Cerita ini
adalah kisah tentang perselingkuhanku dengan teman suami ku yang begitu
menggoda hingga membuatku bernafsu untuk bercinta dengannya. Sebut saja nama
teman suamiku ini Wahyu, umurnya 45 tahun. Dia adalah teman akrab suamiku yang sebaya dengannya, sedangkan aku berumur 40 tahun. Mereka sering bermain bersama, entah mengapa
setiap Wahyu datang kerumah menjemput suamiku
ia selalu menyapaku dengan senyumnya yang khas, sorotan matanya yang dalam
selalu memandangi diriku sedemikian rupa apalagi sewaktu aku memakai daster
yang agak menerawang tatapannya seakan menembus menjelajahi seluruh tubuhku.
Aku benar benar
dibuat risih oleh perlakuannya, sejujurnya aku merasakan sesuatu yang aneh pada
diriku, walaupun aku telah menikah 20 tahun yang lalu dengan
suamiku, aku merasakan ada suatu getaran dilubuk hatiku ditatap sedemikian rupa
oleh Wahyu. Suatu hari suamiku pergi keluar
kota selama 4 hari. Pas di hari minggu Wahyu datang kerumah maksud
hati ingin mengajak suamiku pergi bermain, pada waktu itu aku sedang olahraga dirumah dengan
memakai hot pant ketat dan kaos diatas perut.
Ketika kubuka
pintu untuknya ia terpana melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak jelas
di kaos dan celana pendekku yang serba ketat itu. Darahku berdesir merasakan
tatapannya yang tajam itu. Kukatakan padanya suamiku keluar kota sejak 2 hari
lalu, dia hanya diam terpaku dengan senyumannya yang khas tidak terlihat adanya
kekecewaan diraut mukanya, tiba-tiba ia berkata “..eny mau tidak gantiin
suamimu, pergi main sama aku..” Giliran aku yang
terpana selama menikah belum pernah aku pergi keluar dengan laki laki selain
suamiku tetapi terus terang aku senang mendengar ajakannya, dimataku Wahyu merupakan figure yang cukup ‘gentleman’.
Sementara aku
masih ragu-ragu tiba tiba dengan yakin ia berkata “..Cepet ganti pakaian aku
tunggu disini..” Entah apa yang mendorongku untuk menerima ajakannya aku
langsung mengangguk sambil berlari kekamarku untuk mengganti pakaian. Dikamar
Aku termangu hatiku dagdigdug seperti anak SMU sedang berpacaran lalu aku
melihat diriku dicermin kupilih baju baju tenisku lalu ketemukan rok tenis
putihku yang supermini lalu kupakai dengan blous ‘you can see’ setelah itu
kupakai lagi sweater, wouw.. cukup seksi juga aku ini.., setelah itu aku pakai
sepatu olahragaku lalu cepat cepat aku temui Wahyu didepan pintu “..Ayo yu aku sudah siap..” Wahyu hanya melongo melihat pakaianku. Jakunnya terlihat naik
turun.
Singkat kata aku
pergi dengannya dengan penuh ceria Saking cerianya aku berlari-lari di taman tanpa kuduga aku jatuh terkilir,
Wahyu menghampiriku lalu mengajakku
pulang. Setiba di rumah, kuajak Wahyu untuk mampir dan ia
menerimanya dengan senang hati. Wahyu memapahku sampai ke
kamar, lalu membantuku duduk di ranjang. Dengan manja kuminta ia mengambilkan
aku minuman di dapur, Wahyu mengambilkan minuman dan
kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas sweater dan sedang memijat
betisku sendiri. Ia agak tersentak melihatku, karena aku telah menanggalkan
sweaterku sekarang tinggal memakai blous “you can see” longgar yang membuat
ketiak dan buah dadaku yang putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku juga
menarik rokmini olahragaku hingga pahaku yang juga putih mulus itu terbuka
untuk menggoda matanya.
Tampak sekali ia
menahan diri dan mengalihkan pandangan saat memberikan minuman kepadaku. Memang
“gentleman” pria ini. penampilannya agak kaku tetapi disertai sikap yang
lembut, kombinasi yang tak kudapatkan dari suamiku, ditambah berbagai macam
kecocokan di antara kami. Mungkin inilah yang mendorongku untuk melakukan
sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang wanita yang sudah
bersuami. Aku menggeser posisiku mendekatinya, lalu kucium pipinya sebagai
ucapan terimakasihku. Wahyu terkejut, namun tak
berusaha menghindar bahkan ia menggerakan wajahnya sehingga bibirku beradu
dengan bibirnya. Kewanitaanku bangkit walaupun aku tahu ini adalah salah tetapi
tanpa kusadari ia mencium bibirku beberapa saat sebelum akhirnya aku merespon
dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah.
Kami saling
menghisap bibir beberapa saat sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas
ciuman hangat kami. “yu..” kataku ragu. Kami
saling menatap beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya
memberijawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu hampir
berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan
mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang
memulai, aku dan Wahyu saling menghisap lidah
dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah.
Ciuman dan
hisapan berlanjut terus, sementara tangan Wahyu mulai beralih dari
betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin
berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku ini bisa
menyentuh ragaku selembut ini, semakin kupejamkan mataku semakin melayang
perasaanku, dan menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Kembali Wahyu yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini,
dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus
membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi duduk tak
kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia
sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.
Wahyu mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yang
serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku
semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke
selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang masih
terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.
“Mmhh.. Wahyu..sudah terlalu jauh yu..” desahku di sela-sela
ciuman panas kami. Aku agak lega saat tangan kekarnya meninggalkan
selangkanganku, namun ia mulai menarik blousku hingga terlepas dari jepitan
rokku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang montok dan puting
susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuatnya semakin
penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai
berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan
lidahku.
Permainannya
yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin
bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan
sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu
sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan
setelah bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di tubuhnya. Aku melihat dada
bidang dan kekar, serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak lama ia pun
memutuskan untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut
BHku.
Diciumi buah
dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait
BH-ku. Sama sekali tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai
sambil tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah
menginginkan ini dari tadi. “Ooohh.. sshh.. aachh.. Wahyuu..” desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu
lidahnya yang basah dan kasar menggesek putingku yang terasa sangat peka.
Wahyu menjilati dan menghisap dada dan putingku di
sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi
rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini, “..Oooh Wahyu suuddhaah.. yuu.. stoop..!!” tetapi Wahyu terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas
celananya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat. Penisnya yang besar
dan berotot mengacung tegang, karuan aku terbelalak melihatnya, besar dan
perkasa lebih perkasa dari penis suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak
karuan. Oh..tak kupikirkan akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin
mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.
Wahyu melepas putingku lalu bangkit berlutut
mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan membungkukkan badannya menciumi
pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan
rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di
pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang
sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang
bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa
penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan
bahwa ini perbuatan yang salah.
Akhirnya, dengan
menyibakkan celana dalamku, Wahyu mengalihkan jilatannya
kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi. “ggaahh.. Wahyuuu..stoop..ohh..” bagaikan terkena setrum rintihanku
langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan saat lidah Wahyu melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh
klitorisku.
Kini kami
sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar berotot Wahyu berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa panas, basah dan
berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang besar kekar berotot
berbeda dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh..betul betul luar biasa
napsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat
batang kemaluan yang bukan punya suamiku.Oooh begitu besar dan perkasa,
pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh
sahabat suamiku, anehnya gelora napsu birahiku terus mengelegak.
Kupasrahkan
diriku ketika Wahyu membuka kakiku hingga
mengangkang lebar lebar, lalu Wahyu menurunkan pantatnya dan
menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala penis Wahyu menembus vaginaku.”Hngk! Besaar..sekalii..yuu..” Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya yang
demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang vaginaku yang belum
pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan
hebat bercampur sedikit rasa sakit.
Tanpa
terburu-buru, Wahyu kembali menjilati dan menghisap
putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan
menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali
menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada
tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus
vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan,
memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh
di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang
kenikmatanku tahap demi tahap.
Lidahnya yang
kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat
kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah.
Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah
menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang
timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks
dengan sahabat suamiku ini lebih dalam.
“Ouuch.. sshh..
aachh.. teruuss.. Wahyuuu.. masukin penismu yang
dalaam..!! oouch.. niikmaat.. yuu..!! Baru kali ini lobang
vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis yang bukan milik suamiku, yang sama
sekali baru ..besaar dan perkasaa.., aku merasakan suatu rangsangan yang hebat
didalam diriku. Seluruh rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan begitu
nikmatnya dinding vaginaku digesek batang penisnya yang keras dan besaar..!
Akhirnya seluruh
batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku,
memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang,
mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Wahyu mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, “..oouch..
niikmaat.. Wahyuu..!!” aku pun tak kuasa lagi
untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku
maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya
napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.
“hh.. sshh..
hh.. Wahyuu.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat
sahyangghh..” Wahyu membalas dengan pertanyaan
“Ohh.. enyy nikmatan mana dengan penis suamimu..?” otakku benar benar
terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar
kesadaranku “Ohh ssh Wahyuu. penismu besaar
sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Wahyu makin gencar melontarkan
pertanyaan aneh aneh, “..hh.. eny lagi diapain memekmu sama kontolnya Wahyu..?” aku bingung menjawabnya, “Bilang lagi dientot..!” Wahyu memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi
terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya
“hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi dientot sayaang..”
Terus menerus
kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Wahyu kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah
kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas
rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi
merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung
jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa
seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar
menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram
erat.
Hisapan dan
jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernafsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh
tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan
tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa
kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku.
Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin
vulgar. “Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! genjoott..
kontolmu sampe mentok..!!” Ooohh.. Wahyu.. bukan maiin..
eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!” mendengar celotehanku, Wahyu yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti
banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang
bukan maiin perkasaa.., tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.
Aku benar benar
sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang
adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas
puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Wahyu mengombang ambingkan diriku di lautan kenikmatan yang
maha luas, seakan akan tiada tepinya.
Akhirnya aku
tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang
begitu dahsyatnya menggulung diriku “Ngghh.. nghh .. nghh.. Wahyuu.. Akku mau keluaar..!!” pekikanku meledak menyertai
gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan
dalam tubuhku, Wahyu mengendalikan gerakannya yang
tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya
dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu
mengeras habis digencetnya. “..aacchh.. Wahyuuuuu.. niikmaat.. tekeen..
teruuss.. itilkuu..!!”
Ledakan
kenikmatan orgasmeku terasa seperti ‘forever’ menyemburkan lendir orgasme dalam
vaginaku, kupeluk tubuh Wahyu erat sekali wajahnya
kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Wahyu terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat
perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan
suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa
kulontarkan dengan kata kata.
Beberapa detik
kenikmatan yang terasa seperti ‘forever’ itu akhirnya berakhir dengan tubuhku
yang terkulai lemas dengan penis Wahyu masih di dalam vaginaku
yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Wahyu mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan
mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat,
membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia
sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam
vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.
Setelah aku
kembali “sadar” dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun
mulai membalas ciumannya, memancing Wahyu untuk kembali memainkan
lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang
aku tidak canggung lagi bersetubuh dengan teman suamiku ini. Gairahku yang
sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali
menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding
vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin
berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.
Genjotan
penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak
menyangka bisa terangsang lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku
setelah klimax rasanya malas sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini Wahyu memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax
yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan
penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya
ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.
Lalu Wahyu memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling
kusenangi “doggy style” dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh alur
alur batang kemaluan selingkuhanku dan sekarang aku akan
merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku
berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya
sayu sambil memelas “..Yeess..yuu..masukin kontol gedemu
dari belakang kelobang memekku..” Wahyu pun menatap liar dan
yang ditatap adalah bokongku yang sungguh seksi dimatanya, bongkahan pantatku
yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah
basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku
mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang
kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.
Sambil memegang
batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju Bleess..” ..Ooohh.. Wahyu.. teruss.. yuu.. yang.. dalaam..!!
mataku mendelik merasakan betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok
liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga
vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini.
Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya ‘doggy style’ ini
adalah pada waktu aku masih dalam tahap ‘menanjak’ suamiku sudah terlalu cepat
keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari dua menit.
Tetapi Wahyu sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya ‘doggy
style’ ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan
aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalam keadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan
pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang
kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar
dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku
bukan lagi pada tahap “menanjak” tapi sudah berada di awang-awang di puncak
gunung kenikmatan yang tertinggi.
“Hngk.. ngghh.. Wahyu..akuu mau keluaar lagii..
aargghh..!!” aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat
semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan
penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot
kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan
seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.
Setelah
mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas
dipelukan Wahyu yang menindih tubuhku dari
belakang. Berat memang tubuhnya, namun Wahyu menyadari itu dan segera
menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat
bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan
yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.
Wahyu memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku
merasa semakin nyaman dan puas. “Heny aku belum keluar sayang..! tolongin aku
isepin kontolku sayaang..!” Aku benar benar terkejut aku sudah dua kali klimaks
tapi Wahyu belum juga keluar, bukan main
perkasanya. biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya kadang kadang
aku malah tidak bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu buru.
Merasa aku telah
diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot
batang kemaluannya kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika
kulihat Wahyu menggeliat geliat kenikmatan,
“..Ohh yess Hen.. nikmat sekalii.. teruss hen.. lumat kontolku iseep yang
daleemm.. ohh.. heeNyy.. saayaangg..!!” Wahyu mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja
menyelomot batang kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku
merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku,
kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar
saja melihat gerakan erotisku Wahyu makin mendengus dengus
bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin
merangsang Wahyu untuk bisa cepat ejakulasinya
malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut denyut clitorisku
mengeras lagi.
Ohh.. beginikah
multiple orgasme yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin
beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi
kepalaku naik turun cepat sekali, Wahyu menggelinjang hebat,
akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap kembali batang kemaluannya yang masih
perkasa ini, dengan cepat aku lepas penisnya dari mulutku langsung aku
merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang kemaluannya lalu kududuki sembari ku
tuju ke vaginaku yang masih lapar itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang
bintang di langit kembali bermunculan.
“..Ooohh..Heny..kau
sungguuh seksxyy.. masuukin kontolku..!!” Wahyu memujiku setinggi langit
melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama
kali inilah aku begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar
melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini. “..Yess.. Wahyuu.. yeess.. kumasukkan kontolmu yang perkasa ini..!”
kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu
kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu melesak dalaam
sekali..
“..aachh.. HeeNyy.. putaar.. habiisiin kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!”
giliran Wahyu merintih mengerang bahkan
mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya
perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di
dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan
memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang
berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku
dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.
Batang
kemaluannya kugenjot dan kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot
vaginaku sehingga penis yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner
terhisap dan terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar
benar membuatku bangga sekali, Wahyu bagai Layang-layang
putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku
keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan
kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang penisnya
melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut
kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah
membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang,
buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas, “..Ooohh.. aachh.. yeess.. Heen.. yeess..!!”
Wahyu membelalakan matanya sama sekali
tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi
tubuhnya, lalu Wahyu bangkit, dengan posisi duduk ia
menylomot buah dadaku… aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah
dadaku. “..selomot.. pentilku.. dua. duanya.. yuu..yeess..!!
…sshh.. …oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, “..Ooohh.. Henyy.. nikmatnya
bukan main posisi ini..! batang kontolku melesak dalam sekali menembus
memekmu..!” Wahyu mendengus-dengus kurasakan
batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup,
“..Ohh.. sshh..aahh.. Wahyu ..keluaar..
bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..! “..yess..Henn..aku
keluarkan diluar apa didalam..?”. “..Ohh.. Wahyu batangmu.. jaangaan..dicabuut..keluarin.. didalaam..!!
Tiba tiba
bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan
tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku, “..aachh.
jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu Henyy..!!” Wahyu memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku,
terasa kental dan banyak sekali. Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan
“..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. Wahyu.. teekeen kontoolmu..
sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi gelombang kenikmatan
menggulung jiwaku, ooh benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar
biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa terbetot keluar terombang ambing dalam
lautan kenikmatan yang maha luas. Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya
mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk
erat sekali.
Seluruh tetes
air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di
dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Wahyu aku kuatir akan ketagihan dengan batang penismu yang
maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, klimaks
yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Wahyu sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia
membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar
biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal
yang mudah bagiku untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.
Wahyu telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!! akan
kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Wahyu melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus
menemui seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya
mengangguk tak berdaya.
Sepeninggal Wahyu dari rumah, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu
kejadian yang sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku.
Aku telah menikmati perbuatan seks dengan sahabat suamiku bahkan harus kuakui,
aku betul betul menikmati kedahsyatan permainan seks dengan sahabat suamiku
itu. Tetapi aku telah mengkhianati suamiku. Aku mulai merasakan sesuatu yang
salah, sementara di lain pihak, aku sangat menikmatinya dan sangat mengharapkan
Wahyu melakukannya lagi terhadapku.
Hati dan akal
sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin
terjadi membuatku limbung. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba melupakan Wahyu. Setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti ini,
hatiku makin tidak menentu, makin kucoba melupakannya makin terbayang seluruh
kejadian hari itu, aku masih merasakan tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya
yang mendengus dengus terngiang sayup sayup terdengar suaranya memanggilku
‘sayang’. Wahyu berhenti bertugas di kantor
suamiku. Entah itu keinginannya sendiri atau memang ia dialih tugaskan, aku
tidak tahu.
Namun hingga
kini, pergumulan batin dalam diriku masih terus berlangsung. Di lain pihak aku
tetap ingin mencintai suamiku, walaupun ia tak bisa memberikan apa yang telah
diberikan Wahyu padaku. Aku masih merindukan dan
menginginkan sentuhan hangat tangan kekar Wahyu.
Tamat
Komentar
Posting Komentar