Percayakah kau bahwa dalam
kehidupan seseorang disadari atau tidak dia pasti pernah mempunyai suatu
fantasi mengenai kehidupan seksualnya”, kata suamiku pada suatu saat ketika
kami sedang bermesraan di tempat tidur.
“Aku kurang mengerti maksudmu?” jawabku.
“Begini.. apakah dia itu seorang pria atau
seorang wanita, apakah dia dalam status sebagai seorang suami atau sebagai
seorang istri, suatu ketika dia akan pernah mengkhayal atau setidak-tidaknya
pernah mempunyai suatu ungkapan imajinasi mengenai keinginan seksualnya yang
dia harapkan”, kata suamiku selanjutnya.
“Oooooo.. maksudmu suatu khayalan mengenai
keinginan seksual?”
“Yaaa..!”
“Mungkin saja ada..”
“Kalau begitu apabila boleh aku tahu, apa yang
menjadi fantasimu?”
“Ah, aku tidak pernah merasa mempunyai fantasi
mengenai itu”
“Nah, itulah masalahnya.. kau bukan tidak mempunyai
fantasi tetapi tidak menyadari adanya fantasi tersebut. Seperti yang aku
katakan tadi fantasi tersebut sebenarnya terdapat pada semua orang,
perbedaannya hanyalah disadari atau tidak adanya fantasi tersebut oleh
seseorang itu”
“Tetapi aku memang tidak pernah merasa atau
memikirkan hal itu, apalagi mengkhayalkannya!”
“Boleh saja seseorang mengatakan bahwa dia tidak
mempunyai suatu fantasi seksual, akan tetapi hal ini bukan berarti dia tidak
dapat berfantasi. Hanya saja ungkapan-ungkapan apa yang menjadi imajinasinya
serta bagaimana dia mewujudkan fantasinya, antara satu orang dengan lainnya
akan sangat berbeda. Hal ini tergantung dari pengaruh sifat pribadi, taraf
tingkat hidupnya, serta latar belakang pengalaman dan pendidikannya serta
lingkungan sosial di sekitarnya.”
“Misalnya apa..?”
“Ya, misalnya contoh yang paling umum bagi
setiap orang, dia selalu mempunyai idola mengenai type lawan jenisnya”
“Ah, itu kan biasa, apalagi untuk anak-anak
muda. Kalau sekarang sih bukan waktunya lagi”
“Tapi hal itu tidak terbatas pada saat remaja
saja. Bisa saja secara tidak disadari hal itu terjadi sampai seseorang itu
sudah dalam kehidupan perkawinan. Misalnya.. mungkin saja suatu saat seseorang
mempunyai pikiran atau bayangan bagaimana kiranya kalau melakukan hubungan seks
dengan orang yang menjadi idola kita, mungkin dia seorang bintang film atau
penyanyi pop yang menjadi pujaan kita. Atau secara umum bagi wanita senang
apabila suaminya memakai kumis, atau celana jeans. Demikian juga bagi pria,
misalnya senang apabila istrinya berambut panjang atau memakai gaun warna
tertentu”
“Ah kau tambah membingungkan saja.. hal itu kan
memang wajar-wajar saja apabila seseorang mempunyai anggapan seperti itu”
“Memang betul sekali.. karena fantasi seksual
itu memang suatu yang wajar. Adanya suatu fantasi seksual dalam diri seseorang
menurut Dr Andrew Stanway, seorang pakar seksualogi dalam bukunya, “The Joy Of
Sexual Fantasy” adalah merupakan suatu hal yang normal. Fantasi seksual menurut
dia adalah merupakan suatu bagian yang kompleks dari pengalaman seseorang, akan
tetapi memang oleh kebanyakan ahli masih mempertanyakan apakah fantasi tersebut
merupakan bagian dari suatu mimpi atau merupakan bagian dari suatu pengalaman
nyata. Fantasi seksual secara umum berfungsi untuk menyalurkan keinginan alam
bawah sadar seksual seseorang menjadi suatu kenyataan dalam suatu bentuk yang
dapat diterima. Fantasi seksual secara tidak langsung sebenarnya juga merupakan
salah satu mekanisme pembangkit gairah seksual seseorang, karena fantasi
seksual menyalurkan sejumlah besar informasi yang tersembunyi di antara alam
sadar dan alam bawah sadar seseorang yang berhubungan dengan kegairahan
seksnya. Oleh karena itu kadangkala fantasi seks tersebut dapat secara
tiba-tiba melanda diri seseorang. Apabila hal tersebut terjadi maka secara
tidak disadari seseorang akan mencari penyaluran sampai kepada batas-batas alam
kesadarannya. Oleh karena itu pula sangatlah penting bagi kita untuk menyadari
dan memahami adanya fantasi tersebut sehingga dapat menyalurkannya sampai
kepada batas-batas alam kesadaran kita secara lebih terarah.. kalau tidak
mungkin saja seseorang itu akhirnya bertindak yang aneh-aneh”
“Eh tiba-tiba kok kau jadi seorang ahli psikologi,
dalam masalah seksualogi lagi, kapan kau belajarnya?”
“Kapan aku belajarnya itu tidak penting.. yang
penting sekarang mau tidak kau mengatakan atau mengingat-ingat kira-kira apa
yang menjadi fantasimu?”
“Begini saja.. sekarang kau saja dahulu yang
mengatakan apakah kau juga mempunyai fantasi tersebut, kau ingin berhubungan
seks dengan siapa? Nah ayo katakan!”
“Eh, jangan marah dulu, ya tentunya ada
fantasiku itu tapi bukan seperti apa yang kau katakan!”
“Jadi seperti apa?”
“Kalau aku katakan apakah kau tidak terus
marah?”
“Mengapa harus marah!”
“Baiklah.. memang selama ini aku merasakan
adanya suatu fantasi seks yang membayang dalam diriku, akan tetapi fantasi seks
yang kurasakan merupakan sebuah fantasi yang ganjil dan luar biasa”, kata
suamiku. Kemudian dia diam sejenak.
“Ayo katakanlah.. aku akan mendengarkannya, apa
yang kau maksud dengan ganjil dan luar biasa!” desakku agak penasaran.
“Yah karena fantasi yang kurasakan mungkin akan
sangat sulit di pahami karena berkisar kepada masalah hubungan seks antara kau
sebagai istriku dengan laki-laki lain sebagai pihak ketiga..”
“Aku tidak jelas akan maksudmu?”
“Begini secara jelasnya.. fantasi tersebut
berupa suatu keinginan dalam diriku bahwa aku ingin sekali menyaksikan istriku
melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain!”
“Apa..! Aku harus melakukan hubungan seks dengan
laki-laki lain?!”
“Ya kira-kira begitu! Apakah hubungan itu
dilakukan hanya oleh kau berduaan saja dengan laki-laki lain tersebut dan aku
hanya ikut menyaksikannya, atau hubungan seks tersebut dilakukan bersama-sama
secara bertiga, yaitu antara kamu dengan laki-laki lain itu dan aku sendiri
secara bergantian, atau paling tidak aku ingin melakukan hubungan seks dengan
kau sebagai istriku sambil disaksikan oleh laki-laki lain”
“Memang aneh kedengarannya.. dan siapakah
laki-laki lain yang kau maksudkan itu?”
“Siapa saja.. asal sehat dan kau senang
menerimanya”
“Ah, itu fantasi gila namanya!” jawabku agak
terhenyak.
“Nah, katanya kau tidak akan marah tapi sekarang
marah”, kata suamiku.
“Bagaimana tidak akan marah.. hal itu kan tidak
mungkin.. bayangkan saja apa kata orang kalau mereka tahu aku melakukan
hubungan seks dengan laki-laki lain!”
“Ya jangan sampai orang tahu..”
“Oke, taruhlah orang tidak tahu, tapi kita kan
terlibat dalam suatu lembaga yang disebut lembaga perkawinan.”
“Ya betul, memangnya kenapa?”
“Kau tahu tidak apa artinya itu? Yaitu dimana
hubungan seks dengan orang lain di luar pasangan dalam perkawinan kita dianggap
sebagai suatu penyelewengan, apalagi kalau itu dilakukan oleh seorang wanita
yang berstatus sebagai istri, maka hal ini akan dianggap suatu kesalahan yang
sangat besar sekali!”
“Justru itulah sekarang aku bertanya kepadamu,
karena aku tahu hal itu sangat susah untuk diwujudkan kalau hanya aku saja yang
berkeinginan, akan tetapi sebaliknya hal itu tentu juga sangat mudah dapat
dilakukan apabila kita berdua sepakat. Nah, kalau kesepakatan ini ada, maka hal
ini berarti juga tidak ada penyelewengan!”
“Tidak ada penyelewengan yang bagaimana
maksudmu?!”
“Ya sebagaimana yang kau katakan tadi!”
“Aku tidak mengerti maksudmu?”
“Begini, kita harus lihat dahulu apa sih
definisi dari suatu penyelewengan, yaitu suatu perbuatan yang menyimpang dari
suatu tujuan atau maksud. Jadi penyelewengan dalam perkawinan artinya juga suatu
perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan atau maksud dalam perkawinan.
Karena dalam perkawinan itu terlibat kepentingan dari dua orang maka pengertian
penyelewengan dalam perkawinan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan
pengkhianatan, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pasangan hidupnya
secara diam-diam tanpa diketahui apalagi disetujui oleh pasangan lainnya.”
“Jadi apa hubungannya dengan yang kau maksudkan
tidak ada penyelewengan di sini?”
“Ya seperti yang aku katakan tadi, bahwa untuk
melaksanakan fantasiku itu, aku telah sepakat dan bahkan telah memberikan izin
kepadamu sebagai suami untuk melakukan hubungan seks dengan orang lain, jadi
sudah barang tentu unsur penyelewengan tadi tidak berlaku lagi karena kita
sama-sama menyetujui, bahkan dengan restu suami!”
“Nah, sekarang kau juga telah jadi pokrol bambu!
Bikin argumentasi seenaknya saja! Masalahnya kan bukan sampai disitu saja, tapi
ada konsekwensi yang lain, terutama untuk aku!”
“Misalnya apa?”
“Taruhlah aku mau melakukan hal itu, maka ada
suatu konsekwensi yang akan aku tanggung, yaitu apabila terjadi sesuatu hal
terhadap perkawinan kita dan terjadi perpecahan, maka kau akan dapat saja
berkata kepada orang lain bahwa hal itu disebabkan karena kesalahan dariku. Kau
dapat saja mengatakan aku telah menyeleweng berkali-kali dengan laki-laki lain
dan orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya itu sebenarnya kau yang
mengaturnya. Demikian juga seandainya laki-laki lain yang kau beri kesempatan
untuk berhubungan seks denganku pada suatu saat menceritakan pengalamannya
tersebut kepada orang lain, maka akan hancurlah diriku, karena walaupun
bagaimana orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya itu justru atas
permintaanmu sebagai suami, semua orang akan menuduhku sebagai seorang istri
yang serong”
“Akan tetapi sungguh mati selama ini tidak
pernah terlintas dalam benakku untuk berbuat seperti itu. Aku meminta istriku
untuk melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain bukan bertujuan karena
ingin memojokkanmu suatu waktu guna kepentinganku sendiri akan tetapi malahan
sebaliknya yaitu agar kehidupan perkawinan kami tetap bergairah dan langgeng,
karena aku akan mendapat kepuasan lahir dan batin hanya dari istriku yang
sekarang. Sehingga istriku yang sekarang ini benar-benar merupakan teman hidup
bagiku karena dia merupakan ibu dari anak-anakku, temanku berdiskusi dan
menumpahkan perasaan serta sekaligus merupakan teman berkencan dalam
menyalurkan hasrat seks!” kata suamiku agak terkejut.
Setelah diam sejenak selanjutnya dia berkata,
“Mengenai kemungkinan laki-laki itu akan
bercerita kepada orang lain memang ada, akan tetapi apabila memang hal itu
terjadi, maka akan sangat mudah sekali ditangkal karena justru orang lain tidak
akan percaya kepada cerita dia. Apalagi bila aku memberikan kesaksian bahwa
kesemuanya itu hanyalah karangan dia semata-mata sehingga hal itu benar-benar
merupakan suatu fitnah saja”
“Baiklah kalau begitu, yang penting kini aku
juga ingin tahu mengapa sih kau mempunyai fantasi seperti itu?”
“Entahlah, aku sendiri tidak tahu mengapa
mempunyai fantasi seperti itu. Tapi yang jelas aku merasakan adanya suatu
rangsangan gairah birahi yang hebat apabila aku melihat ada seseorang laki-laki
yang tertarik dan memperhatikan bagian tubuhmu yang secara tidak sengaja
terbuka.”
“Misalnya..”
“Ya, misalnya ketika kita berlibur di pantai.
Saat itu kau mengenakan pakaian renang. Dan aku tahu saat itu ada beberapa
laki-laki memperhatikan bentuk tubuhmu. Mula-mula memang aku agak merasa
cemburu, akan tetapi lama-kelamaan hal itu menimbulkan semacam suatu imajinasi
dalam diriku. Apalagi apabila aku melihat kau bertelanjang bulat di kamar.”
“Lha, memangnya kenapa? Aku kan bertelanjang
bulat di kamar sendiri dan yang lihat hanya kamu sendiri saja?”
“Justru itu yang merangsang imajinasiku.”
“Kalau begitu aku tidak akan berbuat itu lagi!”
kataku.
“Eh, jangan salah sangka. Aku senang melihat itu
semua. Malahan kalau kau mau, boleh saja kau berkeliaran dalam rumah dengan
bertelanjang bulat seperti yang kau lakukan di kamar, karena terus terang hal
itu membangkitkan rasa birahiku. Aku merasa nikmat memperhatikanmu berkeliaran
di kamar dengan berpolos bugil. Dan dalam keadaan itu pula kadang-kadang aku
berpikir apakah laki-laki lain juga akan bangkit birahinya apabila melihat
keseluruhan bentuk tubuh istriku ini. Dan bagaimanakah seandainya tubuh istriku
yang segar berisi itu dinikmati pula oleh laki-laki lain. Imajinasi itu
akhirnya menimbulkan suatu kenikmatan seksual yang lain bagiku. Apalagi bila
aku membayangkan bahwa ternyata laki-laki tersebut memang sangat terangsang
oleh keindahan tubuh istriku dan berusaha untuk menikmatinya di tempat tidur.
Imajinasiku itu selanjutnya terus berkembang yaitu apakah istriku ini kira-kira
juga tertarik untuk merasakan hubungan seks dengan laki-laki lain dan
bagaimanakah kiranya sikap istriku ketika melayani laki-laki lain tersebut.
Apakah dia juga akan menjadi sangat lebih bergairah? Dan apakah dia akan
mendapatkan kepuasan seks yang lebih besar lagi?” bisik suamiku.
Lalu ia menambahkan,
“Kenikmatan seksual yang kurasakan akan menjadi
lebih hebat lagi apabila aku terus membayangkan bagaimana istriku dengan
tubuhnya yang dalam keadaan polos bugil bergumul dengan hebat dengan tubuh
laki-laki tersebut yang juga berada dalam keadaan berpolos bugil. Terlebih lagi
apabila aku membayangkan bahwa ternyata ukuran alat kejantanan laki-laki
tersebut jauh lebih besar dari pada ukuran alat kejantananku sendiri, dan
istriku benar-benar sangat tergiur akan kehebatan alat kejantanan itu, sehingga
ketika laki-laki itu menindihkan tubuhnya ke tubuh istriku dan memasukkan alat
kejantanannya ke liang istriku, aku menyaksikan istriku menjadi bergelinjang
dengan hebat merasakan alat kejantanan tersebut tertanam dalam-dalam di liang
senggamanya. Kemudian aku pun membayangkan bagaimana ketika laki-laki tersebut
mulai mengayunkan tubuhnya di atas tubuh istriku dan istriku menjadi tambah
hebat bergelinjang sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan
turun-naiknya alat kejantanan laki-laki tersebut yang memberikan suatu
kenikmatan lain daripada yang pernah dirasakannya dari alat kejantananku
sendiri. Selanjutnya aku pun membayangkan bagaimana ekspresi istriku dan
laki-laki itu ketika mencapai dan melepaskan puncak ejakulasi bersama dengan
penuh kepuasan”, kata suamiku.
“Ah, sangat mengerikan sekali fantasimu.”
“Tapi ini kan baru fantasi.. apabila menjadi
kenyataan mungkin tidak mengerikan lagi, tapi.. mengasyikan!” kata suamiku
sambil tertawa.
“Tidak lucu ah!” kataku sambil memukul
punggungnya.
“Eh, jangan jadi sewot! Diberi kesempatan enak
malah marah. Jarang kan suami yang sebaik itu yang mengizinkan istrinya boleh
main dengan laki-laki lain. Malahan bukan itu saja kadang-kadang aku juga
sering membayangkan bagaimana rasanya apabila aku mempunyai seorang istri yang
hiperseks atau seorang istri yang senang menyeleweng dengan laki-laki lain.”
“Apa maksudmu dengan itu..? Jadi kau tuduh aku
ini pernah menyeleweng?!” jawabku agak tersinggung.
“Bukan itu maksudku, tapi itu adalah kelanjutan
dari ungkapan imajinasi fantasi seksualku, seperti yang kukatakan tadi, aku kan
ingin sekali melihat istriku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain,
sehingga hal itu menimbulkan semacam imajinasi lanjutan dalam diriku mengenai
type istri yang bagaimana yang kira-kira kuinginkan, atau paling tidak, aku
kira-kira ingin mempunyai seorang istri yang berpandangan sangat bebas mengenai
masalah hubungan seks, tidak posesif dan memandang masalah hubungan seks dengan
laki-laki lain atau sebaliknya bukan merupakan suatu masalah yang tabu melainkan
sesuatu yang wajar dan dapat dinikmati bersama”, kata suamiku selanjutnya.
“Bilang saja terus terang kau yang mau melakukan
hubungan seks dengan wanita lain! Kalau begitu carilah type istri sebagaimana
yang kamu idamkan.. karena bagiku tidak mungkin melakukan hal tersebut! Kalau
mau, kau lakukan sendiri saja! Jangan ajak-ajak orang!” kataku bertambah ketus.
“Nah, lagi-lagi marah. Ini kan semua baru
gagasan. Siapa tahu kau mau?” balas suamiku.
“Mau apanya? Lagi pula sekiranya aku mau
melakukan hal itu, aku lakukan saja sendiri secara diam-diam”, kataku dengan
hati yang agak mendongkol.
“Bukan itu maksudku.. aku sama sekali tidak
bermaksud untuk mencari istri lain, akan tetapi justru kamulah yang aku
inginkan menjadi type istri sebagaimana yang aku idamkan”, kata suamiku.
“Jadi aku harus menyeleweng dan melakukan
hubungan seks dengan laki-laki lain, begitu maksudmu?”
“Ada benarnya dan ada tidaknya”, kata suamiku.
“Benar dan tidak bagaimana?”
“Benarnya memang aku ingin melihat kamu
melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, tidak benarnya adalah hal itu
bukan berarti kamu harus menyeleweng, karena seperti yang aku katakan tadi
kesemuanya itu berdasarkan persetujuan dan permintaanku sebagai suami, jadi
unsur penyelewengan di sini sekali lagi aku katakan sama sekali tidak ada..
tapi apabila kau lakukan secara diam-diam maka itu baru namanya penyelewengan”,
kata suamiku.
“Benar-benar kamu tidak menyesal apabila aku
melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain?” kataku menegaskan.
“Malahan sebaliknya.. karena hal itu justru aku
rasakan sebagai penambah semangat dan gairahku terhadapmu. Mungkin kau
merasakan bagaimana keadaanku selama ini, aku merasa kehilangan gairah dalam
bercinta dan merasa sangat lelah sekali. Hal ini disebabkan aku merasakan fantasi
itu sedemikian membebani diriku”, kata suamiku.
Kini aku tahu bahwa masalah yang dihadapi
suamiku selama ini adalah beban psikologis. Fantasi seksualnya telah membebani
pikiran suamiku sedemikian hebatnya sehingga mempengaruhi kualitas hubungan
seksual kami sebagai suami-istri. Memang aku merasakan akhir-akhir ini suamiku
sering menjadi gelisah sendiri dan tidak tahu apa yang harus diperbuat dan
merasa sangat letih sekali baik fisik maupun mental. Hal tersebut berpengaruh
juga terhadap kualitas hubungan seks kami. Aku merasakan gairah suamiku menjadi
agak menurun. Suamiku sering mengalami prematur ejakulasi dan telah mencapai
puncak ejakulasi hanya dalam beberapa detik saja begitu dia melakukan
penetrasi, bahkan kadang-kadang telah orgasme sebelum sempat melakukan
persetubuhan sama sekali. Oleh karena itu suamiku mulai rajin mengkonsumsi
vitamin dan makanan yang dapat meningkatkan potensi laki-laki, akan tetapi
sejauh itu hal tersebut sama sekali tidak membantu.
Di lain keadaan hal ini membawa dampak juga
terhadap diriku. Secara terus terang aku pun terkadang merasa kurang mendapat
kepuasan dalam hubungan suami istri. Kuakui selama ini aku juga sering
mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, terutama di pagi hari apabila
malamnya kami melakukan hubungan intim dan suamiku tidak dapat melakukannya
secara sempurna. Hal ini dimaklumi oleh suamiku karena dia tahu bagaimana
kualitas hubungan suami-istri kami belakangan ini. Oleh karena itu suamiku
membeli sebuah alat vibrator. Suamiku mengatakan alat itu mungkin secara tidak
langsung dapat membantu kami untuk mendapatkan kepuasan dalam hubungan suami
istri. Pada mulanya aku memakai alat itu sebagai simulator sebelum kami
berhubungan badan. Akan tetapi lama kelamaan secara diam-diam aku sering
pergunakan alat tersebut sendirian di pagi hari untuk menyalurkan hasrat
kewanitaanku yang aku rasakan semakin meluap-luap.
Rupanya fantasi seksual suamiku tersebut bukan
hanya merupakan sekadar fantasi saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk
dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. Selama ini suamiku terus
membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan fantasinya. Apabila aku
menolaknya atau tidak mau membicarakan hal tersebut, tidak jarang akhirnya kami
terlibat dalam suatu pertengkaran yang hebat. Malahan bukan itu saja. Gairah
seks-nya pun semakin bertambah turun. Hal ini lama-kelamaan membuatku menjadi
agak khawatir juga, aku takut suamiku akan menderita impotensi. Aku berpikir
bahwa aku harus membantu suamiku walaupun konsekuensi yang aku khawatirkan akan
terjadi. Oleh karena itu aku mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang
aku dapat melakukannya dan kutegaskan kepada suamiku bahwa aku mau melakukan
hal itu hanya untuk sekali ini saja.
“Aku telah mengundang Ridwan untuk makan malam
di sini malam ini”, kata suamiku di suatu hari sabtu. Aku agak terkesiap
mendengar kata-kata suamiku itu. Aku berfirasat bahwa suamiku akan memintaku
untuk mewujudkan niatnya bersama dia, karena Ridwan adalah salah seorang yang
sering disebut-sebut oleh suamiku sebagai salah satu orang yang katanya cocok
untuk diriku dalam melaksanakan fantasi seksual-nya dan kebetulan saat itu
semua anak-anak sedang libur bersama kawan-kawannya ke luar kota sehingga
tinggal aku dan suamiku saja yang berada di rumah.
Memang selama ini sudah ada beberapa nama
kawan-kawan suamiku maupun kenalanku sendiri yang disodorkan kepadaku yang
dianggap cocok untuk melakukan hubungan seks denganku, salah seorangnya adalah
Ridwan. Akan tetapi sejauh ini aku masih belum menanggapi secara serius tawaran
dari suamiku tersebut dan juga kebetulan kami tidak mempunyai kesempatan yang
baik untuk itu. Ridwan adalah salah seorang kawan dekatnya dan aku pun kenal
baik dengan dia. Secara terus terang memang kuakui juga penampilan Ridwan tidak
mengecewakan. Bentuk tubuhnya pun lebih kekar dan atletis dari tubuh suamiku.
Aku berpikir tidak ada lagi gunanya aku
berargumentasi dengan suamiku. Kehendaknya agar aku melakukan hubungan seks
dengan laki-laki lain sedemikian kuat. Hal itu sebenarnya membuatku agak tersinggung
juga. Karena hal ini hanya biasa dilakukan oleh seorang wanita penghibur atau
dengan kata lain seorang pelacur dan suamiku menghendaki aku melakukan hal
seperti itu walaupun dengan alasan lain. Namun mengingat kehendak suamiku itu
merupakan suatu akibat dari gejala psikologi, maka aku kesampingkan masakah
harga diri itu. Aku hanya berpikir bagaimana aku dapat membantu suamiku
mengatasi masalahnya. Selain itu aku pun mengharap bahwa dengan aku penuhinya
fantasi seksualnya itu malam ini, maka suamiku tidak akan lagi mempunyai
fantasi semacam itu karena secara psikologis keinginannya telah tercapai.
Ketika Ridwan datang, aku sedang merapikan
wajahku dan memilih gaun yang agak seksi sebagaimana anjuran suamiku agar aku
terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kudapati gaun yang
kukenakan terlihat agak ketat melekat di tubuhku sehingga bentuk lekukan
tubuhku terlihat dengan jelas. Buah dadaku kelihatan menonjol membentuk dua
buah bukit daging yang indah. Sambil mematut-matutkan diri di muka cermin
akhirnya aku jadi agak tertarik juga memperhatikan penampilan keseluruhan
bentuk tubuhku. Kudapati bentuk keseluruhan tubuhku masih tetap ramping dan
seimbang, tidak dipenuhi oleh lemak sebagaimana ibu-ibu rumah tangga lainnya
yang seumurku. Buah dadaku yang subur juga kelihatan masih sangat kenyal dan
padat berisi. Demikian pula bentuk pantatku kelihatan agak menonjol penuh
dengan daging yang lembut namun terasa kenyal. Ditambah lagi kulitku yang
memang putih bersih tanpa adanya cacat keriput di sana-sini membuat bentuk
keseluruhan tubuhnya menjadi sangat sempurna.
Melihat penampilan keseluruhan bentuk tubuhku
itu secara terus terang timbul naluri kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk
tubuhku. Oleh sebab itu aku berpikir pantas saja suamiku mempunyai imajinasi
yang sedemikian terhadap laki-laki yang memandang tubuhku karena bentuk tubuhku
ini memang menggiurkan selera kaum pria.
Setelah makan malam suamiku dan Ridwan duduk
mengobrol di taman belakang rumahku dengan santai sambil menghabiskan beberapa
kaleng bir yang dicampur dengan arak ginseng dari Cina. Tidak berapa lama aku
pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu benar-benar hanya tinggal kami
bertiga saja di rumah. Kedua pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah
kuberikan istirahat untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika hari telah
menjelang larut malam dan udara mulai terasa dingin tiba-tiba suamiku berbisik
kepadaku.
“Aku telah bicara dengan Ridwan mengenai rencana
kita. Dia setuju dan malam ini dia akan menginap di sini! Tapi walaupun
demikian kau tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks
dengannya apabila memang suasana hatimu memang belum berkenan, kuserahkan
keputusan itu sepenuhnya kepadamu!” bisik suamiku selanjutnya. Mendengar
bisikan suamiku itu aku diam saja. Aku tidak menunjukkan sikap yang menolak
atau menerima. Aku merasa sudah berputus asa bahkan aku merasa benar-benar
nekat menantang kemauan suamiku itu. Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti
bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak
akan menyesal bahwa istrinya telah dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya
seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati
oleh laki-laki lain. Apalagi bila dalam rahimku nanti akan tersebar benih
laki-laki lain selain dari benih suamiku sendiri.
Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar
dan siap untuk pergi tidur. Secara demonstratif aku memakai baju tidur nylon
yang tipis tanpa BH sehingga buah dadaku terlihat membayang di balik baju tidur
itu. Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Ridwan agak terhenyak untuk
beberapa saat. Akan tetapi mereka segera dapat menguasai dirinya kembali dan
suamiku langsung berkata kepadaku.
“Ridwan baru saja cerita bahwa dia telah
mempelajari pijat refleksi Siatzu. Aku rasa kau harus coba! Apa benar dia bisa!
Kau mau kan..?” tanya suamiku kepadaku.
“Boleh saja..!” jawabku sambil agak merapatkan
leher baju tidurku sehingga siluet puting susuku kini tercetak dengan lebih
jelas.
“Ah sebenarnya aku tidak terlalu mahir..!” kata
Ridwan, “Tapi bila mau dicoba boleh saja. Nanti setelah pijat Siatzu, saya juga
akan memberikan pijatan dengan tehnik kucing mandi”, katanya lagi.
“Oo ya.. tehnik apa itu?” aku bertanya agak
heran.
“Susah diterangkan sekarang, nanti saja deh
kalau pijat refleksinya sudah selesai.”
“Ayo..!” kata suamiku dengan wajah yang
berseri-seri dan semangat yang tinggi suamiku mengajak kami segera masuk ke
kamar tidur.
Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan
diri bertelungkup di atas tempat tidur untuk siap dipijit. Sebenarnya aku tetap
masih merasa risih tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki lain apalagi aku
dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur nylon yang tipis dan tanpa BH.
Akan tetapi kupikir aku harus berusaha tetap tenang agar keinginan suamiku
dapat terwujud dengan baik.
Mula-mula Ridwan memijit sekitar bagian
punggungku dengan lembut kemudian secara perlahan-lahan terus turun ke bawah
menelusuri bagian pinggulku. Sementara itu aku terus berusaha sekuat tenaga
menekan perasaan risih dan malu dengan melepaskan pikiranku dari kedua hal
tersebut dan berusaha menikmati pijitan Ridwan itu yang sebenarnya lebih tepat
dikatakan rabaan dan sentuhan di tubuhku. Rupanya usahaku itu berhasil dengan
baik, akan tetapi lama-kelamaan secara tidak langsung aku jadi terbawa oleh
semacam arus sensasional yang menjalar dalam tubuhku. Apalagi ketika tangan
Ridwan tiba pada bagian belahan pantatku yang gempal lembut kemudian
meremas-remas dengan halus pinggul serta daging pantatku yang hanya ditutupi
oleh gaun tidur nylon yang tipis maka terasa adanya suatu gejolak hangat dalam
diriku. Aku menjadi pasrah dan benar-benar mulai menikmati pijitannya itu.
Selanjutnya kurasakan tangan Ridwan mulai lebih
berani lagi menyentuh tubuhku dengan sentuhan-sentuhan yang semakin lama
semakin nakal. Bahkan dia kini berusaha membuka baju tidurku dan menelanjangi
diriku dengan seenaknya sampai aku benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat
tanpa ada lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Aku hanya dapat memejamkan
mata dan pasrah saja menahan perasaan malu bercampur gejolak dalam diriku
ketika tubuhku ditelanjangi di hadapan suamiku sendiri. Kemudian dia
menelentangi tubuhku dan menatap dengan penuh selera tubuhku yang telah
berpolos bugil sepuas-puasnya. Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa
perasaanku saat itu. Seumur hidupku, aku belum pernah bertelanjang bulat di
hadapan laki-laki lain apalagi dalam situasi seperti sekarang ini. Aku merasa
sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Ridwan.
Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba kurasakan
Ridwan mulai melumat bibirku dalam suatu adegan cium yang panjang dan
berapi-api. Selanjutnya ketika bibir kami terlepas Ridwan berbisik kepadaku
bahwa sekarang saatnya dia akan melakukan tehnik pijitan kucing mandi.
Berbarengan dengan itu dia mulai menjilati seluruh tubuhku yang telanjang
dengan lidahnya bagaikan seekor kucing yang sedang memandikan anaknya. Aku
berpikir jadi inilah yang dia maksudkan dengan tehnik kucing mandi. Aku menjadi
menggelinjang, entah karena apa. Tapi yang terang aku merasakan seluruh
pembuluh darah di tubuhku menjadi bergetar dan aku terlambung dalam suatu
kenikmatan yang belum pernah kurasakan selama ini. Apalagi sambil menjilati
tubuhku dia juga meremas dan menghisap buah dadaku dengan lahap, menjilati
liang kewanitaanku dengan rakusnya dan sementara itu suamiku hanya menonton
saja dengan asyiknya seperti orang dungu.
Suamiku kelihatan benar-benar menikmati adegan
tersebut. Tanpa berkedip dia menyaksikan bagaimana tubuh istrinya digarap dan
dinikmati habis-habisan oleh laki-laki lain. Sebagai seorang wanita normal
keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus
birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Ridwan di bagian tubuhku yang sensitif
membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang belum pernah
kurasakan selama ini.
Tidak berapa lama kemudian Ridwan berdiri di
hadapanku melepaskan celananya sehingga dia juga kini berada dalam keadaan
bertelanjang bulat. Saat itu pula aku dapat menyaksikan ukuran alat kejantanan
Ridwan yang telah menjadi tegang ternyata memang jauh lebih besar dan panjang
dari ukuran alat kejantanan suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. Ukuran alat
kejantanan Ridwan hampir sebesar lengan bayi dan bentuknya agak membengkok ke
kiri.
Kemudian dia menyodorkan alat kejantanannya
tersebut ke hadapan wajahku. Secara reflek aku segera menggenggam alat
kejantanannya dan terasa hangat dalam telapak tanganku. Aku tidak pernah
membayangkan selama ini bahwa aku akan pernah memegang alat kejantanan seorang
laki-laki lain di hadapan suamiku. Oleh karena itu aku melirik kepada suamiku.
Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati bagian dari adegan itu tanpa
memikirkan perasaanku sebagai istrinya yang sedang digarap habis-habisan oleh
seorang laki-laki lain. Dalam hatiku tiba-tiba muncul kembali perasaan geramku
terhadap suamiku, sehingga dengan demonstratif kuraih alat kejantanan Ridwan
itu ke dalam mulutku menjilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian
kukulum dan hisap sehebat-hebatnya.
Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan
nikmati alat kejantanan itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku.
Kuluman dan hisapanku itu membuat alat kejantanan Ridwan yang memang telah
berukuran besar menjadi bertambah besar lagi. Di lain keadaan dari alat
kejantanan Ridwan yang sedang mengembang keras dalam mulutku kurasakan ada
semacam aroma yang khas yang belum pernah kurasakan selama ini. Aroma itu
menimbulkan suatu rasa sensasional dalam diriku dan liang kewanitaanku mulai
terasa menjadi liar hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan
semakin menjadi-jadi menghisap alat kejantanan itu lebih hebat lagi secara
bertubi-tubi.
Kuluman dan hisapanku yang bertubi-tubi itu
rupanya membuat Ridwan tidak tahan lagi. Dengan keras dia menghentakkan tubuhku
dalam posisi telentang di atas tempat tidur. Aku pun kini semakin nekad dan
pasrah untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar.
Berbarengan dengan itu kurasakan alat kejantanannya kini menghimpit dengan
tepat di liang surgaku dan selanjutnya secara perlahan-lahan langsung memasuki
dengan mudah ke dalam liang kenikmatanku yang telah menganga lebar dan licin
dengan cairan birahi.
Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan alat
kejantanan Ridwan itu menerobos ke dalam liang kemaluanku dan menyentuh leher
rahimku. Aku terlonjak bukan karena alat kejantanan itu merupakan alat
kejantanan dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki
tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan tetapi lebih disebabkan aku
merasakan alat kejantanan Ridwan memang terasa lebih istimewa daripada alat
kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun ketegangannya. Selama hidupku
memang aku tidak pernah melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain selain suamiku
sendiri dan keadaan ini membuatku berpikiran lain. Aku tidak menyangka ukuran
alat kejantanan seorang laki-laki sangat berpengaruh sekali terhadap kenikmatan
seks seorang wanita. Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah
pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Ridwan erat-erat untuk selanjutnya
aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Ridwan.
Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar
lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat.
Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kudapati suamiku agak
ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Ridwan. Melihat
penampilan suamiku itu, timbul kembali geram di hatiku, maka secara lebih
demonstratif lagi kulayani permainan Ridwan sehebat-hebatnya secara aktif
bagaikan adegan dalam sebuah film biru. Keadaan ini tiba-tiba membuatku
merasakan ada suatu kepuasan dalam diriku. Hal itu bukan saja disebabkan oleh
kenikmatan seks yang sedang kualami bersama Ridwan, akan tetapi aku juga
memperoleh suatu kepuasan lain yaitu aku telah dapat melampiaskan rasa kesalku
terhadap suamiku. Suamiku menghendakiku berhubungan seks dengan laki-laki lain
dan malam ini kulaksanakan sepuas-puasnya, sehingga malam ini aku bukan seperti
aku yang dulu lagi. Diriku sudah tidak murni lagi karena dalam tubuhku telah
hadir tubuh laki-laki lain selain suamiku.
Setelah agak beberapa lama kami bergumul
tiba-tiba Ridwan menghentikan gerakannya dan mengeluarkan alat kejantanannya
yang masih berdiri dengan tegar dari liang kenikmatanku. Kupikir dia telah
mengalami ejakulasi dini. Pada mulanya aku agak kecewa juga karena aku sendiri
belum merasakan apa-apa. Bahkan aku tidak merasakan adanya sperma yang tumpah
dalam rahimku. Akan tetapi rupanya dugaanku salah, kulihat alat kejantanannya
masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya. Ridwan menghentikan persetubuhannya
karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk meneruskan hubungan seks
tersebut. Kini dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri.
Suamiku dengan segera menggantikan Ridwan dan
mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku
sedemikian hebat dan bernyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia
menghunjamkan tubuhnya ke tubuhku. Akan tetapi apakah karena aku masih
terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Ridwan, maka ketika
suamiku menghunjamkan alat kejantanannya ke dalam liang kenikmatanku, kurasakan
alat kejantanan suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot liang senggamaku
tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit alat kejantanan itu sebagaimana ketika
alat kejantanan Ridwan yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke
dasar liang senggamaku. Alat kejantanan suamiku kurasakan tidak sepenuhnya
masuk ke dalam liang senggamaku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan
tidak begitu terasa lagi dalam liang senggamaku yang kini telah pernah
diterobos oleh sesuatu benda yang lebih besar.
Di lain keadaan mungkin disebabkan pengaruh
minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada
dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam
beberapa kali saja dia mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku dan dalam waktu
kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat.
Malahan karena alat kejantanan suamiku tidak berada dalam liang kewanitaanku
secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh spermanya agak di luar liang
kewanitaanku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan
kemaluan sampai ke sela pahaku basah kujub dengan cairan sperma suamiku.
Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas
kelelahan di sampingku.
Sementara itu aku masih dalam keadaan liar.
Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena
aku belum sempat mengalami puncak ejakulasi sama sekali semenjak disetubuhi
oleh Ridwan. Oleh karena itu sambil mengerang-erang kecil aku raih alat
kejantanan suamiku itu dan meremas-remasnya dengan kuat agar dapat segera
tegang kembali. Akan tetapi setelah berkali-kali kulakukan usahaku itu tidak
membawa hasil. Alat kejantanan suamiku malahan semakin layu sehingga akhirnya
aku benar-benar kewalahan dan membiarkan dia tergolek tanpa daya di tempat
tidur. Selanjutnya tanpa ampun suamiku tertidur dengan nyenyak dalam keadaan
tidak berdaya sama sekali.
Aku segera bangkit dari tempat tidur dalam
keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat menuju kamar mandi yang memang
menyatu dengan kamar tidurku untuk membersihkan cairan sperma suamiku yang
melumuri tubuhku. Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba Ridwan yang masih dalam
keadaan bertelanjang bulat menyusul ke dalam kamar mandi. Dia langsung
memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi.
Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir bak mandi sehingga aku kini
berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Ridwan menyetubuhi
diriku dari belakang dengan garangnya sehingga dengan cepat aku telah mencapai
puncak ejakulasi terlebih dahulu. Begitu aku sedang mengalami puncak ejakulasi,
Ridwan menarik alat kejantanannya dari liang sengamaku, kemudian dengan sangat
brutal dia segera menggarap lubang duburku. Aku jadi agak terpekik keras dan
bergelinjang dengan hebat ketika alat kejantanannya itu tiba-tiba memasuki
lubang duburku.
Tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata betapa
perasaanku saat itu mendapatkan pengalaman yang belum pernah kurasakan sama
sekali. Selama ini suamiku sendiri belum pernah menyetubuhi duburku sebagaimana
yang dilakukan Ridwan sekarang ini. Ketika kami sedang asyik melakukan anal
seks, tiba-tiba suamiku menyusul ke kamar mandi. Dia kelihatan tidak senang
kami melakukan hubungan seks di kamar mandi. Dengan nada suara yang agak keras
dia memerintahkanku untuk segera kembali ke kamar dan melakukan hubungan seks
di sana, di hadapannya.
Dengan masih tetap berbugil aku kembali ke kamar
tidur dan langsung merebahkan diri di tempat tidur. Sementara itu suamiku
mengikuti merebahkan diri di tempat tidur tapi untuk selanjutnya dia tertidur
kembali dengan nyenyaknya. Rupanya suamiku benar-benar kelelahan disebabkan
oleh suatu tekanan ketegangan syaraf yang tinggi dan juga agak setengah mabuk
karena mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Sedangkan aku justru sebaliknya. Seluruh
tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan liang kenikmatanku dan lubang
duburku berdenyut agak aneh dalam suatu gerakan liar yang sangat sukar sekali
kulukiskan dan belum pernah kualami selama ini. Aku kini tidak dapat tidur
walaupun barusan aku telah mengalami orgasme di kamar mandi bersama Ridwan.
Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Ridwan
muncul di hadapanku. Dia masih tetap bertelanjang bulat sebagaimana juga
diriku. Dengan tatapan yang tajam dia menarikku dari tempat tidur dan mengajakku
tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku. Bagaikan didorong oleh suatu
kekuatan hipnostisme yang besar, aku mengikuti Ridwan ke kamar sebelah. Kami
berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih
bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.
Memang saat itu aku merasa diriku seakan berada dalam suatu suasana yang mirip
pada saat aku mengalami malam pengantinku yang pertama. Sambil mendekap diriku
Ridwan terus-menerus menciumiku sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan
birahi yang hebat. Dan tidak lama kemudian tubuh kami kami pun sudah bersatu
kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat.
Tidak berapa lama kemudian Ridwan membalikkan
tubuhku sehingga kini aku berada di posisi atas. Selanjutnya dengan spontan
kuraih alat kejantanannya dan memandunya ke arah liang senggamaku. Kemudian
kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Ridwan dan mulai mengayunkan tubuhku turun
naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi
lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil. Sementara itu
Ridwan dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba
kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang
kecil. Dengan semakin cepat aku menggerakkan tubuhku turun naik di atas tubuh
Ridwan dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh
kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku. Tidak berapa lama kemudian
aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat dan tubuhku
langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Ridwan.
Setelah beberapa saat aku tertelungkup di atas
tubuh Ridwan, tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian
dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat
tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga liang kenikmatanku yang telah
basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya
Ridwan mengacungkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegang itu ke
arah liang kewanitaanku dan menghunjamkan kembali alat kejantanannya tersebut
ke tubuhku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika
alat kejantanan Ridwan mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat
gerakan mundur maju dalam liang senggamaku. Aku pun kini semakin hebat
menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun naiknya alat
kejantanan Ridwan yang semakin lama semakin cepat menggenjotkan di atas
tubuhku.
Kami bergumul bagaikan dua ekor binatang liar
yang sedang bertarung, saling hempas dan saling bantai tubuh masing-masing
dengan sekuat tenaga tanpa mempedulikan apa-apa lagi kecuali berlomba untuk
menggali segala kenikmatan dari tubuh masing-masing. Nafas kami semakin memburu
berdesah-desah dengan kencang yang kadang-kadang diselingi dengan pekikan kecil
di luar kesadaran masing-masing. Tubuh bugil kami yang sedang bersatu padu itu
pun basah dengan keringat. Aku merasakan betapa liang kewanitaanku menjadi
tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap alat kejantanan Ridwan yang
teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh
otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya.
Selama pertarungan itu beberapa kali aku
terpekik agak keras karena mencapai puncak orgasme berkali-kali, sementara itu
Ridwan masih tetap tegar dan perkasa mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku. Akan
tetapi akhirnya kulihat Ridwan tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik wajah
yang sangat luar biasa dia melepaskan puncak orgasmenya secara bertubi-tubi
menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam tubuhku dalam waktu yang amat panjang.
Sementara itu alat kejantanannya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di liang
kewanitaanku sehingga seluruh cairan birahinya terhisap dalam tubuhku sampai
titik penghabisan. Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan
tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, alat kejantanan Ridwan masih
tetap terbenam dalam tubuhku, dan aku pun memang berusaha menjepitnya erat-erat
karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku.
Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan
lelah, Ridwan mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera
kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu
adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan. Selanjutnya kubenamkan wajahku ke
dadanya mengecup puting susunya sambil menjilati permukaan dada yang bidang dan
penuh dengan bintik-bintik keringat. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan hal
itu. Akan tetapi yang terang kurasakan keringat Ridwan saat itu membuat semacam
rangsangan yang lain dalam diriku.
Ridwan agak memejamkan matanya menikmati
sentuhan-sentuhan ujung lidahku itu, sementara itu tangannya dengan halus
membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta
kasihnya kepada istrinya. Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami
muncul kembali. Kulihat alat kejantanan Ridwan mulai kembali menegang tegak
sehingga secara serta merta Ridwan segera menguakkan kedua belah pahaku
membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai menyetubuhi diriku kembali.
Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami
tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat
dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana
yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan
tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan
sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya. Aku pun dengan penuh
perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Ridwan sebagaimana aku melayani
suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali. Suasana ini
berakhir dengan tibanya kembali puncak ejakulasi kami secara bersamaan. Kami
kini benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian
terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.
Semenjak pengalaman kami malam itu, suamiku
tidak mempermasalahkan lagi soal fantasi seksualnya dan tidak pernah
menyinggung lagi soal itu. Hubunganku dan suamiku pun tetap berlangsung seperti
biasa-biasa saja seperti dahulu. Hanya memang sejak pengalaman kami malam itu
kurasakan gairah suamiku berangsur-angsur normal. Bila kami melaksanakan
kewajiban suami-istri, dia telah dapat melaksanakannya secara normal sebagaimana
lazimnya walaupun secara kualitas kurasakan tidak sehebat sebagaimana yang
kualami bersama Ridwan.
Kuakui malam itu Ridwan memang hebat. Walaupun
telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah
berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan seksual
yang luar biasa hebatnya yang belum pernah kualami bersama suamiku selama ini.
Walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Ridwan masih tetap saja kelihatan
bugar. Alat kejantanannya pun masih tetap berfungsi dengan baik melakukan
tugasnya keluar masuk liang kewanitaanku dengan tegar hingga membuatku menjadi
agak kewalahan.
Aku telah terkapar lunglai dengan tidak
putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme
dengan berkali-kali namun alat kejantanan Ridwan masih tetap tegar bertahan.
Memang secara terus terang kuakui bahwa selama melakukan hubungan seks dengan
suamiku beberapa bulan belakangan itu, aku tidak pernah mengalami puncak
orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara
bertubi-tubi seperti malam itu. Sehingga secara terus terang setelah hubungan
kami yang pertama di malam itu kami masih tetap berhubungan tanpa sepengetahuan
suamiku.
Awalnya di suatu pagi Ridwan berkunjung ke
rumahku pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus
terang saat itu dia minta tolong kepadaku untuk menyalurkan kebutuhan seksnya
yang katanya sudah beberapa lama tidak dapat terpenuhi dari istrinya berhubung
kesehatan istrinya yang sangat tidak mengizinkan. Mulanya aku ragu memenuhi
permintaannya itu. Akan tetapi anehnya aku tidak kuasa untuk menolak permintaan
tersebut. Sehingga kubiarkan saja dia melepaskan hasrat birahinya yang selama
itu tidak tersalurkan dan kami melakukan hubungan cinta kilat di ruang tamu
sambil berdiri. Hubungan itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam
kenikmatan lain tersendiri.
Ketika kami berhubungan seks secara terburu-buru
di suatu ruangan terbuka kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan
sangat menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Ridwan semakin
berlanjut. Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Ridwan sering membuat suatu
pertemuan sendiri di luar rumah. Melakukan hubungan seks yang liar di luar
rumah, baik dari satu kamar cottage ke kamar cottage lainnya ataupun dari satu
kamar hotel ke kamar hotel lainnya.
Kami saling mengisi kebutuhan jasmani
masing-masing dalam adegan-adegan sebagaimana yang pernah kami lakukan di kamar
tidurku di malam itu, dan sudah barang tentu perbedaannya kali ini adegan-adegan
tersebut kini kami lakukan tanpa dihadiri dan tanpa diketahui oleh suamiku.
Sebagai wanita yang sehat dan normal, aku tidak menyangkal bahwa berkat anjuran
suamiku malam itu aku telah mendapatkan makna lain dari kenikmatan hubungan
seksual yang hakiki walaupun hal itu pada akhirnya kuperoleh dari teman
suamiku, yang kini menjadi teman tidurku.
Komentar
Posting Komentar