Pada waktu kemping di pegunungan, tersedia 2 kemah untuk tidur
kami di malam hari. Satu tenda kemah untuk cowok yang berjumlah 4 orang dan
satu lagi kemah untuk cewek yang berjumlah 4 orang pula.
Pada suatu malam, kemah tempat cewek kebanjiran karena hujan yg besar dan angin
yang kencang. Tentu saja mereka kalang kabut ditengah tidur lelap kami. Maka
kami jadi ikutan terbangun dengan kegaduhan suara cewek-cewek itu.
Bagi para cewek, tentunya mereka menuju ke tempat tenda kami, sebab tenda kami
masih keadaan bagus. Lalu kami sebagai para cowok sepakat untuk tidur masal.
Walaupun cukup sempit tetapi masih cukuplah tidur berhimpit-himpitan.
Setelah diatur, maka muatlah ketujuh orang itu dengan posisi tidur normal,
dengan catatan tidak boleh ada yang berpindah posisi di saat tidur ataupun
lasak. Ada cewek bernama Anjani, ia memilih tidur di dekatku.
Anjani membisikkan sesuatu kepadaku...!!!
"Kamu jangan macem-macem ya..." Tetapi hal ini justru kutafsirkan
biasa-biasa saja.
Setelah lampu padam, yg ada hanya kegelapan. Teman-teman yg lain tampaknya
sudah tertidur. Tetapi Anjani memiringkan badannya menghadapku, sedangkan
kakinya menindih pahaku.
Keluarlah nafas ringannya di pundakku. Mataku jadi melotot di dalam kegelapan
itu, lalu timbul niat isengku. Maka pelan-pelan aku telakkan tanganku di bagian
payudaranya yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Petama aku sentuh sekali, lalu aku hentikan...!
Kedua aku sentuh lagi, lalu aku hentikan...!
Yang ketiga tangan Anjani menarik tangannku dan meletakkanya sendiri di bagian
payudaranya. Dalam keadaan yg gelap gulita aku memang merasa bimbang, apakah
ini betul tangan Anjani atau tangan kawanku yang sengaja menjahiliku supaya aku
nanti kena tampar oleh nya.
Penisku yang sejak tadi kedinginan mulai bangun. Sebelum benar-benar besar,
kubetulkan posisi kemaluanku agar bisa mengembang dengan sempurna tanpa ada
bulu yg tertarik oleh tegangnya kemaluanku.
Gerakanku agaknya membuat Anjani semakin mendekapkan tanganku ke dalam
pelukannya, entah secara refleks atau apa itu. Sebelah kakinya sengaja menindih
batang kemaluanku.
Setelah itu tidak ada respon apapun dari Anjani dan aku, sepertinya kami berdua
saling menunggu respon selanjutnya. Tetapi aku lah yang memulai duluan dengan
mencoba gerakan tanganku lagi ke bagian tokednya Anjani.
Aku berusaha memegang apa saja yg ada di tubuhnya, lalu Anjani yang kakinya
menindih penisku dia gesek-gesekkan sehingga batang penisku semakin mengembang
di buatnya.
Aduh.... Enak sekali. Burungku di gesek-gesek seperti ini" ucapku dalam
hati.
Nah, di sinilah aku baru merasa bahwa Anjani belum benar-benar tertidur dan
semua gerakannya masih dilakukan dalam keadaan sadar.
Tanganku yang masih bebas, mencoba memasukkan ke dalam baju Anjani untuk
memegang puting susunya. Dengan agak memaksakan diri akhirnya sampailah telapak
tanganku bersandar puting susunya.
Setiba di daerah puting itu, tanganku justru dijepit oleh kedua tangannya,
sebagai kode bahwa dia ingin di permainkan malam itu. Tetapi aku agak kesulitan
memainkan putingnya, sebab masih kehalangan baju dan BH.
Aku remas-remas kekenyalan payudaranya, kupencet-pencet putingnya, justru
begitu menjadikan nafas Anjani semakin memburu. Akhirnya untuk lebih memberikan
ruang gerakku, dia mengambil posisi terlentang.
Tetapi masih dalam selimut tebalnya. Sekali-kali ada muncul kilat, dan kulihat
wajah Anjani yang polos kelihatan lagi merem melek menikmati permainan itu.
Sementara teman-teman lain masih tertidur. Aku tindih dia, lalu kuarahkan
kemaluanku ke lubang vaginanya sambil di betulkannya posisi ke lubang tersebut.
"Bless..." batang penisku menerobos masuk dalam vaginanya yang sangat
disembunyikan itu.
Kupompa beberapa kali kemaluanku ke dalam vaginanya yg masih sempit, terasa
dinding vaginanya berlendir berkat rangsanganku tadi di tokednya. Karena aku
merasakan khawatir takut teman-temanku bangun, maka aku percepat gerakanku
untuk mencapai klimaks.
Sampai akhirnya perasaan penisku yang sulit dirasakan, tubuhku menegang dan
setengah ngilu di ujung penis ini yang akan menjalarkan air dengan beberapa
semprotan.
Sepersekian detik menjelang keluar spermaku. Maka aku cabut penis itu dari
lubang rahimnya dan menyemprotkannya di bagian perut Anjani.
Croot... Crooot.. Crooot.. !!!
Ada beberapa kali semprotan sebelum habis semua. Sisanya aku gesek-gesekkan di
bibir vaginanya Anjani.
Tapi, aku mendengar suara batuk di tengah-tengah kegelapan. Aku agak terkejut
dan segera berpura-pura tidur di sebelah Anjani dengan Santai. Setelah temanku
tertidur lagi, aku mendengar bisikan Anjani.
Kamu jangan bilang ke siapa-siapa ya... takutnya orang lain jadi pada tau !
ucapnya singkat, Lalu Ia pegang kemaluanku yang udah mulai loyo dan mencium
pipiku sebagai kiss bye di malam itu.
Paginya sesuai rencana kami bersiap-siap untuk pulang, Anjani bersikap seperti
biasa terhadapku. Seperti tidak ada apa-apa tadi malam. Aku juga demikian.
Sejak kejadian itu, aku dan Anjani menjalin hubungan yang sangat erat.
Kadang-kadang kami melakukan hubungan intim lagi di hotel yang dekat wilayah
tempat tinggal kami. Namun demikian kami belum menyatakan sebagai pacaran.
Mengenai kegemaran Anjani dibidang seks. Ia sangat agresif, terkadang meskipun
aku udah keluar dan dia belum mencapai orgasme, maka ia dengan sangat agresif
melakukan segala sesuatu untuk membuat barangku berdiri lagi.
Dalam melakukan hubungan intim, kami udah sangat bervariasi, dari mulai Blowjob
sebagai pemanasan, Dogystyle, Gaya 69 dan lain-lain. Pokoknya semuanya pernah
dicoba. Segala lubang pun sudah kumasuki.
Agak susah juga merayu untuk berhubungan intim kalau dia sedang marah padaku.
Komentar
Posting Komentar