Namaku Rene, aku sudah menikah selama 22 tahun dan memiliki tiga anak. Anak-anakku sudah besar dan memiliki dunia mereka sendiri. Kata orang pernikahan kami bahagia karena suamiku yang berprofesi sebaga koki kepala di salah satu hotel berbintang dan aku yang memiliki toko kue.
Akan tetapi, sebenarnya semua tidak seindah kelihatannya. Suamiku terlalu dingin kepadaku, aku tidak pernah dimanja atau diperlakukan seperti istri-istri di luar sana. Ia hanya berbicara kalau ada hal yang ingin dibicarakan, selebihnya dia asyik dengan pekerjaannya.
Suatu ketika aku mendapat undangan menghadiri acara reuni SMP dan meminta izin kepada suamiku. Sebenarnya apa pun yang ingin aku lakukan dia tidak pernah melarang, tetapi ada sisi diriku yang ingin mendengar jawaban yang tidak biasanya. Kebanyakan teman-teman SMP-ku dia kenal bahkan ada yang menjalani bisnis bersamanya.
Jadi, tidak heran dia terkesan biasa aja ketika aku bilang akan datang ke acara reuni. Saat di acara itu, aku berkumpul dengan teman-teman dekatku lalu ada satu pria yang mendekati salah satu dari mereka. Ia mengobrol sangat akrab.
Banyak yang bilang kalau aku cantik, bertubuh gemuk tapi tetap menawan, kulitku putih, dan rambutku panjang. Aku coba-coba mendekati pria itu, mengajaknya mengobrol layaknya teman akrab. Ternyata dia menyambut obrolanku dengan baik dan kami akhirnya banyak bertukar pikiran.
Salah satu temanku yang dekat dengan pria itu tidak masuk ke dalam grup SMP kami dan waktu itu si lelaki menanyakan kabarnya. Gerak cepat aku menganggapi pertanyaan lelaki itu di grup dan menyampaikannya ke teman dekatku.
Pria ini mengajak kami untuk karaoke bersama, tentu dengan teman dekatku yang ternyata selalu pulang bersamanya saat di SMP dulu. Saat bersenang-senang aku sedikit curi-curi pandang kepadanya bahkan terkadang kami bernyanyi duet untuk satu atau dua lagu.
Dari sana kami sering mengirim pesan dan mulai dekat. Ada perasaan nyaman saat aku bersamanya, awalnya aku hanya ingin tebar pesona tetapi sepertinya malah aku yang masuk ke dalam jebakkanku sendiri.
Dia adalah pria baik yang selalu perhatian dan menjunjung tinggi harkat seorang wanita, tetapi sayangnya ia sudah berkeluarga dan punya tiga orang anak. Ia memiliki profesi sebagai salah satu pejabat penting di perusahaan swasta dan sesibuk apa pun dia tetap menyempatkan waktu untuk bersamaku.
Dua bulan sejak kami karaoke bersama dan memulai kedekatan, hari itu dia mengajakku jalan-jalan ke sebuah tempat wisata dan hanya berdua saja. Aku menyambutnya dengan baik, aku hanya perlu bilang kepada suamiku kalau ingin pergi dengan teman, ia pun tidak akan curiga.
Aku bertemu dengannya di sebuah mal di kota besar, kami pergi dari pagi hingga menjelang tengah malam. Selama bersamanya, tidak ada notifikasi pesan dari suamiku yang menanyakan keberadaanku, berbeda dengannya yang masih membalas pesan dari istrinya.
Hari itu kami resmi menjadi sepasang kekasih, aku memasang status di semua sosial media untuk menunjukkan kebahagiaanku meski hanya lewat kata-kata puitis. Kami jarang sekali berkomunikasi menggunakan WhatsApp, semua kami lakukan di pesan Facebook yang jarang sekali dilihat oleh pasangan kami.
Kami menjalani hubungan ini cukup lama hingga semua gerak-gerikku terbaca oleh beberapa teman dekatku. Namanya sudah teman dari kecil, mereka pasti tahu perubahan sekecil apa pun dalam diriku. Aku terpaksa cerita kepada teman dekat yang biasa pulang bersama kekasihku.
Ia terkejut “hati-hati ketahuan sama si Mas, kalau ketahuan rumah tangga kalian bisa hancur kasihan anak-anak” ucapnya. Aku memikirkan perkataan itu sedikit “dia tidak akan tahu, dia terlalu cuek untuk mengurusi hidupku yang ia pikirkan hanyalah karier di hotelnya” pikiranku mulai mencari-cari pembelaan.
Aku semakin sering berkomunikasi dengannya melalui pesan Facebook, ia juga selalu memesan kue buatanku yang baru saja aku bagikan di halaman sosial mediaku. Meski kue itu diberikan pada istrinya tetapi ia menyempatkan untuk bertemu denganku walau hanya sebatas memberi kue, aku sudah senang bukan main.
Kami semakin sering pergi berdua walau hanya ke mall atau restoran, tetapi sesekali ia mengajakku ke luar kota untuk berwisata.dia mengajakku menginap di villa satu malam sesampainya di villa aku langsung mandi agar terlihat segar setelah selesai mandi aku yang masih mengenakan handuk dari belakang aku di sergap spontan aku kaget campur deg-degan layaknya anak muda yang di sentuh oleh pacarnya ,diapun langsung mendekapku serta menciumku aku pun lantas membalasnya kami saling berpagut hingga terlepas lah kain handuk yang melilit tubuhku kini aku telanjang bulat dia langsung naik birahinya tubuhku di jamah sejengkal demi sejengkal hingga sampailah pada bukit yang rindang dia langsung menjilati klitorisku .
Aku tak kuasa hingga menimbulkan suara desahan nikmat…aaaccchhh..achhh…terus mas nikmat banget ,setelah selesai menjilati klitorisku dia langsung menghunuskan senjata tumpul sehingga spontan aku menggelinjang menahan rasa nikmat yang hebat….aaaccchhh…cllleepppp…cllesssss..aooohhh nikmat sekali masss…senjata mas besar bangettt…liangku jadi sesak campur nikmaatt maasss….teruss maasss genjottt teruus aku hamper sampaii maasss….aaaccchhh …ccrrat..crrattt..akhirnya siapun menyemburkan lahar kenikmatan di barengi dengan nikmat nya orgasmeku ,Aku sangat senang sekali diajaknya pergi berdua, makasih ya mas kamu sudah ngasih kenikmatan padaku “sama-sama sayang aku juga makasih ,nanti kalau ada kesempatan lagi kita bias mengulangi lagi ya sayang,memang aku sudah lama rasanya tidak merasakan kencan di usiaku yang tidak lagi muda.
Beberapa kali kami pergi ke luar kota dengan izin mau menginap di rumah teman kepada suamiku. Seperti biasa, ia mengizinkan tanpa ada sedikit pun kecurigaan. Selama berada di luar kota, suamiku sempat mengirimkan beberapa pesan tetapi bukan pesan romantis atau hanya sekadar mengungkapkan rasa kangen tetapi bertanya beberapa hal yang ia tidak tahu di mana aku meletakkannya.
Aku sangat mendambakan pesan-pesan singkat nan manis seperti itu dari suamiku meski hanya sesekali setidaknya dia menunjukkan sisi di mana ia masih mencintaiku. Biar sudah tua, aku tetap wanita! Ingin dipuja dan diberikan kata-kata cinta oleh suamiku sendiri.
Akan tetapi, rasanya mustahil aku mendapatkan semua itu darinya dan untung saja aku sudah memiliki kekasih yang selalu memberikanku perhatian-perhatian kecil. Itu sudah membuatku merasa dicinta dan bahagia. Di sisi lain aku tetap mencintai suamiku, biar bagaimana pun ia adalah ayah dari anak-anakku.
Namun, untuk kebahagiaanku sepertinya sudah bukan lagi menjadi prioritasnya. Aku dianggap sudah usang dan tidak membutuhkan hal-hal semacam itu. Selama aku menjalin kasih dengan pria lain, aku tetap melakukan beberapa hal seperti biasa untuk menghindari kecurigaannya.
Kami tetap mengajak anak-anak berlibur dan aku juga mengurusi semua keperluan suamiku. Hanya saja, intensitas aku memegang ponsel yang menjadi lebih sering dan akan berlari jika ada notifikasi pesan. Menurutku hal itu sudah biasa ia lihat terlebih saat menanggapi cerita hidup beberapa teman.
Namun, rupanya ia merasakan keanehan dalam diriku. Diam-diam dia mulai memantau sosial mediaku dan melihat orang-orang yang menaruh komentar di setiap unggahanku. Ada satu teman yang selalu menaruh komentar hamper di semua unggahanku, dia laki-laki tetapi kami hanya berteman karena memang dia suka melucu.
Suatu malam, aku mendapat notifikasi pesan darinya. Aku disuruh datang ke rumah oleh istrinya. Perlahan tapi pasti, hubungan kami mulai terbongkar. Aku datang ke rumah dan bertemu dengan istrinya. Baru kali ini aku melihat istrinya secara langsung, sebelumnya aku hanya lihat dari berbagai unggahan di sosial media.
Istrinya sangat cantik dan memiliki tatapan menenangkan. Kami berbicara layaknya orang dewasa, dia meminta aku menjauhi suaminya karena ia tidak ingin dimadu ataupun bercerai. Saat itu aku merasa sangat sakit karena tidak bisa melanjutkan hubungan kami, tidak bisa merasakan perhatian-perhatian kecil darinya tetapi aku sadar hatinya jauh lebih sakit daripada aku.
Aku meminta maaf dan menyudahi hubungan kami di hadapan istrinya. Setelahnya aku segera pulang dan menemui suamiku yang sudah menunggu di teras rumah. Ia terlihat sangat marah “Ada apa?” tanyaku, aku kira salah satu anak kami membuat masalah hingga ia marah besar tetapi ternyata akulah sumber amarahnya.
Ia menjabarkan kalau selama ini memerhatikan tingkah lakuku yang aneh. Ia memantau sosial mediaku dan menemukan seseorang yang selalu menaruh komentar dalam setiap unggahanku. Hari itu aku merasa sial sekali, baru putus cinta sekarang rumah tangga kami terancam bubar.
Ia menyebutkan satu nama temanku yang selalu memberikan komentar, beruntung ia salah orang. Ia tahu kalau aku selingkuh tetapi ia salah menyebutkan namanya. Mantan kekasihku pernah bertemu dengannya beberapa kali tetapi ia tidak pernah menaruh komentar di setiap unggahanku. Kami selalu mengobrol di dalam pesan Facebook.
Akhirnya, aku curahkan apa yang selama ini aku rasakan dan aku inginkan darinya. Ia terlihat sangat terkejut kalau ternyata itu semua bersumber dari ketidakpeduliannya terhadapku. Ia mendengarkan semua penjelasanku, keinginanku, keluhanku dan terdiam lama sekali.
Ia meminta maaf karena sudah bersikap seolah ia tidak mempedulikanku dan memaklumi kesalahanku yang ternyata bersumber darinya. Kami saling memaafkan dan memulai lembaran baru. Perlahan ia berubah menjadi perhatian dan romantis seperti waktu pacaran dulu bahkan sering sekali menjadi bahan ledekan dari anak-anak kami.
Hubunganku dengan suami berangsur-angsur membaik, begitupun dengan mantan kekasihku. Aku tidak mendengar kabar buruk tentang rumah tangga mereka tetapi yang aku tahu, ia meminta untuk dipindahtugaskan ke luar pulau dan memutus kontak dengan teman-temannya.
Teman dekatku yang tahu tentang hubungan kami pernah menyampaikan kalau alasannya meminta pindah agar aku bisa terlepas darinya. Ia ingin rumah tangga kami masing-masing seperti sedia kala dan tidak ada perpisahan. Aku menghargai keputusannya itu dan perlahan belajar untuk kembali mencintai suamiku seutuhnya.
Komentar
Posting Komentar