah-merah seperti darah. Aku coba
kembali melihat ke sekelilingku, kulihat ada noda-noda merah yang sudah
mengering di sprei tempat tidur serta bercak-bercak cairan lainnya yang
berwarna putih dan yang berwarna kekuningan, keduanya juga sudah mengering.
Tapi kalau aku pegang, sprei dan kasur di bagian itu masih terasa lembab dan
baunya seperti campuran bau kemaluanku ditambah air mani laki-laki. Akhirnya
aku bisa memastikan bahwa aku dan pak Yanto sudah berhubungan badan, bukan
hanya melakuan petting seperti yang tadinya kuharapkan. Perlahan-lahan bagian
demi bagian dari ingatanku mulai pulih, aku mulai bisa mengingat bagaimana awal
proses terjadinya persetubuhan kami sampai aku bisa juga mengingat rasanya
kenikmatan yang aku reguk bersama pak Yanto. Sepanjang ingatanku yang mulai
pulih itu, tidak ada satupun paksaan yang dilakukan pak Yanto kepadaku, malah
aku yang memancing pak Yanto melakukanya karena aku saat itu sangat
menginginkannya. Betulkah aku menginginkannya ? Aku memang diam-diam menyimpan
rasa kagum yang sangat besar kepada pak Yanto dan bisa dikatakan menyayanginya
bukan sekedar sebagai bossku saja. Sehingga kebersamaan dengan beliau beberapa
hari ini menjadi hari yang terindah bagiku karena bisa bersama-sama seperti
sepasang kekasih. Bukan hanya berpengangan tangan saja, tapi dari tiga hari
pertemuan kami sudah saling bertaut bibir, tapi walaupun begitu pak Yanto sama
sekali tidak terlihat kesan ingin meniduriku. Selama kami berciumanpun, beliau
tidak pernah meraba-raba atau meremas-remas bagian tubuhku yang lain selain
memelukku saja. Mengingat semua yang sudah terjadi aku mulai menangis karena
merasa sangat sedih dan takut akan menghancurkan rencana hidupku sendiri ke
depan. Aku menangis tersedu-sedu sambil meringkuk dengan badan telanjang bulat
di ranjang sambil membelakangi pak Yanto yang masih tertidur. “Riin, Rina …
kenapa kamu sayang ?” Tiba-tiba kudengar suara pak Yanto bertanya dibelakangku,
rupanya beliau terbangun karena mendengar tangisanku. Aku merasakan tangannya
mengelus-elus rambutku dan mengusap air mata yang membasahi pipiku, perhatian
beliau membuatku semakin sedih sehingga tangisanku semakin menjadi-jadi.
Akhirnya pak Yanto menarik tubuh telanjangku ke arahnya untuk kemudian
dipeluknya dengan penuh kasih sayang. Kepalaku dibuatnya bersandar dengan
nyaman di dadanya yang bidang sedangkan tubuhku dirapatkannya ke tubuhnya
sehingga aku merasa lebih hangat dan nyaman. Tanganya dengan lembut
mengelus-elus rambut dan punggungku sambil sesekali mengecup ubun-ubunku. Dalam
kehangatan pelukan beliau, perlahan-lahan aku mulai bisa mengendalikan
kesedihanku dan mencoba untuk berpikir lebih jernih tentang kejadian yang
menimpaku ini. Meskipun aku merasa sangat terpukul karena ternyata aku telah
berhubungan badan dengan pak Yanto di luar kendaliku, tapi aku memang ingat
melakukannya secara sukarela sehingga tidak bisa aku marah kepada beliau.
Satu-satunya orang yang harus aku marahi adalah diriku sendiri yang telah
membiarkan diriku berada dalam situasi yang memungkinkan semua ini terjadi.
Sekarang yang harus aku lakukan adalah bagaimana caranya supaya kejadian hari
ini tidak merusak rencana hidupku. Satu-satunya orang yang bisa aku ajak bicara
tentang hal ini tentu saja hanya pak Yanto karena aku sendiri sama sekali tidak
ingin ada orang lain yang tahu. “Rina… saya minta maaf kalau sudah membuat kamu
sedih dengan apa yang telah kita lakukan tadi” Bisik pak Yanto di telingaku.
“Rina juga salah Pa … Karena Rina yang memberi isyarat duluan ingin dicumbu
oleh Bapa” Jawabku dengan masih terisak-isak. “Rina udah merelakan kok
keperawanan Rina diambil oleh Bapa …. Yang membuat Rina sedih adalah apakah
hidup Rina ke depannya masih tetap akan sama sesuai dengan yang Rina rencanakan
?” Lanjutku. Beliau kemudian bertanya apa saja yang dimaksud dengan rencanaku
ke depan itu ? Aku bilang yang paling berhubungan langsung dengan kejadian hari
ini adalah rencana perkawinanku dengan tunanganku tahun depan. Beliau kemudian
bertanya bagaimana cara pacaran kami, dengan malu-malu aku katakan bahwa kami
sudah melakukan semuanya kecuali penetrasi dengan frekuensi yang cukup sering.
Tunanganku juga suka memperlihatkan video-video porno orang bersetubuh dengan
berbagai posisi untuk memancing berahiku dan minatku untuk bersetubuh. Dari
situ beliau mengerti kenapa aku tadi begitu agresif padahal masih perawan dan
menyarankan kepadaku untuk tetap tidak mengijinkan tunanganku melakukan
penetrasi sampai menikah kelak. Beliau menyarankan hal ini karena orang yang
sudah pernah berhubungan badan, cenderung lebih mudah di ajak berhubungan badan
lagi saat gairah berahinya sedang meningkat karena sudah punya pengalaman
bagaimana menuntaskannya. Di lain pihak beberapa laki-laki malah suka jadi
curiga kalau asalnya menolak dengan gigih tiba-tiba menjadi mudah memberikan.
Mengenai robeknya selaput daraku, beliau menawarkan untuk membiayai operasi
atau membelikan implant selaput dara buatan (synthetic hymen) buatan jepang
atau china. Menurut pendapat beliau, rencanaku akan tetap bisa berjalan dengan
syarat yang sederhana saja yaitu: jangan ada yang sampai tahu kejadian ini,
khususnya tunanganku dan sikapku juga jangan sampai berubah terlalu drastis
karena kejadian ini. Obrolan dengan beliau serasa menjadi air dingin yang
menyejukkan hatiku sehingga tiba-tiba rasa sedih, takut dan gelisah yang tadi
dengan hebat melandaku seperti hilang tanpa bekas. Aku sekarang bisa
melanjutkan ngobrol dengan bossku sama cerianya dengan sebelumnya , hanya
perbedaannya adalah sekarang kami mengobrol di atas ranjang dalam keadaan
telanjang bulat dengan badan yang menempel satu sama lain. Begitu seringnya aku
melakukan petting membuatku tidak canggung lagi telanjang bulat di depan bossku
ini. “Tapi kalau Rina lagi sangat pengen untuk begituan, bagaimana doong ?”
Tanyaku manja. “Ya tahan dong … jangan sampai jebol” Jawab pak Yanto sambil
tertawa “Iiiihhh … Bapa mulai ketauan mau buang badan dan ga bertanggung jawab
!” Balasku dengan muka merengut manja. “Ya udah … ini karyawan bukannya
melayani boss, tapi malah minta dilayani bossnya sampe ke ranjang” Lanjutnya
“Rina mau kasih isyarat apa kalo lagi pengen ? Soalnya kita hanya bisa
melakukannya di jam Kantor karena setiap sore kamu dijemput tunangannya kan ?”
Akhirnya obrolan kami dilanjutkan dengan gurauan mengenai cara-cara memberi
isyarat satu sama lain kalau masing-masing sedang ingin bersetubuh. Pak Yanto
juga bilang bahwa dia sangat menyukai bentuk payudaraku dan bentuk daging
vagina luarku (labia mayora) yang tebal sehingga dia tidak bisa menahan diri
untuk selalu melototinya setiap ada kesempatan. Sekarang beliau sangat senang
karena bisa menikmati payudaraku dan vaginaku secara langsung, bukan hanya
dilihat dari luar saja. Obrolan tentang “rencana bersetubuh” ini membuat gairah
kami mulai bangkit kembali sehingga obrolan kami berganti dengan berciuman sambil
berpelukan. Aku harus akui bahwa teknik berciuman pak Yanto sangat mudah
membangkitkan gairah wanita manapun termasuk aku. Hanya dengan berciuman
beberapa menit saja, aku mulai merasakan kemaluanku mulai lembab dan putting
susuku mengeras sebagai pertanda berahiku sudah datang kembali. Kali ini aku
coba memegang kendali dengan menindih pak Yanto terlebih dahulu sebelum beliau
menyadarinya. Ciuman demi ciuman aku lakukan kepada beliau sambil
menggesek-gesekkan kemaluanku dengan kemaluannya pak Yanto yang masih belum
mengeras. Tiba-tiba pak Yanto mengangkat tubuhku sehingga wajahnya menjadi
lebih dekat dengan dadaku. “Aaaahhhhhh ….” Aku hanya sanggup mendesah saat
kedua payudaraku di remas-remas dengan kedua tanganya sedangkan putting susuku
bergantian dihisapnya. “Rina… kita enam-sembilanan yu ? Biar penis saya bisa
cepat bangun …” Ajak pak Yanto kepadaku Aku hanya mengangguk dan tersenyum
sambil tetap memberi isyarat tetap ingin berada di atas beliau. Tanpa menunggu
tanggapan beliau aku kemudian memutar tubuhku dan menyodorkan kemaluanku
sedekat mungkin dengan wajahnya. Dengan lahap aku mulai memasukkan penisnya
yang masih lunak ke dalam mulutku. Layanan pertama adalah dengan
menyedot-nyedot penis tersebut selama di dalam mulutku, setelah mulai mengerasa
aku mulai mengocoknya dalam rongga mulutku. Setelah mengeras, ternyata penis
pak Yanto menjadi sangat lebar sehingga dalam sekejap rongga mulutku seperti
dipenuhi oleh penis beliau sampai aku sempat terbatuk-batuk karenanya. Akhirnya
aku harus bergantian menjilatinya dengan mengemutnya karena kalau diemut terus,
aku hampir tidak bisa bernafas. Belum lagi karena “serangan” bossku di vaginaku
dan serangan tambahan di seputar payudaraku yang memaksaku untuk sering
menjerit-jerit nikmat karenanya. Penis pak Yanto kurasakan sudah cukup keras
dalam mulutku, demikian juga vaginaku sudah basah dan cukup merekah untuk mulai
bersetubuh. Aku kembali memutar badanku sambil tetap memegang penis beliau
dengan tangan kananku. Pelan-pelan aku turunkan selangkanganku ke arah penis
dalam tanganku. BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS …………..
“UUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH ……...” Aku melenguh keras saat merasakan senti
demi senti masuknya penis pak Yanto ke dalam liang senggamaku. Setelah seluruh
batang penis beliau masuk ke dalam liang senggamaku hingga ke pangkalnya, aku
tidak langsung bergerak tapi mencoba menikmati penetrasi ini sambil belajar
mengenali penis pak Yanto sebagai pengunjung pertama ke dalam rahimku. Lebarnya
penis beliau membuatku harus mengangkangkan selangkanganku lebar-lebar agar
proses masuknya tidak terjepit oleh otot vaginaku, aku juga merasakan
seolah-olah liang senggamaku disumpal sampai sesak oleh segumpal daging hangat.
“Ohhhh …hmmmmmm…..ohhhhh….ohhhh….hmmmmm” Aku menggeliat nikmat merasakan
kehangatan penis pak Yanto di dalam organ paling pribadiku itu. Setelah aku
anggap cukup menikmati penis beliau dalam keadaan diam, aku mulai menggerakkan
selangkanganku naik dan turun dengan perlahan sehingga seluruh dinding liangku
bergesekan dengan kulit batang dan kepala penisnya dari atas ke bawah.
“Aduuuhhhhh… ahhh……ohhhhh…ooohhhhh” Aku sangat menikmati gesekan batang penis
beliau dengan dinding liang senggamaku dalam gerakan perlahan ini. Penis pak
Yanto dipenuhi oleh urat-urat pembuluh darah yang menonjol dan keras saat
berereksi, bentuk urat ini mirip akar pohon beringin yang menjalar ke mana-mana
mengelilingi seluruh batang penis seperti ulir. Gesekan batang penis berulir
ini menghasilkan sensasi nikmat yang tidak bisa diperkirakan karena adanya
tekanan yang berbeda-beda. Semakin lama semakin kupercepat gerakan naik dan
turunku sampai sekuat yang aku mampu. “Heehhhh….heehhh….Ohhhhh…..
heehhhh…ohhhhh….heehhhh…Oohhhh…ohhhh…Hehhhh…” Dengusan nafasku yang memburu
karena gerakan naik turunku terdengar bersusulan dengan erangan-erangan
nikmatku yang tak kalah kerasnya. Payudaraku yang cukup besar menjadi
bergoyang-goyang dengan kencang disebabkan oleh guncangan dari aktivitas
naik-turunku. Pak Yanto kemudian membantuku dengan menahan payudaraku agar
tidak terlalu bergoyang dengan ditambahnya sedikit remasan-remasan.
“Heehhh…hehhh…hehh…Ohhhh…ohhhh..hehhh…Ohhhh.ohhhh …ohhh…hehhh...hehhhh…” Aku
menjadi semakin bersemangat. Keringatku mulai bercucuran dan pelan-pelan
tenagaku mulai terkuras oleh aktivitasku sendiri tetapi rasa cape segera
tergantikan dengan kenikmatan yang begitu besarnya. Secara bertahap aku mulai
mengurangi kecepatan naik-turunku dan mengantikannya dengan gerakan naik yang
perlahan yang dilanjutkan dengan bantingan turunnya selangkanganku yang cepat
sehingga aku seperti menancapkan pasak ke jantungku sendiri. Sesampainya di
bawah, pinggulku tidak segera aku naikkan lagi tetapi melakukan gerakan-gerakan
berputar yang mengakibatkan kepala penis pak Yanto seolah-olah ingin melobangi
rahimku. “Ooooohhhhhhhh……….Paaaaaa……Enak
sekali……..Oohhhhhhh…Ooooooooooooohhhhh” Pilihan gerakan ini membuatku
melolong-lolong dengan keras saking nikmatnya. Pak Yanto kembali membantuku
dengan mengangkat pinggulnya saat aku menurunkan selangkanganku atau memutar
pinggulnya berlawanan dengan arah putaran pinggulku yang melipat gandakan
kenikmatanku. Gelombang orgasmeku akhirnya datang dengan bergulung-gulung tak
tertahankan lagi membuatku sama sekali tidak mampu bergerak.
“OOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHH…..RINAAAA….UDAAAHH DAPET…OOOOHHHHHH” Aku hanya bisa
melolong lagi dalam kenikmatan. Kedua kakiku mulai menjadi gemetar dengan
kerasnya sehingga tidak mampu lagi menahan berat tubuhku sendiri yang sedang
berjongkok mengankangi selangkangan pak Yanto. Akhirnya badanku rubuh menindih
beliau yang langsung menghujaniku dengan ciuman-ciuman mesranya dan pelukan
yang hangat. “Aduuuhh bapaa… enak sekali….tapi capenya itu minta ampun..”
Kataku manja “Makanya jangan sering-sering main di atas sayang…” Balas pak
Yanto sambil menyeka keringat yang bercucuran di keningku. Beliau lalu bilang
bahwa dia belum dapet orgasmenya atau ejakulasi, tapi dia akan menunggu sampai
aku sudah pulih staminanya. Sambil menunggu “babak kedua”, pak Yanto lalu
bangkit dari posisi berbaringnya menjadi posisi duduk sedangkan aku tetap
berada dipangkuannya tanpa memisahkan penis dari vaginaku. Dengan demikian
sekarang posisi kami menjadi saling berhadapan satu dengan lainnya. Dalam
posisi yang baru kami kembali berciuman dan berpelukan, bukan hanya bibirku
saja yang di sasar tapi juga kuping, leher dan putting susuku. Aku terpaksa
menggeliat-geliat nikmat dalam pangkuannya karena merasa geli dengan “aneka
serangan” yang dilakukan oleh beliau. “Ouchhhhh… shhhh….geli
bapaaa…ohhhh…mmppphhhhhh…ohhhhh….ahhhhhh…shhhhh” Aku benar-benar sangat menikmati
cumbuan beliau saat itu. Ciuman, belaian, remasan dan pelukan yang kami lakukan
akhirnya mulai menaikkan kembali gairah dan staminaku. “Ohhhh…Rina sudah ga
tahan paaa….setubuhi lagi Rina ….paa…ohhhh……” Aku merintih-rintih meminta
segera disetubuhi lagi. Pak Yanto kemudian mengajakku untuk mencoba doggy
style, aku dimintanya untuk berbalik dan menungging ke arahnya. Dengan dibantu
pak Yanto aku mencoba bangkit dari pangkuannya. “Ahhhhhh…..” Desahku saat penis
beliau terserabut dari liang senggamaku dan aku lihat penisnya masih berdiri
dengan kerasnya. Aku segera berbalik dan merangkak membelakangi pak Yanto yang
sekarang dalam posisi berlutut sambil mengocok-ngocok penisnya. Beliau kemudian
meraih pinggulku agar lebih dekat dengan badannya dan mengarahkan penisnya
langsung ke dalam liang senggamaku yang sudah merekah ranum.
BLESSSSSSSSSSSSSSS…………… “UHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……Bapaaaaa…..” Aku mengerang
nikmat Kurasakan penis pak Yanto mulai bergerak maju mundur di dalam liang
senggamaku, beliau tidak hanya menggerakkan pinggulnya untuk memompakan
penisnya tetapi juga menarik dan mendorong badanku yang melalui pinggulku yang
dipegangnya. Akibatnya badanku ikut bergerak maju-mundur juga dan payudaraku
menjadi berayun-ayun seperti buah pepaya yang akan jatuh dari pohonnya.
“Enaaaak paaaa…. Aduhhhhhh…..enak…..ohhhhhhhh” PLEK…PLEK….PLEKKK…PLEK… kudengar
bunyi pantatku yang beradu dengan kulit paha dan selangkangan pak Yanto.
“Ohhhhh…Ohhhhhh…ohhhhh….ohhhhh…..paaaa….bapaaaa…ohhhh…” Kedua pangkal pahaku
mulai basah oleh cairan yang keluar dari vaginaku dan pelan-pelan mulai
mengalir ke bawah. Tangan dan kakiku mulai tidak kuat menyangga tubuhku dari
tekanan pompaan penisnya, sehingga akhirnya aku terjerembab ke depan menjadi
setengah tengkurap. Pak Yanto sepertinya tidak peduli, beliau hanya menarik
sedikit pantatku agar posisinya sedikit nungging ke atas dan terus memompakan
penisnya tanpa henti. “Bapaaa ….ampunnn….ohhhh…ohhhh…ohhhh….” Aku merintih
nikmat dan mulai kewalahan dengan gencarnya pompaan penis pak Yanto. “Euhhh….
Euhhh… Euhhh… Euhhh… Euhhh… Euhhh…” Pompaan penis pak Yanto mulai tidak
teratur, sedangkan penisnya mulai terasa berdenyut,mungkin sebentar lagi beliau
akan ejakulasi. “BAPAAAAAA…. OHHHHH….. PAAAAAA… ARKKKHHHHHHHH…RINAA..D..DAPET
DULUAAAAN….HHHHH” Denyutan penis pak Yanto justru membuat aku mendapatkan
orgasmeku duluan. “Rina …s..ss..sa…saya juga …akan .. keluarr….AHHHHHH….”
Beliau juga berejakulasi pada saat bersamaan dengan orgasmeku. SRROOOOT
….SROOOOOT ….. SROOOOT…srot…srrrt…srtt Serentetan semburan air mani kurasakan
membasahi rahimku, meresap ke dalam tubuhku meninggalkan kenikmatan tak
terhingga. Saat aku sedang melayang-layang, pak Yanto mencabut penisnya dan
membalik tubuhku sampai terlentang lalu memasukkan kembali penisnya ke dalam
liang senggamaku. Belakangan aku tahu bahwa pak Yanto sangat menyukai romantic
chit-chat after coitus, yaitu obrolan romantis sehabis bersetubuh dengan
kondisi penis yang belum dicabut. Aku juga akhirnya bisa ikut menikmatinya dan
hal inilah yang selalu membuatku kangen kepada beliau untuk mengajaknya
bersetubuh lagi walaupun aku sudah menikah. Kami kemudian berpelukan dan
berciuman dengan berlumur keringat masing-masing. Pak Yanto menanyakan jadwal
menstruasiku dan seberapa teratur jaraknya. Aku bilang bahwa minggu depan
paling telat hari kamis adalah jadwal menstruasiku yang biasanya berjarak 28 –
30 hari dari yang satu ke berikutnya. Beliau terlihat lega mendengar jawabanku,
sehingga aku dengan keheranan bertanya balik kenapa beliau seperti itu. Sambil
tersenyum beliau menjelaskan bahwa dia tidak perlu memberikan aku pil anti
hamil karena aku sedang tidak subur walaupun berkali-kali disirami benihnya di
rahimku. Beliau juga mengajak aku untuk menginap dengannya sampai akhir hari
minggu atau tiga malam lagi padahal tugasku hanya tinggal satu malam saja.
Tentu saja aku dengan antusias menerimanya, walaupun aku harus memikirkan
alasan yang aku pakai kepada tunanganku yang tentunya harus puasa petting
denganku seminggu penuh. Malam itu juga aku diminta check-out dari dan pindah
ke hotel beliau, beliau juga mengajakku belanja baju-baju baru karena akan ada
3 hari 2 malam tambahan. Beliau juga memilihkan aku lingerie yang bisa
menonjolkan payudaraku dan gundukan daging vaginaku. Saat mengantarku untuk
chek-out dan mengambil barang-barangku yang ada di hotel, beliau mengajakku
bersetubuh lagi di kamar hotelku. Tapi aku dengan halus menolaknya karena
vaginaku benar-benar masih ngilu oleh dua kali persetubuhan siang dan sore
tadi. Aku menawarkan oral seks sebagai gantinya dan beliau menyetujuinya dengan
syarat aku harus menelan seluruh air mani beliau. Malam-malam berikutnya
merupakan hari yang penuh kenikmatan dan keringat, setiap persetubuhan dengan
beliau merupakan petualangan baru untukku. Pak Yanto benar-benar sangat pandai
menaklukan wanita tepat di hatinya, terlepas dari kenyataan bahwa beliau
menyelingkuhi istrinya. Walaupun beliau tidak pernah mau membicarakan tentang
komitmen hubungan yang lebih serius, tapi aku dan mungkin juga wanita-wanita
pak Yanto lainnya tidak berani menuntut lebih karena justru takut kehilangan
beliau. Hubunganku dengan pak Yanto terus berlanjut waktu kembali ke kantor dan
aku diberi tahu bahwa aku bukan satu-satunya karyawan yang beliau tiduri.
“Jatahku” kebanyakan adalah di jam kantor bergiliran dengan sekretaris beliau,
sedangkan sex after office hour merupakan “jatah” Manajer dan General Manajer
yang juga atasanku. Walaupun diperlakukan demikian, entah kenapa kami bisa
menerimanya , mungkin karena kami tetap bisa meneruskan sisi kehidupan kami
yang lainnya dengan lebih tenang. Setelah menikah, aku berniat meminta jatah
untuk di hamili beliau seperti yang juga diminta oleh teman-teman wanitanya
yang lain yang sudah punya suami. Aku mengetahui hal ini karena tanpa sengaja
pernah melihat album pribadi beliau di laptopnya yang berisi folder yang diberi
nama karyawan-karyawan wanitanya termasuk aku dan beberapa wanita lain yang
tidak aku kenal. Folder itu berisi foto-foto momen pribadi pak Yanto
masing-masing orang tapi khusus pada folder karyawan wanita yang sudah menikah
juga berisi foto-foto anaknya yang diperoleh setelah jadi karyawan di kantorku.
Tapi rupanya aku tak perlu menunggu lama-lama, benih yang beliau sebar di
rahimku pada waktu “latihan malam pertama” ada yang berhasil membuahi telurku.
Hal ini mungkin terjadi karena hari-hari kami melakukan latihan justru pada
saat periode suburku, sedangkan suamiku menyetubuhiku justru pada masa tidak
suburku. Bahkan aku sudah tidak sempat mengalami menstruasi lagi setelah
menikah dan dinyatakan hamil satu bulan setelah hari pernikahan kami dengan
benih dari bossku sendiri.
“Yantoo … aku hamil !!!” Teriakku di telepon kepada sahabatku
Yanto yang sedang ada di rumah mertuanya di Jakarta. Ditanganku saat itu ada
hasil pemeriksaan USG yang menunjukkan gambar janin berumur 10 minggu yang
sehat. Keputusanku untuk di USG sebenarnya bukan untuk melihat janin ini tetapi
untuk memeriksa perutku karena beberapa minggu ini aku merasa sering mual-mual
dan tidak sembuh-sembuh dengan obat-obatan biasa. Aku tidak menyangka hubungan
badanku dengan Yanto akan membuatku hamil dengan cepat, padahal hubungan badan
pertamaku dengan Yanto baru menginjak bulan ke-3. Namaku Lani, seorang dokter
di Bandung yang sedang mengambil spesialisasi mata saat cerita ini terjadi. Umurku
saat itu sekitar 36 tahun dan berstatus janda cerai dengan satu anak perempuan
ABG. Mantan suamiku juga dokter ahli penyakit dalam yang belakangan aku ketahui
punya kelainan sex, yaitu bisex (suka perempuan dan laki-laki). Sehingga karena
tidak tahan akhirnya aku minta cerai setelah ayahku meninggal. Perceraian dan
kehilangan ayah membuat aku menjadi gamang, apalagi bagiku ayahku adalah
segala-galanya. Kegamanganku itu rupanya terbaca dan dimanfaatkan oleh dokter
NL, seorang dokter senior yang sangat dihormati di kotaku yang juga sekaligus
menjadi dosen pembimbing program spesialisku. Dengan pendekatan kebapakannya
dia akhirnya bisa membawaku ke ranjangnya tanpa banyak kesulitan. Affair kami
awalnya berlangsung cukup panas karena kami punya banyak kesempatan bersama
untuk melakukannya di manapun kami ingin, seperti di tempat praktek, di rumah
sakit, di rumah dokter NL (saat ada istrinya) bahkan di dalam pesawat kecil
(dokter NL ini adalah juga seorang pilot). Karena alasanku berhubungan
dengannya adalah untuk mengisi kekosongan sosok seorang ayah, maka aku pada
awalnya tidak begitu peduli dengan kualitas hubungan seks yang aku dapat yaitu
jarangnya aku mendapat orgasme. Hubungan kami inipun tidak pernah membuatku
sampai hamil walaupun kami sering melakukannya pada periode suburku tanpa
pengaman. Karena perbedaan umur yang cukup jauh, pelan-pelan aku mulai ada rasa
bosan setiap kali berhubungan badan dengan pembimbingku ini. Apalagi
kedekatanku dengan dokter NL ini membuatku mulai dijauhi oleh teman-teman kuliahku
yang secara tidak langsung mulai menghambat program spesialisasiku. Akhirnya
pada suatu acara reuni kecil-kecilan SMAku, aku bertemu lagi dengan
sahabat-sahabat lamaku, termasuk Yanto. Aku dan Yanto sebenarnya sewaktu di SMA
bersahabat sangat dekat sehingga beberapa teman menganggap kami pacaran. Tapi
setelah lulus SMA, Yanto memilih untuk berpacaran dengan sahabatku yang lain
yang kemudian menjadi istrinya. Kalau sebelumnya aku lebih sering berhubungan
dengan istrinya Yanto, bahkan kedua anak kami juga bersahabat. Tapi setelah
acara reuni itu, aku juga menjadi sering bekomunikasi kembali dengan Yanto,
baik lewat telepon maupun SMS. Akhirnya Yanto menjadi teman curhatku, termasuk
masalah affairku dengan dokter NL dan entah kenapa aku menceritakannya dengan
detail sampai ke setiap kejadian. Yanto adalah pendengar yang baik dan dia sama
sekali tidak pernah langsung menghakimi apa yang telah kulakukan, terutama
karena tahu persis latar belakangku. Komunikasiku dengan Yanto sebagian besar
sepengetahuan istrinya, walaupun detailnya hanya menjadi rahasia kami berdua.
Kalau aku sudah suntuk teleponan, kadang-kadang dia mengajakku jalan-jalan
untuk ngobrol langsung sehingga pelan-pelan aku mulai bisa melupakan afairku
dengan dokter NL dan mencoba membina hubungan yang baru dengan beberapa
laki-laki yang dikenalkan oleh teman-temanku. Sayangnya aku sering kurang
merasa sreg dengan mereka, terutama karena mereka tidak bisa mengerti mengenai
jam kerja seorang dokter yang sedang mengambil kualiah spesialisnya. Lagi-lagi
kalau ada masalah dengan teman-teman priaku ini aku curhat kepada Yanto yang
sebagai anak seorang dokter Yanto memang juga bisa memahami kesulitanku dalam
mengatur waktu dengan mereka. Hingga pada suatu siang aku mengajak Yanto untuk
menemaniku ke rumah peristirahatan keluargaku di Lembang yang akan dipakai
sebagai tempat reuni akbar SMAku. Aku ingin minta saran Yanto tentang bagaimana
pengaturan acaranya nanti disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia di sana.
Seperti biasa sepanjang jalan kita banyak ngobrol dan bercanda, tapi entah
kenapa obrolan dan canda kita berdua kali ini sering menyinggung seputar
pengalaman dan fantasi dalam hubungan seks masing-masing. Sekali-sekali kita
juga bercanda mengenai “perabot” kita masing-masing dan apa saja yang suka
dilakukan dengan “perabot” itu saat bersetubuh. Entah kenapa dari obrolan yang
sebenarnya lebih banyak bercandanya ini membuat aku mulai sedikit terangsang,
putingku kadang-kadang mengeras dan vaginaku mulai terasa sedikit berlendir.
Waktu aku lirik celananya Yanto juga terlihat lebih menonjol yang mungkin
karena penisnya juga berereksi. Dalam pikiranku mulai terbayangkan kembali
beberapa hubungan badan di masa lalu yang paling berkesan kenikmatannya. Tanpa
terasa akhirnya kami sampai di rumah peristirahatan keluargaku, perhatianku
jadi teralihkan untuk memberi pesan-pesan kepada mamang penjaga rumah dan
tukang kebun yang ada di sana untuk mempersiapkan rumah tersebut sebelum
akhirnya membawa Yanto berkeliling rumah. Seperti waktu SMA dulu, obrolan kami kadang-kadang
diselingi dengan saling bergandengan tangan, saling peluk dan rangkul atau
sekedar mengelus-elus kepala dan pipi. Setelah selesai berkeliling kami kembali
ke ruang tengah yang mempunyai perapian yang biasa dipakai menghangatkan
ruangan dari udara malam Lembang yang cukup dingin. Di sana Yanto kembali
memeluk pinggangku dengan kedua tangannya dari depan sehingga kami dalam posisi
berhadapan. Pelukannya itu aku balas dengan memeluk leher dan bahunya sehingga
kami terlihat seperti pasangan yang sedang berdansa. “Mmmmpppphhhh ……” Yanto
tiba-tiba memangut bibirku lalu mengulumnya dengan hangat dan lembut. Walaupun
saat itu aku benar-benar kaget, tapi entah kenapa aku merasa senang karena
dicium oleh orang yang aku anggap sangat dekat denganku. Dengan jantungku
berdebar aku kemudian memberanikan diri untuk membalas ciumannya sehingga kami
berciuman cukup lama dengan diselingi permainan lidah ringan. “Ahhh…….” Tanpa
sadar aku mendesah saat ciuman perdana kami itu akhirnya berakhir. Sesaat
setelah bibir kami lepas, aku masih memejamkan mata dengan muka sedikit
menengadah dan bibir yang setengah terbuka untuk menikmati sisa-sisa ciuman
tadi yang masih begitu terasa olehku. Aku baru tersadar setelah Yanto menaruh
telunjuknya dibibirku yang sedang terbuka dan memandangku dengan lembut sambil
tersenyum. Kemudian dia menarik kepalaku ke dadanya sehingga sekarang kami
saling berpelukan dengan eratnya. Jantungku semakin berdebar dan nafasku mulai
tidak teratur, ciuman tadi telah membangkitkan “kebutuhanku” akan kehangatan
belaian laki-laki. Tanpa menunggu lama, aku mengambil inisiatif untuk
melanjutkan ciuman kami dengan memangut bibir Yanto lebih dulu setelah
melakukan beberapa kecupan kecil pada lehernya. Kali ini aku menginginkan
ciuman yang lebih “panas” sehingga tanpa sadar aku memangut bibirnya lebih
agresif. Yanto langsung membalasnya dengan lebih ganas dan agresif, lidahnya
langsung menjelahi mulutku, membelit lidahku dan bibirnya melumat bibirku.
Ciuman yang bertubi-tubi dan berbalasan membuat tubuh kami berdua akhirnya
kehilangan keseimbangan hingga jatuh terduduk di atas sofa. Tangan Yanto mulai
bergerilya meremas-remas buah dadaku, mula-mulai masih dari luar baju kaosku
tapi tak lama kemudian tangannya sudah masuk ke dalam kaosku. Kedua cup-BHku
sudah dibuatnya terangkat ke atas sehingga kedua buah dadaku dengan mudah
dijangkaunya langsung. Jari-jarinya juga dengan sangat lihai dalam
mempermainkan putting buah dadaku. Bibir Yanto juga mulai menciumi leher dan
kedua kupingku sehingga menimbulkan rasa geli yang amat sangat. Terus terang
dengan aksi Yanto itu aku menjadi sangat terangsang dan membankitkan
keinginanku untuk bersetubuh. Maklum sejak putus dengan dosen pembimbingku
praktis aku tidak pernah lagi tidur dengan laki-laki lain. Aku saat itu sudah
sangat berharap Yanto segera memintaku untuk bersetubuh dengannya atau
meningkatkan agresifitasnya ke arah persetubuhan. Aku rasakan vaginaku sudah
sangat basah dan aku mulai sulit berpikir jernih lagi karena dikendalikan oleh
berahi yang semakin memuncak. Sebaliknya Yanto kelihatan masih merasa cukup
dengan mencium meremas buah dadaku saja yang membuat aku semakin tersiksa
karena semakin terbakar oleh nafsu berahiku sendiri. “To, kamu mau ga ML sama
aku sekarang ?” Kata-kata itu meluncur begitu saja dengan ringan dari mulutku
di mana dalam kondisi biasa sangat tidak mungkin aku berani memulainya. Hanya
dengan melihat Yanto menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum, aku langsung
meloncat dari sofa dan berdiri di hadapan Yanto sambil melepas kaos atas dan BHku
dengan terburu-buru. Melihat itu, Yanto membantuku dengan melepas kancing dan
risleting celana jeansku sehingga memudahkanku untuk mempelorotkannya sendiri
ke bawah. Yanto sekali lagi membantuku dengan menarik celana dalamku sampai
terlepas hingga membuat tubuhku benar-benar telanjang bulat tanpa ada lagi yang
menutupi. Tanpa malu-malu, aku kemudian menubruk Yanto di sofa untuk kemudian
duduk dipangkuannya dengan posisi kedua kakiku mengangkangi kakinya. Kami lalu
berciuman lagi dengan ganasnya sambil kedua tangan Yanto mulai meraba-raba dan
meremas-remas tubuh telanjangku sebelah bawah.. “Akkhhhhhh ….” Aku menjerit
pendek saat Yanto memasukkan jari tangannya ke dalam liang senggama dari
vaginaku yang sudah mengangkang di pangkuannya. Tanpa menunggu lama mulut Yanto
juga langsung menyambar putting payudaraku membuat badanku melenting-lenting
kenikmatan yang sudah lama tidak kunikmati. Yanto semakin agresif dengan
memasukkan dua jarinya untuk mengocok-ngocok liang senggamaku yang membuat
gerakan badanku semakin liar. Gerakanku yang sudah makin tidak terkendali
rupanya membuat Yanto kewalahan, lalu dengan perlahan dia mendorongku untuk
rebah di karpet tebal yang terhampar di bawah sofa. Kemudian dengan tenang
Yanto mulai membuka bajunya satu persatu sambil mengamati tubuh telanjangku
dihadapannya yang menggelepar gelisah oleh berahiku yang sudah sangat memuncak.
Melihat Yanto memandangiku seperti itu, apalagi dengan masih berpakaian
lengkap, tiba-tiba aku menjadi sangat malu sehingga aku raih bantal terdekat untuk
menutupi muka dan dadaku sedangkan pahaku aku rapatkan supaya kemaluanku tidak
terlihat Yanto lagi. Sesaat kemudian aku merasakan Yanto membuka pahaku
lebar-lebar dan tanpa menunggu lama-lama kurasakan penisnya mulai melakukan
penetrasi. BLESSSSSS ……kurasakan penis Yanto meluncur dengan mulus memasuki
liang senggamaku yang sudah becek sampai hampir menyentuh leher rahimku.
“Uhhhhhhmmmm ….” Aku mengeluarkan suara lenguhan dari balik bantal menikmati
penetrasi pertama dari penis sahabatku yang sudah aku kenal lebih dari 20
tahun. “Katanya tadi mau ngajak ML ….” Kata Yanto sambil mengambil bantal yang
kupakai menutupi mukaku sambil tersenyum menggoda. “Sok atuh dimulai saja ….”
Jawabku sekenanya dengan muka memerah karena masih malu CROK … CROK … CROK …CROK
…. CROK … ayunan penis Yanto langsung menimbulkan bunyi-bunyian dari cairan
vaginaku. Yanto mengait kedua kakiku dengan tanganya sehingga mengangkang
dengansangat lebar untuk membuatnya lebih leluasa menggerakkan pinggulnya dalam
melakukan penetrasi selanjutnya. “Yantooo…..ohhhh…ahhhhh….. nikmat sekali
…yantooo….” Aku mulai meracau kenikmatan. Kedua kakiku kemudian dipindah ke
atas bahu Yanto sehingga pinggulku lebih terangkat, sedangkan Yanto sendiri
badannya sekarang menjadi setengah berlutut. Posisi ini membuat sodokan penis
Yanto lebih banyak mengenai bagian atas dinding liang senggamaku yang ternyata
mendatangkan kenikmatan luar biasa yang belum pernah aku dapat dari laki-laki
yang pernah meniduriku sebelumnya. “Adduuhhh …. enak sekali … ooohhh…. … kontolnya
….tooo…..kontolmu enak sekaliii …” aku mulai meracau dengan pilihan bahasa yang
sudah tidak terkontrol lagi. Aku lihat posisi Yanto kemudian berubah lagi dari
berlutut menjadi berjongkok sehingga dia bisa mengayun penisnya lebih panjang
dan lebih bertenaga. Badanku mulai terguncang-guncang dengan cukup keras oleh
ayunan pinggul Yanto. Ayunan penisnya yang panjang dan dalam seolah-olah
menembus sampai ke dalam rahimku secara terus menerus sampai akhirnya aku mulai
mencapai orgasmeku. “Yanntooooooo ….. aaaak …kkk…kuu…udd…da…aahh…mmaau…
dddaaapaaat …” kata-kataku jadi terputus-putus karena guncangan badanku. Yanto
merespon dengan mengurangi kecepatan ayunan penisnya sambil menurunkan kakiku
dari bahunya. “Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh …….” Akhirnya gelombang orgasmeku
datang bergulung-gulung, bola mataku terangkat sesaat ke arah atas sehingga
tinggal putih matanya saja dan kedua tanganku meremas-remas buah dadaku
sendiri. Yanto memberikan kecupan-kecupan kecil saat nafasku masih
terengah-engah sambil tetap memaju mundurkan dengan pelan penisnya yang masih
keras menunggu aku siap kembali karena dia sendiri belum sampai ejakulasi.
Setelah nafasku mulai teratur, aku peluk Yanto lalu kami berciuman dengan penuh
gairah dan kepuasan untuk babak ke satu ini. “Lani, aku boleh minta masuk dari
belakang ?” Bisiknya ditelingaku “Tentu saja sayang, kamu boleh minta apa saja
dari aku …” Aku menjawab sambil tersenyum manis padanya. Yanto dengan hati-hati
bangun dari atas tubuhku sampai berlutut, kemudian dengan pelan-pelan dia cabut
penisnya dari vaginaku. “Uhhhhhhhh ….” Aku medesah karena merasa geli bercampur
nikmat saat penisnya dicabut. Aku lihat penis Yanto masih mengacung keras dan
sedikit melengkung ke atas, batang penisnya yang penuh dililit urat-urat
terlihat sangat basah oleh cairan vaginaku. Karpet yang tepat di bawah
selangkanganku juga sangat basah oleh cairanku yang langsung mengalir ke karpet
tanpa terhalang bulu-bulu kemaluanku. Vaginaku memang hanya berbulu sedikit
seperti anak-anak gadis yang baru mau puber, itupun hanya ada di bagian atas
dekat perutku, sehingga aku tidak perlu repot-repot lagi mencukurnya. “Ayo Lan,
balikkan tubuh kamu” Pinta Yanto padaku Setelah berhasil mengankat tubuhku
sediri, aku lalu membalikkan badan untuk mengambil posisi menungging sebagai
persiapan melakukan persetubuhan doggy style sesuai permintaannya tadi. Aku
rasakan Yanto medekat karena penisnya sudah terasa menempel di belahan pantatku
dekat liang anus. Posisi kedua kakiku dia betulkan sedikit untuk mempermudahnya
melakukan penetrasi. BLESSSSS ………………... untuk kali kedua penisnya masuk ke
dalam liang senggamaku dengan mulus “OOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH …………” Aku
melenguh dengan kerasnya mengikuti masuknya penis tersebut. Kurasakan penis
Yanto mulai bergerak maju mundur, bukan hanya karena gerakan pinggulnya saja
tapi juga karena dengan tangannya Yanto juga menarik dan mendorong pinggulku
sesuai dengan arah gerakan penisnya dia sehingga aku seperti “ditabrak-tabrak”
oleh penisnya. “Aaaarkkkhhh….aaaarrrrrkkkkkhhhh ….aaarrrkkkhhh “ Aku
terus-terusan mengerang kenikmatan PLEK … PLEK … PLEK … PLEK … terdengar suara
pantatku yang beradu dengan pahanya Yanto. “AUUUUUHHHHHHH…..AHHHHHHHHH
…..OOOUUUUUUUHHHHH” Aku mulai melolong-lolong dengan kerasnya. TREK … tiba-tiba
kudengar suara pintu yang dibuka. “Neng Lani … ada apa Neng ?” Aku mendengar
suara penjaga rumahku bertanya dengan suara gugup. Rupanya dia dikagetkan saat
mendengar lolonganku tadi yang membawanya datang kemari, tapi akhirnya menjadi
lebih kaget lagi setelah melihat majikannya sedang disetubuhi oleh tamunya.
Lagi pula siapa yang menyangka kami akan nekat bersetubuh siang hari bolong di
ruang keluarga yang terbuka dan masih ada penghuni rumah lainnya. “Ga ada
apa-apa kok Pak, saya sedang mijetin Neng Lani nih …” Kudengar Yanto menjawab
dengan tenang tanpa ada nada kaget atau gugup seolah-olah tidak terjadi
apa-apa, bahkan tanpa menghentikan pompaan penisnya. Hanya kecepatannya saja
dikurangi sehingga tidak terdengar lagi bunyi-bunyian heboh yang berasal dari
beradunya kemaluan-kemaluan kami “Ahhhh …aaaahhh …auhhhhh …” Aku tetap tidak
mampu menahan erangan nikmatku walaupun aku sangat kaget kepergok sedang
bersetubuh oleh Mamang penjaga rumah yang sudah megenalku sejak kecil “Aa..aduh
punten Neng Lani … punten Agan … Mamang tidak tahu Agan-agan sedang sibuk
begini, Mamang tadi takut ada apa-apa denger suara Neng Lani seperti menjerit”
Lanjutnya dengan muka pucat setelah sadar apa yang dilihatnya. “Ya sudah pak,
Neng Lani juga ga apa-apa kok” Kudengar jawaban Yanto “Yaaa Mmmaammang … sayaa
gaaaa apa-apa ko..ok….dududddduuuhhhh….ahhhhh ….shhhhh “ Aku coba bantu
menjawab tanpa melihat ke arahnya tapi malah jadi bercampur desahan karena aku
benar-benar sedang dalam kendali kenikmatan dari gerakan penis Yanto. “Nuhun
upami kitu mah, mangga atuh Neng … mangga Agan … mangga lajengkeun deui, Mamang
mah mau ke belakang lagi” kata Mamang sebelum kemudian berlalu menghilang di
balik pintu. PLEK … PLEK … PLEK …PLEK …PLEK …Yanto kembali menggenjot penisnya
dengan kecepatan penuh “Addduuuuhh….duhhh…terussss….terrruussss
…..arrrrkkkkhhhh “ Aku kembali menjerit-jerit dan bahkan mungkin lebih keras
lagi dari sebelumnya CROK … CROK …CROK … CROK….CROK …cairan vaginaku mulai
membanjir lagi, sebagian ada mengalir turun lewat kedua pahaku sebagian lagi
ada yang naik melalui belahan pantatku karena terpompa oleh penis Yanto.
Kepergok oleh penjaga rumah sedang bersetubuh memang menegangkan, tapi
sekaligus membuat aku semakin terangsang setelah melihat sendiri Yanto bisa
mengatasinya dengan tenang. “Geliiiiii …. Aduuuhh…geli sekaliiiii….uuuhhhhhh
….oohhhhhh….Yantoo….geliii …“ Teriakku saat jari-jari Yanto mulai mempermainkan
liang duburku yang telah basah oleh cairan dari vaginaku. “Sakkkiiiiit
….addudduuuh …. Sakitt….aarrrkkkhhhhh ….” Jeritku ketika Yanto malah memasukkan
jari tangannya ke dalam liang duburku setelah dilumasi cairan vaginaku terlebih
dahulu. Saking sakitnya aku sampai mencoba mengulurkan tangan kananku ke arah
duburku untuk menepis tangannya tapi tidak berhasil. Tapi seperti waktu pertama
kali vaginaku diperawani oleh mantan suamiku dulu, rasa sakit itu lama-lama
hilang dan berganti menjadi rasa nikmat yang sangat berbeda. Walaupun tidak
senikmat penis Yanto yang ada di liang senggamaku, tapi tambahan gerakan
jarinya di liang duburku mulai membuatku semakin bergairah. Tiba-tiba kurasakan
gerakan Yanto menjadi tidak teratur lagi, penisnya seperti berdenyut-denyut di
dalam liang senggamaku sedangkan nafasnya seperti ditahan-tahan. Mungkin Yanto
akan ejakulasi ? Memikirkan hal itu, aku menjadi tambah bergairah menuju
orgasmeku yang kedua. “Lan… Lani…sepertinya aku sudah akan keluarrrr …. “ Kata
Yanto dengan sedikit tertahan “T…ttung…ggguu sebentar lagi To …. Lani juga sss
… sudah …hhhaampir dapppatt lagi” Aku berharap bisa orgasme barengan pada saat
Yanto ejakulasi, saat itu tangan kananku sudah kupakai menggesek-gesek
klitorisku sendiri. “Ahhhhh …” aku menjerit tertahan saat Yanto mencabut
tangannya dari liang duburku Yanto sekarang memakai kedua tangannya itu untuk
menahan pinggulku sambil menekan-nekankan penisnya yang berdenyut makin
kencang. “LANIIIIII …ga bisa aku tahan lagi …. aaaarrkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh”
Yanto mengerang tertahan saat ejakulasi
SSSSSRRRRTTT….SSSSRRRTTTT….SSSSRRRRT…cccrrtt…cccrrr…cccrrtt… aku merasakan ada
tiga kali semburan kuat dalam liang senggamaku diikuti belasan semburan kecil.
Semburan air mani yang hangat akhirnya membuat aku juga segera mendapatkan
orgasmeku yang kedua. “Yantooo…. Nikmat sekali ….aaaakkkkhhhhh ……duuuuhhh ….
benar benar kamu nikmat” aku mulai meracau dengan suara pelan karena sudah
sangat lemas. Walaupun penis Yanto masih terasa keras setelah ejakulasi,
badanku sudah terlalu lemas untuk bisa menahan tubuhku sendiri dalam posisi
menungging. Aku pasrah saja ketika Yanto membalikkan badanku tanpa melepaskan
penisnya dari tubuhku. Walaupun kami bersetubuh cukup lama, tapi tidak banyak
keringat yang keluar dikarenakan udara Lembang yang cukup sejuk, tapi aku lihat
tubuh Yanto tetap agak berkilat oleh keringatnya sendiri. Kami kemudian
berciuman dan berpelukan lagi dengan mesra, tidak pernah terlintas dalam
pikiranku sampai pagi tadi sebelum berangkat ke sini bahwa aku akan bersetubuh
dengan sahabat dekatku sendiri. Tapi aku hampir tidak ada rasa menyesal telah
melakukannya, padahal waktu aku pertama kali disetubuhi dosen pembimbingku ada
rasa menyesal yang cukup dalam. “Lani, kamu bisa menikmatinya sayang ?” Yanto
berbisik di telingaku “Enak sekali To, baru kali ini aku merasakan nikmat yang
luar biasa ” Jawabku dengan lembut “ Terima kasih ya To” Yanto membalasnya
dengan kembali memangut bibirku dengan lembut di sisi lain aku merasakan Yanto
mulai menggerakkan penisnya maju mundur lagi walaupun masih dengan perlahan.
Saat itu aku sudah sangat kelelahan dengan persetubuhan dua babak tadi sehingga
tidak siap untuk melanjutkan ke babak berikutnya. “To, aku udah kecapean
sekarang … kalau kamu masih mau lagi, kita lanjutkan setelah aku istirahat
sebentar. Boleh kan ya sayang ?” Aku coba menolak Yanto melanjutkan niatnya
dengan sehalus mungkin. Yanto rupanya bisa mengerti dan menghentikan gerakan
penisnya, sebagai gantinya aku melakukan kontraksi pada otot-otot vaginaku
untuk “meremas-remas” penis Yanto yang masih keras saja sampai sekarang
walaupun sudah berejakulasi. Dia kelihatannya sangat menikmatinya sampai akhirnya
berejakulasi lagi walaupun semprotannya jauh lebih lemah dan lebih sedikit dari
yang pertama. “Uuuuuuuuhhhhhh ….” Aku kembali melenguh saat Yanto menarik
penisnya yang mulai melunak. Kami kemudian melanjutkan obrolan kami tanpa
mengenakan pakaian dulu, tapi aku tetap menutup badanku dengan selimut yang
disediakan dekat perapian karena walau bagaimanapun aku masih ada sedikit
perasaan risi bertelanjang bulat di depan sahabat laki-lakiku. Yanto ternyata
sangat kaget waktu mengetahui aku tidak memakai kontrasepsi dan sangat menyesal
sudah mengeluarkan spermanya di dalam tubuhku. Aku coba tenangkan dirinya bahwa
akulah yang menginginkan dia berejakulasi di dalam tubuhku, lagi pula selama
ini baik mantan suamiku maupun dosen pembimbingku selalu mengeluarkannya di
dalam dan aku hanya bisa hamil di tahun pertama pernikahan kami. Aku juga
ceritakan bahwa baru dengan Yanto aku bisa dua kali mengalami orgasme dalam
sekali bersetubuh sampai aku merasa kepayahan, padahal sebelumnya hanya
kadang-kadang saja bisa sampai orgasme. Yanto bilang bahwa dia selalu berusaha
mendahulukan pasangan-pasangannya mendapat orgasme duluan, minimal sekali,
sebelum dia berejakulasi. Waktu aku balik tanya memangnya sudah pernah meniduri
berapa wanita, dia hanya nyengir saja. Sekejap ada perasaan cemburu mengetahui
bahwa aku bukan perempuan satu-satunya selain istrinya yang dia tiduri, tapi
aku berusaha redam perasaan itu karena tujuan hubungan kami bukan seperti itu.
Yanto kemudian memintaku untuk bersedia melakukan variasi hubungan anal
dengannya, aku sempat kaget dan menolak permintaannya. Apalagi bila mengingat
sakitnya liang duburku waktu dia memasukkan jari tangannya, apalagi kalau
penisnya yang besar dan keras itu ? Tapi waktu aku melihat pandangan
memohonnya, hatiku menjadi luluh dan bilang ke dia bahwa aku tidak mau
sering-sering melakukannya karena takut bentuk anusku berubah drastis. Kami
kemudian sempat tertawa-tawa waktu membahas tentang peristiwa tertangkap basah
oleh Mamang penjaga rumah sedang bersetubuh secara langsung akibat lolongan dan
jeritan erotisku. Aku i memang dikenal oleh orang lain sebagai orang yang kalem
sehingga kalau sampai menjeri-jerit tentu saja akan mengagetkan mereka. Aku
yakinkan Yanto bahwa akan bisa mengatasi Mamang penjaga rumah supaya tidak
menceritakan kejadian ini kepada keluargaku atau orang lain. Aku cuma menyesal
Mamang itu sudah melihat tubuh telanjangku dalam posisi dan ekspresi yang
sangat merangsang pikiran laki-laki. Setelah hampir dua jam beristirahat, aku
berkata kepada Yanto bahwa aku belum melihat bentuk persisnya penis dia saat
ereksi karena ketika tadi sedang ereksi hampir selalu berada dalam vaginaku.
Yanto balas menjawab bahwa dia juga tidak sempat memperhatikan dengan teliti
bentuk vaginaku, oleh karena itu dia mengajak aku untuk langsung melakukan
foreplay saja dengan posisi 69. Dengansedikit tersipu aku sempat balik bertanya
tentang apa yang dimaksud posisi 69 karena soal teknik seks aku sangat awam.
Akhirnya kami mulai melakukan posisi 69 itu dengan aku berada di atas karena
benar-benar ingin melihat biangnya rasa nikmatku tadi. Ternyata memang diameter
penisnya Yanto sangat besar saat ereksi walaupun biasa saja panjangnya. Tetapi
yang istimewa adalah tonjolan urat-urat pembuluh darah yang mengelilinginya
sepeti ulir sekrup yang membuat gesekan pada dinding vaginaku lebih terasa
nikmat. Tak lama kemudian kami mulai bergumul lagi dengan berahi yang lebih
panas karena melakukannya dengan kesadaran penuh bukan lagi karena reaksi
spontan seperti sebelumnya. Aku mengambil posisi di atas dia sehingga bisa
mengendalikan bagian mana saja dari liang senggamaku yang ingin di sentuh
penisnya. Sedangkan Yanto sendiri selain meremas buah dadaku dan menghisap
putingnya, juga mempermainkan kelentitku dengan jari-jarinya. Akhirnya aku
mencapai orgasme pertama yang sangat nikmat sekaligus lelahkan untuk babak ke
dua ini. Yanto kemudian menagih janjiku untuk berhubungan secara anal sesaat
setelah orgasme pertamaku, sehingga aku kembali dalam posisi menungging.
Sekarang penis Yanto langsung masuk ke liang duburku setelah dibasahi dulu
dengan cairan vaginaku yang menetes. Aku benar-benar merasa kesakitan yang luar
biasa saat penisnya masuk ke dalam lubang duburku yang ototnya masih kaku.
Bahkan aku sempat menjerit jerit kesakitan sebelum akhirnya mulai merasakan
nikmatnya hubungan anal bahkan bisa sampai mendapat orgasme walaupun tidak
hebat penetrasi di vagina. Setelah orgasme keduaku pada anal, Yanto kembali
menyetubuhiku secara konvensional sampai aku mencapai orgasme ketiga padahal
Yanto belum juga mendapat ejakulasinya . Saat itu aku benar-benar sudah
kepayahan menerima serbuanny sehingga akhirnya aku terpaksa memohon untuk
berhenti karena vaginaku sudah seperti hampir mati rasa. Dengan penuh
pengertian Yanto menghentikan aktivitasnya walaupun terlihat ada rasa kecewa di
matanya. Karena hari sudah menjelang malam, setelah beristirahat sebentar
sambil berciuman, kami bersiap-siap untuk kembali ke Bandung. Sebelum pulang
aku berwanti-wanti kepada Mamang penjaga rumah supaya tidak perlu bercerita
tentang apa yang dilihatnya karena kami melakukannya sebagai orang dewasa yang
saling membutuhkan dan saling suka satu sama lainnya. Si Mamang bilang dia
mengerti sebagai janda tentunya aku butuh laki-laki yang menemani saat
kesepian. Dalam perjalanan pulang aku menawarkan ke Yanto untuk melakukan seks
oral di mobil sambil berjalan sampai dia bisa ejakulasi. Aku menawarkan itu
karena merasa bersalah telah menyia-nyiakan sahabatku yang telah memberikan
kenikmatan yang bertubi-tubi ditambah beberapa petualangan seks yang sangat
baru buatku termasuk juga petualangan kepergok Mamang yang mendebarkan. Yanto
tentu saja menyambutnya dengan antusias dan dia memintaku untuk melepas BHku
supaya sambil di oral dia bisa membalas dengan permainan tangannya pada buah
dadaku. Dengan nekat aku lalu mencopot BHku saat mobil berjalan yang artinya
aku harus melepas kaosku dahulu sebelum melepaskan BHnya itu. Sebuah mobil
sempat memberi lampu jauh saat aku bertelanjang dada, aku tidak tahu apakah
pengemudinya sempat melihat kondisiku saat itu. Dengan sabar aku mulai
melakukan seks oral sedangkan Yanto mengemudikam mobil Audi A4 Triptroniknya
hanya dengan satu tangan saja karena tangan kirinya dipakai untuk memainkan
buah dadaku. Aku sempat bergurau bahwa penisnya dia sangat “yummie” sehingga
tidak membosankan untuk dikulum dimulut atau digesek-gesek di vagina. Sekarang
aku mengerti kenapa Yanto mau bersusah-susah memainkan buah dadaku sambil
mengemudi karena ternyata rangsangannya pada buah dadaku itu membuatku banyak
melakukan gerakan spontan pada mulutku saat mengulum penisnya yang membuatnya
merasa lebih nikmat. Walaupun aku sudah berusaha maksimal, tapi Yanto belum
saja berejakulasi padahal sudah dekat rumahku. Tepat ketika mobilnya sudah
berhenti di depan pintu pagar rumahku, Yanto tiba tiba menekan kepalaku dengan
kedua tangannya sampai batang penisnya amblas menyodok masuk ke kerongkonganku
dan …. CRUT…CRUT…CRUT …CRUT … penisnya memuntahkan air mani yang sangat banyak
yang terpaksa aku telan langsung ke perutku “Aaaaahhhh ….” Kudengar suara Yanto
mengerang nikmat Aku coba berontak karena hampir tidak bisa bernafas, tapi
Yanto hanya melonggarkan sedikit tekanan tangannya Crut …crut …crut …crut …
masih ada beberapa semprotan lagi yang keluar dari penisnya berceceran di dalam
rongga mulutku, malah ada beberapa yang menempel di bibir, pipi dan hidungku.
Ketika aku bangun dari pangkuan Yanto, aku lihat si Bibi sedang membuka pintu
pagar dan anakku menunggu di pintu garasi. Dengan terburu-buru aku menyambar
tisu yang disodorkan oleh Yanto yang sedang tersenyum nakal. Aku hanya sempat
menghapus mukaku sekenanya karena takut anakku datang mendekat dan melihat
penisnya Yanto yang tetap mengacung setelah ejakulasi. Saat aku turun dari
mobil malah aku lupa membawa BHku yang ada di jok belakang. Waktu aku mencium
anakku, dia sempat berkomentar kenapa mamanya lengket-lengket dan mulutnya rada
ada bau amis. Yanto memang memberiku banyak petualangan seks yang tidak pernah
aku bayangkan sampai umurku yang bisa dibilang matang ini walaupun frekuensi
pertemuan kami tidak terlalu sering. Aku hanya berhubungan badan dengan dia
saat aku benar-benar membutuhkannya atau karena Yanto memang memintanya. Aku
ingin tetap hubungan kami hanya sebagai sahabat karena hubungan persahabatanku
dengan Yanto jauh lebih berharga dari pada kebutuhanku mencari pasangan hidup.
Setiap kali berhubungan badan aku selalu memaksanya untuk ejakulasi di dalam,
aku tidak mau ejakulasinya di luar ataupun memakai kondom walaupun dia sangat
khawatir karena merasa spermanya sangat subur. Akhirnya kekhawatiran Yanto
terbukti karena kemudian aku hamil, bahkan sampai mencapai usia 10 minggu janin
yang aku kandung. Asalnya aku tidak percaya sampai diperiksa oleh temanku
sesama dokter dengan menggunakan alat USG. Karena hubunganku dengan Yanto belum
mencapai 3 bulan, berarti janin itu berasal dari hubungan seks kami yang
awal-awal. Dengan umur kandungan yang sudah besar, akhirnya aku minta tolong
temanku untuk merekomendasikan dokter koleganya di luar kota untuk membantu
menggugurkannya. Aku tidak mau di kuret di kotaku karena dapat menimbulkan
kehebohan besar. Dengan pengalaman ini akhirnya aku berinisiatif pasang IUD
sehingga Yanto tetap bisa leluasa berejakulasi di dalam tubuhku seperti
keinginanku. Petualanganku denga Yanto akhirnya terhenti setelah dua tahun
ketika ada dokter yang melamarku dan memboyongku ke luar kota. Bukannya aku
tidak ingin setia pada suamiku yang baru, tapi sebenarnya aku sering merindukan
belaian keintiman khas Yanto mengingat dasar hubungan seks kami yang istimewa.
Walaupun dia selalu menjawab komunikasi dariku, tapi dia tidak pernah lagi
memintaku untuk melayaninya seperti yang dulu dia lakukan kalau dia sedang
membutuhkan seks. Padahal tinggal dia minta, aku pasti pergi ke kotanya dengan
cara apapun hanya untuk melayani kebutuhannya. Tapi kalau kebetulan aku tahu
dia sedang ada di kotaku, Yanto tidak pernah menolak kunjunganku ke hotelnya
untuk melepas rindu akan siraman air maninya.
Komentar
Posting Komentar